Perkembangan Individu
PERKEMBANGAN INDIVIDU
Setiap
individu akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan, begitupun dengan peserta
didik akan terus berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan
sering diartikan sebagai proses perubahan kualitatif yang mengacu pada kualitas fungsional, bertambahnya kemampuan atau skill individu yang berlangsung
selama hidup dan sebagai hasil proses
kematangan . Dalam pendidikan seorang pendidik memilliki peran
dalam melaksanakan dan membantu peserta didik untuk menyelesaikan tugas-tugas
perkembangan. Selain itu, pendidik juga melaksannakan peran sebagai fasilitator
dan motivator belajar bagi peserta didiknya. Dalam proses perkembangan ini perlu dipahami antara lain kapan dimulai dan
berakhirnya, bagaimana alur perkembangannya, faktor apa saja yang mempengaruhinya,
faktor apa dalam penentu perkembangan, dan bagaimana tahap dan tugas
perkembangan serta implikasinya terhadap pendidikan. Selain itu, kematangan dan
proses belajar memainkan peranan penting dalam perkembangan. Karena
keberhasilan seorang pendidik dalam melaksanakan perannya akan dipengaruhi oleh
pemahaman serta kemampuannya dalam mengajarkan, mengaplikasikan teori
perkembangan dan teori belajar.
Berdasarkan
latar belakang diatas mengenai perkembangan individu, maka terdapat beberapa
rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Apa yang dimaksud perkembangan?
2.
Bagaimana alur perkembangan individu?
3.
Seperti apa prinsip dan arah
perkembangan individu?
4.
Faktor apa yang dapat mempengaruhi
perkembangan individu?
5.
Apa yang menjadi faktor penentu dalam
perkembangan?
6.
Bagaimana tahap dan tugas perkembangan
individu beserta implikasinya terhadap pendidikan?
C. Tujuan
Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah diatas, maka tujuan pembuatan makalah ini secara jelas yaitu:
1.
Untuk mengetahui definisi
perkembangan.
2.
Untuk mengetahui alur perkembangan
individu.
3.
Untuk mengetahui prinsip dan arah
perkembangan individu.
4.
Untuk mengetahui faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan individu.
5.
Untuk mengetahui faktor penentu dalam
perkembangan.
6.
Untuk mengetahui tahap dan tugas
perkembangan individu beserta implikasinya terhadap pendidikan.
D. Manfaat
Penulisan
Berdasarkan
tujuan penulisan, diharapkan dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat
sebagai berikut :
1.
Dapat menambahkan ilmu pengetahuan
yang baru, khususnya bagi para pembaca mengenai perkembangan, alur perkembangan
individu, prinsip dan arah perkembangan individu, faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan individu, faktor penentu dalam perkembangan, serta
tahap dan tugas perkembangan individu beserta implikasinya terhadap pendidikan
.
2.
Dapat dijadikan sebagai masukan dan
sumber referensi bagi mahasiwa khususnya di bidang pendidikan untuk ditelusuri
lebih dalam terkait mata kuliah landasan pendidikan.
Setiap manusia akan mengalami perkembangan dalam perjalanan hidupnya.
Perkembangan merupakan sederetan perubahan fungsi organ tubuh yang
berkelanjutan, teratur dan saling berkaitan (Dhamayanti, 2006). Sedangkan
menurut Yelon and Weinstein (1977) dalam Syarifudin (2010) menjelaskan bahwa
perkembangan adalah proses perubahan yang berlangsung secara terus menerus
sejak terjadinya pembuahan (conception) hingga meninggal dunia. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa perkembangan merupakan perubahan fungsi organ tubuh secara
berkelanjutan yang terjadi sejak pengkonsepsian hingga meninggal dunia.
Perkembangan individu terjadi melalui beberapa proses tahapan periode.
Karena pada faktanya, perkembangan dimulai sejak terjadinya konsepsi. Setelah
lahir, setiap individu akan mengalami masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa
hingga akhirnya menua yang pada umumnya memerlukan waktu 60-70 tahun.
