Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Model pembelajaran Means Ends Analysis (MEA)

Model Pembelajaran dapat diartikan sebagai “kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. (Aunurrahman, 2013, hlm. 146)
Model pembelajaran Means Ends Analysis (MEA) secara bahasa (etimologis), terdiri dari tiga kata yaitu Means yang berarti cara, Ends yang berarti tujuan, dan Analysis yang berarti analisis atau menyelidiki matematis. Maka dapat disimpulkan bahwa MEA merupakan strategi yang digunakan untuk menganalisis suatu permasalahan melalui berbagai cara yang dipahami oleh seseorang untuk mencapai tujuan akhir yang hendak dicapai. MEA juga digunakan sebagai salah satu cara untuk mengklarifikasi gagasan seseorang ketika melakukan pembuktian matematis.
Model ini pertama kali dikembangkan oleh Newell dan Simon pada tahun 1972. Shoimin (2014, hlm. 103) mengemukakan bahwa :
Model pembelajaran means ends analysis adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah (problem solving). MEA merupakan metode pemikiran sistem yang dalam penerapannya merencanakan tujuan keseluruhan. Tujuan tersebut dijadikan dalam beberapa tujuan yang pada akhirnya menjadi beberapa langkah atau tindakan berdasarkan konsep yang berlaku. Pada akhir tujuan, akan berakhir pada tujuan yang lebih umum.
Nur (dalam Wahyono, B, 2017, hlm. 2) menjelaskan Means Ends Analysis (MEA), dapat diterjemahkan sebagai model pembelajaran kooperatif untuk pengelompokkan heterogen yang melibatkan kerja sama tim untuk pembelajaran individu anggota.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa Model MEA ini merupakan perkembangan dari model pemecahan masalah yang digunakan sebagai salah satu cara untuk mengklarifikasi gagasan seseorang ketika melakukan pembuktian masalah matematis dengan berbasis heuristik,  elaborasi menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana, kemudian identifikasi perbedaan susunan sub-sub masalah sehingga terjadi konektivitas, dan akhirnya memilih strategi solusi dimana dalam pembelajarannya dilakukan secara berkelompok.
Dalam pembelajaran matematika, MEA bisa diterapkan dengan mengikuti langkah-langkah atau tahapan sebagai berikut (Huda, 2015, hlm. 295) :
Identifikasi perbedaan antara kondisi saat ini (current state) dan tujuan (goal state)
Pada tahap ini siswa dituntut untuk memahami dan mengetahui konsep-konsep dasar matematika yang terkandung permasalahan matematika yang disediakan. Dengan menggunakan kemampuan pemahaman terhadap konsep, siswa dapat mengidentifikasi perbedaan yang terdapat pada pernyataan sekarang (current state) dan tujuan (goal state). Misalnya siswa dapat mengidentifikasi pada permasalahan heuristik apa yang telah diketahui dan apa yang ditanyakan sebagai tujuan untuk memecahkan dari permasalahan matematis tersebut.
Susun atau organisasikan subgoal untuk mengurangi perbedaan
Pada tahap ini, siswa diharuskan untuk menyusun subgoal yaitu bagian-bagian yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan dalam rangka menyelesaikan masalah. Penyusunan ini dimaksudkan agar siswa lebih fokus dalam memecahkan masalahnya secara bertahap dan terus berlanjut sampai akhirnya goal state dapat tercapai.
Pilihlah solusi yang tepat sehingga diperoleh tujuan akhir
Setelah subgoal telah disusun dan terbentuk menjadi suatu bagian yang telah rinci, siswa dituntut untuk memikirkan bagaimana konsep dan solusi yang efektif dan efisien dalam memecahkan subgoal tersebut.
Berdasarkan tahapan diatas, model means ends analysis ini dapat mengembangkan berpikir reflektif, kritis, logis, sistematis, dan kreatif. Intinya pada kegiatan pembelajaran menggunakan model Means Ends Analysis (MEA) adalah tim/kelompok sebagai berikut : 1) mengajar; guru mempresentasikan materi pembelajaran, 2) belajar dalam tim; siswa belajar melalui kegiatan kerja dalam tim/kelompok dengan dipandu oleh LKS, untuk menuntaskan materi pelajaran, 3) Pemberian kuis; siswa mengerjakan kuis secara individu dan siswa tidak boleh bekerja sama, 4) penghargaan; pemberian penghargaan kepada siswa berprestasi dalam pemabelajaran dan tim/kelompok yang memperoleh skor tertinggi dalam kuis.