Manusia itu dinamis. Senantiasa mengalami perkembangan secara
terus-menerus dan tidak pernah statis. Organisme yang matang akan mengalami
perkembangan yang progresif. Proses perkembangan itu merupakan proses
berkembangnya kemampuan-kemampuan pada setiap diri individu. Kemampuan pada
setiap individu akan berbeda pada tahap periodenya dan itu akan menghilang digantikan
dengan kemampuan pada periode selanjutnya. Adapun alur perkembangan pada setiap
individu menurut Marsela, di antaranya:
1. Periode Sebelum Kelahiran
Periode
ini merupakan awal mulanya sebuah konsepsi terjadi (pembuahan) hingga
terjadinya kelahiran. Periode ini berlangsung kurang lebih 9 bulan. Pada
periode ini setiap bulannya mengalami pertumbuhan yang berbeda-beda dan sangat
luar biasa, awal mulai berbentuk satu sel tunggal (beratnya kira-kira 1/20 juta
ons) hingga akhirnya menjadi organisme yang sempurna dengan kemampuan otak dan
tingkah lakunya. Terdapat enam ciri penting masa pra kelahiran:
a)
Pada
saat ini sifat-sifat bauran yang berfungsi sebagai dasar bagi perkembangan
selanjutnya diturunkan sekali untuk selamanya.
b)
Kondisi-kondisi
baik dalam tubuh ibu dapat menunjang perkembangan sifat bawaan, sedangkan
kondisi yang tidak baik dapat menghambat perkembangannya, bahkan sampai
mengganggu pola perkembangan yang akan datang.
c)
Jenis
kelamin individu yang baru diciptakan sudah dipastikan pada saat pembuahan dan
kondisi-kondisi pada tubuh ibu tidak akan memengaruhinya, sama halnya dengan
sifat bawaan.
2.
Periode
Bayi
Periode
perkembangan yang bermula dari kelahiran hingga 18 atau 24 bulan. Masa bayi
adalah masa yang sangat bergantung pada orang dewasa. Banyak kegiatan
psikologis yang terjadi hanya sebagai permulaan seperti bahasa, pemikiran
simbolis, koordinasi sensorimotorik, dan belajar sosial.
3. Periode Awal Anak
Periode
perkembangan ini bermula dari masa bayi hingga usia lima atau enam tahun.
Periode ini disebut juga dengan periode prasekolah.
4. Periode Pertengahan dan Akhir
Anak
Masa
pertengahan dan akhir anak-anak (middle and late childhood) ialah periode
perkembangan yang merentang dari usia kira-kira enam hingga sebelas tahun,
periode ini disebut juga dengan tahun-tahun sekolah dasar.
Keterampilan-keterampilan fundamental seperti membaca, menulis, dan berhitung
telah dikuasai.
5. Periode Remaja
Masa
remaja (adolescence) ialah suatu periode transisi dari masa awal anak-anak
hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira-kira 10 hingga 12 tahun
dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada
perubahan fisik yang cepat dan pertambahan berat dan tinggi badan yang
dramatis. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat
menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis).
6.
Periode
Dewasa
a)
Masa
awal dewasa (early adulthood) ialah periode perkembangan yang bermula pada
akhir usia belasan tahun atau awal usia dua puluhan tahun dan yang berakhir
pada usia tiga puluhan tahun. Ini adalah masa pembentukan kemandirian pribadi
dan ekonomi, masa perkembangan karir, dan bagi banyak orang, masa pemilihan
pasangan, belajar hidup dengan seseorang secara akrab, memulai keluarga, dan
mengasuh anak-anak.
b)
Masa
pertengahan dewasa (middle adulthood) ialah periode perkembangan yang bermula
pada usia kira-kira 35 hingga 45 tahun dan merentang hingga usia enam puluhan
tahun. Ini adalah masa untuk memperluas keterlibatan dan tanggung jawab pribadi
dan sosial seperti membantu generasi berikutnya menjadi individu yang
berkompeten, dewasa dan mencapai serta mempertahankan kepuasan dalam berkarir.
c)
Masa
akhir dewasa (late adulthood) ialah periode perkembangan yang bermula pada usia
enam puluhan atau tujuh puluh tahun dan berakhir pada kematian. Ini adalah masa
penyesuaian diri atas berkurangnya kekuatan dan kesehatan, menatap kembali
kehidupannya, pensiun, dan penyesuaian diri dengan peran-peran sosial baru.
C. Prinsip dan Arah
perkembangan
Sebagaimana dikemukakan
Yelon dan Weinstein (1977) ada lima prinsip perkembangan individu, yaitu:
1)
Perkembangan individu
berlangsung terus menerus sejak pembuahan hingga meninggal dunia.
2)
Kecepatan perkembangan
setiap individu berbeda-beda, tetapi pada umumnya
mempunyai perkembangan yang normal.
3)
Semua aspek perkembangan
yang bersifat fisik, sosial, mental dan emosional dalam pertumbuhan/perkembangannya
satu sama lain saling berhubungan atau saling mempengaruhi. Anak yang superior
cenderung superior dalam dalam berbagai aspek.
4)
Arah perkembangan
individu dapat diramalkan.
5)
Perkembangan berlangsung
secara bertahap; setiap tahap memunyai ciri-ciri atau karakteristik tertentu;
tahapan perkembangan sejalan dengan tahapan usia tahap perkembangan berlangsung
terus menerus dan bersifat overlaping.
Perkembangan
individu pada umumnya mengikuti arah sebagai berikut:
1.
Individu berkembang
secara menyeluruh; dari kepala hingga kaki dan dari pusat badan hingga kaki dan
tangan.
2.
Perkembangan struktur
mendahului fungsi.
Dalam diri
individu, struktur tertentu misalnya tulang dan otot kaki akan berkembang lebih
dulu dibanding perkembangan fungsinya untuk berjalan.Apabila struktur tulang
dan otot kaki tersebut sudah berkembang sebagaimana mestinya, baru fungsi kaki
untuk berjalan akan berkembang. Demikian halnya
perkembangan struktur dan fungsi yang lainnya dalam diri individu.
3.
Perkembangan mulai dari
hal yang bersifat umum menuju ke hal yang bersifat khusus.
4.
Perkembangan mental mulai
dari kongkrit ke abstrak,mulai dari kecakapan berpikir apa adanya pada saat ini
hingga kecakapan berpikir konseptual yang berorientasi ke masa yang akan
datang.
5.
Perkembangan bergerak
dari egosentrisme kepada persfektivisme hingga dapat mengerti pendirian/pandangan orang
lain.
6.
Perkembangan bergerak
dari dominasi kontrol dari luar diri kepada kontrol dari dalam diri. Pada
awalnya anak belum bisa mengendalikan diri, ia masih memerlukan dominasi
kontrol dari orang lain. Misalnya berkenaan dengan aturan atau disiplin. Namun
demikian, lambat laun dan pada akhirnya anak akan dapat mengendalikan dirinya
sendiri.
7.
Perkembangan bergerak
dari absolutisme kepada relativisme. Pada awalnya anak akan melihat sesuatu
sebagai sesuatu yang mutlak,tidak boleh berubah. Contoh: pada awalnya anak akan
berpendapat bahwa segala aturan tidak boleh diubah. Tetapi sejalan dengan
perkembangannya, ia akan melihat akan
adanya kemungkinan-kemungkinan atau kekecualian dimana dalam konteks tertentu
aturan tertentu dapat saja diubah.
8.
Perkembangan bergerak
spiral menuju ke arah tujuan. Arah perkembangan individu berimplikasi terhadap
pendidikan. Implikasi yang dimaksud antara lain: Pertama, mengingat
perkembangan struktur mendahului fungsi, maka program pembelajaran hendaknya
disusun dengan memperhatikan kesiapan atau kematangan struktur pada diri siswa.
Contoh: Siswa jangan dulu diajari menulis halus apabila otot-otot jari
tangannya belum siap untuk memegang pensil dengan baik. Kedua, penyusunan
kurikulum pendidikan dan penyusunan program pembelajaran yang lebih bersifat
operasional di lembaga pendidikan pada jenjang yang paling bawah (sekolah
dasar) hendaknya dilakukan dengan memperhatikan,dan mempertimbangkan berbagai
arah perkembangan individu sesuai tahap perkembangannya
D. Faktor yang
mempengaruhi perkembangan
Ada 3 faktor dominan yang
memengaruhi proses perkembangan individu,diantaranya:
1.
Faktor pembawaan (heredity).
Heredity ialah
faktor pembawaan atau turunan yang bersifat alamiah (nature). Hereditas
merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan individu, hereditas dapat diartikan sebagai totalitas
karakteristik individu yang diwariskan
orang tua kepada anak, atau segala potensi baik fisik maupun psikis yang
dimiliki individu sejak masa konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma) sebagai
pewarisan dari pihak orang tua melalui gen-gen yang orientasinya sebagai
kecenderungan untuk bertumbuh dan berkembang bagi manusia menurut ciri-ciri
atau pola serta sifat-sifat tertentu konsepsi dan berlaku sepanjang hidup seseorang
2.
Faktor lingkungan (environment).
Environment ialah faktor diluar individu yang merupakan
kondisi yang memungkinkan berlangsungnya proses perkembangan (nurture).Sartain
(ahli psikologi Amerika) mengatakan “Lingkungan” adalah meliputi semua
kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu yang mempengaruhi
tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes kita kecuali
gen-gen dan bahkan gen-gen dapat pula dipandang sebagai menyiapkan lingkungan
(to provide environment) bagi gen-gen yang lain. Sedangkan menurut Ann Crouter
“Lingkungan” perkembangan merupakan berbagai peristiwa, situasi atau kondisi di luar
organisme yang diduga mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perkembangan
individu.Dengan demikian John Locke berkesimpulan bahwa tiap-tiap individu
lahir sebagai “Kertas Putih” dan lingkungan itulah yang menulis kertas itu. Dan
teori ini terkenalsebagai teori-teori tabularasa atau empirisme. Ketiga
pandangan di atas ini mengenaifaktor perkembangan bahwa yang mempengaruhi
adalah lingkungan/pengalaman
yang dapat menentukannya yang dikarenakan lingkungan itu meliputi fisik,
psikis, sosial dan religius.
3. Faktor waktu (time) .yaitu
saat-saat tibanya masa peka atau kematangan (maturation) ialah siap berfungsinya aspek-aspek
psikofisik individu.
Faktor lain yang memengaruhi perkembangan individu adalah
perubahan budaya. Karena perkembangan
individu itu dibentuk untuk menyesuaikan diri dengan standar-standar budaya dan
segala hal yang ideal, maka perubahan perubahan dalam standar tersebut akan
memengaruhi pola perkembangan.
E. Faktor
penentu perkembangan dan Implikasinya terhadap Pendidikan
Faktor penentu perkembangan individu
merupakan salah satu dari masalah terkait dengan psikologi yang menjadi
perhatian ahli psikologi. Hasil kajian pskilogi sebagai jawaban atas
permasalahan ini dapat dibagi menjadi tiga kelompok teori yakni teori
nativisme, empirisme dan konvergensi.
1.
Teori Nativisme
Tokoh pada teori ini adalah Schoupenhauer.
Penganut teori ini berasumsi bahwa setiap individu yang lahir kedunia memiliki
faktor turunan (heredity) yang dimiliki sejak lahir dari kedua orang
tuanya. Faktor ini dikenal juga dengan istilah dasar (nature) yang dipandang
sebagai satu-satunya penentu perkembangan individu. Penganut teori ini
mempertahankan konsopsi tersebut dengan menunjukkan adanya berbagai persamaan
an kemiripan antara anak dan orang tua. Seperti contohnya seorang ayah memiliki
keterampilan dalam menggambar maka diyakini anaknya akan memiliki keterampilan
dalam menggambar juga.
Teori Nativisme memberikan implikasi yang
tidak kondusif terhadap pendidikan serta tidak memberikan kesempatan kepada
pendidik dalam upaya mengubah karakter anak didik. Hal ini menjadikan teori
tersebut dianggap teori pesimistis terhadap upaya yang akan dilakukan
pendidikan untuk dapat mengembangkan dan menentukan perkembangan individu.
Maka
teori ini tidak dapat dipertahankan kebenarannya sehingga tidak dapat diterima
sebagai asumsi pada ilmu pendidikan maupun dalam praktik pendidikan.
2.
Teori Empirisme
Tokoh pada teori ini adalah John Locke dan
J.B. Watson, ia menolak asumsi Nativesme dan berasumsi bahwa setiap anak
dilahirkan ke dunia dalam keadaan bersih ibarat papan tulis yang belum ditulisi
(as a blank slate atau tabula rasa) dilahirkan ke dunia belum membawa
ide apa-apa. Penganut Empirisme meyakini bahwa setelah kelahirannya, faktor
penentu perkembangan individu ditentukan oleh faktor lingkungan atau
pengalamannya yang dikenal dengan istilah ajar (nurture). Mereka tidak
percaya dengan faktor turunan atau dasar (nature) yang dibawa sejak
lahir sebagai penentu perkembangan individu.
Implikasi teori empirisme terhadap
pendidikan adalah memberikan sepenuhnya kesempatan kepada pendidik untuk
membentuk karakter peserta didik dengan tanggung jawab pendidikan sepenuhnya
terletak pada pendidik. Sehingga teori ini memberikan implikasi bersifat
optimis bagi pendidikan untuk dapat sepenuhnya mempengaruhi dan menentukan
perkembangan individu sama dengan apa yang diharapkan oleh pendidik. Hal
tersebut juga dikemukakan J. B. Watson dalam (Tatang Sy. 2010) "Give me
a dozen healthy infants, well-formed, and my own specified world to bring them
up in and I'll guarantee to take any one at random and train him to become any
type specialist. I might select doctor, lawyer, artist, mechant-chief, and yes
even beggar-man and thief, regardless of his talents, pencahnts, tendencies,
abilities, vocations, and race of his ancestors" (Edward. J. Power, 1982).
Berdasarkan ungkapan diatas dapat kita
ketahui bahwa teori empirisme sangat optimis dengan pendidikan sebagai upaya
yang dapat dilakukan dalam membentuk peseta didik.
3.
Teori Konvergens
William Stern dan Robert J. Havighurst.
merupakan tokoh dari teori konvergens yang berasumsi bahwa perkembangan
individu ditentukan oleh dasar (nature) atau faktor turunan (heredity)
yang dibawa sejak lahir maupun oleh faktor ajar (nurture) atau
lingkungan atau pengalaman. Havighurst dalam (Tatang Sy. 2010) menyatakan
"karakteristik tugas perkembangan pada masa bayi dan anak kecil adalah
biososial. Dikarenakan perkembangan anak berdasarkan kematangan yang berangsur
dari organ tubuhnya.
Implikasi teori konvergen pada pendidikan
memberikan kesempatan kepada pendidik untuk membantu dan mendukung perkembangan
individu seperti yang diharapkan, namun dalam pelaksanaannya harus
memperhatikan faktor hereditas peserta didik, seperti kematangan, bakat,
kemampuan, dan kondisi mental. Teori konvergens ini sepetinya cocok untuk kita
sebagai terapkan atau gunakan dalam praktik pendidikan.
F. Tahap dan
tugas perkembangan serta implikasinya terhadap pendidikan
Pada zaman yang telah lalu, sebelum filsuf J.J. Rousseau menghasilkan
pemikiran tentang hakikat anak, pada umumnya orang berasumsi bahwa anak
merupakan miniatur orang dewasa. Sesuai dengan asumsi tersebut, para orang tua
atau guru memperlakukan anak seperti orang dewasa, dan anak dituntut
berperilaku seperti orang dewasa.
Robert Havighurst (1953) membagi perkembangan individu menjadi empat tahap,
yaitu:
1.
Masa bayi dan
kanak-kanak kecil (0-6 tahun);
2.
Masa kanak-kanak
(6-12 tahun);
3.
Masa remaja atau
adolesen (12-18 tahun);
4.
Masa dewasa (18
tahun - ....).
Berdasarkan
kajian tersebut kiranya dapat dipahami
bahwa keberhasilan individu dalam menyelesaikaan tugas-tugas perkembangannya
akan membawa kebahagiaan dan keberhasilan dalam menyelesaikan tugas-tugas
perkembangan pada tahapan berikutnya. Yelon dan Weinstein
(1977) mendeskripsikan implikasi perkembangan individu terhadap perlakuan
pendidik (orang dewasa) yang diharapkan dalam rangka membantu penyelesaian
tugas-tugas perkembangannya sebagai berkut:
a.
Perlakuan Pendidik
(Orang Dewasa) yang Diharapkan bagi Perkembangan Peserta Didik pada Masa
Kanak-Kanak Kecil:
1.
Menyelenggarakan
disiplin secara lemah lembut secara konsisten.
2.
Menjaga keselamatan
tanpa perlindungan yang berlebihan.
3.
Bercakap-cakap dan
memberikan respon terhadap perkataan peserta didik.
4.
Memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk aktif dan bereksplorasi.
5.
Mengahargai hal-hal
yang dapat dikerjakan peserta dididk.
b.
Perlakuan Pendidik
(Orang Dewasa) yang Diharapkan bagi Perkembangan Peserta Didik pada Masa
Prasekolah:
1.
Memberikan tanggung
jawab dan kebebasan kepada peserta didik secara berangsur-angsur dan
terus-menerus.
2.
Latihan harus
ditekankan pada koordinasi: kecepatan, mengarahkan keseimbangan, dsb.
3.
Menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peserta didik.
4.
Menyediakan benda-benda
untuk diekplorasi.
5.
Memberikan
kesempatan untuk berinteraksi sosial – dan kerja kelompok kecil.
6.
Menggunakan program
aktif, seperti: bernyanyi dengan bergerak, dll.
7.
Memperbanyak
aktifitas berbahasa seperti ceritera, mengklasifikasikan, diskusi masalah, dan
membuat aturan-aturan.
c.
Perlakuan Pendidik
(Orang Dewasa) yang Diharapkan bagi Perkembangan Peserta Didik pada Masa
Kanak-kanak:
1.
Menerima
kebutuhan-kebutuhan akan kebebasan anak; dan menambah tanggung jawab anak.
2.
Mendorong
pertemanan dengan menggunakan projek-projek dan permainan kelompok.
3.
Membangkitkan rasa
ingin tahu.
4.
secara konsisten
mengupayakan disiplin yang tegas dan dapat dipahami.
5.
Menghadapkan anak
pada gagasan-gagasan dan pandangan-pandangan baru.
6.
Bersama-sama
menciptakan aturan dan kejujuran.
7.
Memberikan contoh
model hubungan sosial.
8.
Terbuka terhadap
kritik.
d.
Perlakuan Pendidik
(Orang Dewasa) yang Diharapkan bagi Perkembangan Peserta Didik pada Masa Remaja
Awal:
1.
Memberikan
kesempatan berolahraga secara tim dan perorangan, tetapi tidak mengutamakan tenaga
fisik yang besar.
2.
Menerima makin dewasanya peserta
didik.
3.
Memberikan tanggung
jawab secara berangsung-angsur.
4.
Mendorong kebebasan dan tanggung jawab.
e.
Perlakuan Pendidik (Orang
Dewasa) yang Diharapkan bagi Perkembangan Peserta Didik pada Masa Remaja Akhir:
1.
Menghargai pandangan-pandangan peserta
didik.
2.
Menerima kematangan peserta didik.
3.
Memberikan kesempatan luas kepada peserta
didik untuk berolahraga dan bekerja secara
cermat.
4.
Memberikan kesempatan yang luas untuk pendidikan karir.
5.
Mengggunakan kerjasama kelompok untuk memecahkan masalah.
6.
Berkreasi bersama
dan bersama-sama menegakan
berbagai aturan.
Mengingat
perkembangan siswa sekolah dasar berada pada masa kanak- kanak (Childhood),
maka perhatian sebagai guru sekolah
dasar hendaknya lebih fokus lagi kepada jenis-jenis perlakuan pendidik (orang
dewasa) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada masa kanak-kanak
(Childhood), yaitu pada point c sebagaimana di uraikan di atas.
Secara
khusus, berikut ini akan dikemukakan implikasi dari setiap aspek perkembangan
siswa sekolah dasar terhadap pendidikan, yang mendeskripsikan tentang hal-hal
yang perlu diperhatikan dan dilakukan oleh guru dalam rangka pendidikan agar
sesuai dengan tahap dan tugas perkembangan siswa:
Perkembangakan Fisik. Mengacu kepada tahap perkembangan yang dikemukakan oleh
Yelon dan Weinstein (1977), tahap perkembangan
siswa sekolah dasar tergolong
pada Masa Kanak-Kanak (Childhood). Implikasi dari perkembangan fisik
siswa seperti dijelaskan, kegiatan fisik hendaknya betul-betul disadari
pentingnya bagi siswa sekolah dasar, terutama di kelas-kelas rendah.
Perkembangan Mental/Kognitif. Berdasarkan tahap
perkembangan mental atau kognitif
menurut Jean Piaget, perkembangan mental/kognitif siswa sekolah dasar berada
pada perkembangan dari tahap operasi awal (the preoperational stage) ke tahap operasi konkrit (the concrete operations
stage). Implikasi dari hal di atas, maka pembelajaran bagi
siswa sekolah dasar hendaknya: membangkitkan rasa ingin tahu siswa,
menghadapkan siswa pada gagasan-gagasan dan pandangan-pandangan baru,
memungkinkan siswa melakukan eksplorasi, berpikir, dan memberikan kesempatan
bagi siswa untuk berinteraksi dan berkomunikasi baik dengan sesamanya maupun
dengan orang dewasa.
Perkembangan
Sosial. Menurut tahap-tahap perkembangan seperti dikemukakan Yelon dan Weinstein (1977),
perkembangan sosial siswa sekolah dasar yakni: berorientasi kepada kelompok tetapi
kehidupan rumah masih berpengaruh, ingin bebas, memuja pahlawan, pemisahan
dari jenis kelamin, dan bahwa kelompok akan mempengaruhi konsep dirinya. Implikasi dari perkembangan di atas, maka para guru hendaknya: mendorong
pertemanan dengan menggunakan proyek-proyek dan permainan
kelompok. Selain itu, guru
hendaknya memberikan contoh model hubungan sosial yang baik.
Perkembangan Emosional siswa sekolah dasar antara lain: banyak menggunakan waktu untuk membebaskan diri dari rumah, menyamakan
diri dengan teman sebayanya namun masih menerima persetujuan dari orang dewasa, mudah terharu, tetapi pemberani dan
percaya pada diri sendiri.
Implikasi dari perkembangan di atas, maka guru mestinya
menerima kebutuhan-kebutuhan akan kebebasan anak dan menambah
tanggung jawab anak. Selain itu, guru hendaknya mengembangkan keberanian dan perasaan percaya diri siswa,
juga keterbukaan siswa terhadap kritik.
Perkembangan Moral. Berdasarkan tahap perkembangan
moral menurut Lawrence Kohlberg,
perkembangan moral siswa sekolah dasar berada pada pergeseran dari akhir tahap 1 (kepatuhan dan hukuman), tahap 2 (Instrumental Relatif) dan menuju tahap 3 (Orientasi
Keselarasan Interpersonal).
Implikasi dari
tahap perkembangan di atas, maka guru hendaknya bersama- sama menciptakan aturan dan kejujuran, secara konsisten mengupayakan disiplin yang tegas
dan dapat dipahami. Namun demikian, pada kelas-kelas rendah, para guru diharapkan mempertimbangkan orientasi kepatuhan dan hukuman pada diri siswa.
A. Kesimpulan
Perkembangan adalah proses perubahan yang
berlangsung secara terus menerus sejak terjadinya pembuahan (conception) hingga
meninggal dunia. Perkembangan individu terjadi melalui beberapa
proses tahapan periode. Karena pada faktanya, perkembangan dimulai sejak
terjadinya konsepsi. Setelah lahir, setiap individu akan mengalami masa bayi,
kanak-kanak, remaja, dewasa hingga akhirnya menua yang pada umumnya memerlukan
waktu 60-70 tahun. Alur dari perkembangan dari periode kelahiran sampai periode dewasa.
Adapun faktor-faktor yang memperngaruhi perkembangan individu,diantaranya
faktor pembawaan,faktor lingkungan dan faktor waktu. Selain itu, tahap dan
tugas perkembangan dalam pendidikan sesuai
dengan asumsi tersebut, para orang tua atau guru memperlakukan anak seperti
orang dewasa, dan anak dituntut berperilaku seperti orang dewasa. Jadi, daapat dipahami bahwa keberhasilan individu dalam
menyelesaikaan tugas-tugas perkembangannya akan membawa kebahagiaan dan
keberhasilan dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan pada tahapan
berikutnya.
B. Saran
Meskipun berbagai definisi dari berbagai sumber tentang faktor
perkembangan sudah tertuang pada makalah ini, sebaiknya mahasiswa juga terus
menggali lebih banyak mengenai informasi lainnya dari sumber – sumber yang
relevan, serta jangan puas dengan satu pembahasan, karena dengan banyak mencari
informasi dapat menambah wawasan mengenai suatu hal.
DAFTAR PUSTAKA
Dhamayanti,
M. (2006). Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) Anak. Sari Pediatri,
1 (8). 9-15.
Marsela,
A. (....). Makalah Konsep Perkembangan
Syarifudin,
T. (2010). Landasan Psikologi Pendidikan.