Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Teori Belajar Kognitif, Humanistik dan Behavioristik

 


TEORI BELAJAR KOGNITIF, HUMANISTIK DAN BEHAVIORISTIK

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Belajar adalah suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk melakukan suatu perubahan dari tidak memiliki sikap menjadi tahu benar, dari tidak terampil menjadi terampil belajar tidak hanya untuk mengatakan keputusan atau informasi yang disampaikan. Namun, bagaimana seorang individu dapat didorong untuk berpartisipasi aktif dalam penciptaan atau peninjauan hasil belajar yang bermanfaat bagi individu tersebut sedangkan pembelajaran adalah untuk membantu individu belajar dan berinteraksi dengan sumber belajar dan lingkungan.

 

Teori  merupakan suatu hal yang diketahui oleh guru hingga orangtua. Karena, secara umum, belajar teori yang dikatakan akan berpengaruh secara tidak langsung dengan ilmu yang akan diserap murid. Mungkin juga ini ada hubungannya dengan prestasi akademik siswa. Bukan suatu kemungkinan bagi seorang murid untuk memperoleh prestasi hingga kemampuan yang gemilang dengan menggunakan teori belajar yang baik. Namun seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, teori belajar dan istilah belajar itu berbeda. Teori adalah sebuah sistematis kumpulan konstruk yang mampu menggambarkan fenomena. Fenomena yang dimaksud bisa berupa fenomena psikologis atau sosial. Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.

 

Rumusan Masalah

1.     Apa yang dimaksud dengan Teori belajar ?

2.     Apa maksud teori belajar behavioristik, kognitif , humanistik?

3.     Apa saja aplikasi teori belajar behavioristik, kognitif dan humanistik dalam pembelajaran?

4.     Bagaimana implikasi teori belajar behavioristik, kognitif dan humanistik?

 

Tujuan Penulisan

1.     Untuk mengetahui definisi teori belajar

2.     Untuk memahami pengertian dari Teori Behavioristik, Kognitif, humanistik

3.     Untuk mengetahui aplikasi teori belajar behavioristik, kognitif dan humanistik dalam pembelajaran

4.     Untuk mengetahui implikasi teori belajar behavioristik, kognitif dan humanistic

 

Manfaat Penulis

Berdasarkan tujuan penulisan, diharapkan dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1.     Dapat menambahkan ilmu pengetahuan yang baru, khususnya bagi para pembaca mengenai ap aitu defiisi teori belajar, pengertian teori behavioristik , teori kognitif , teori humanistik , Aplikasi teori belajar dalam pembbelajaran beserta  implikasinya terhadap pendidikan .

2.     Dapat dijadikan sebagai masukan dan sumber referensi bagi mahasiwa khususnya di bidang Pendidikan.

 

PEMBAHASAN

 

Pengertian Teori Belajar Kognitif, Humanistik, dan Behvioristik

Teori Belajar adalah perubahan tingkah laku bagi setiap individu yang dapat terbentuk dari pengalaman atau pengetahuan yang diperoleh. Perubahan perilaku setiap orang juga berbeda-beda, selain peningkatan pengetahuan, perubahan lain terlihat dari cara individu berinteraksi dengan lingkungan sekitar, minat terhadap sesuatu, sikap, dan kepercayaan diri. Proses pembelajaran dirancang untuk memberikan perubahan perilaku individu ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. Konsep keterampilan fisik dan mental yang dapat ditumbuhkan dan diterapkan secara matang, mengakibatkan perubahan psikomotorik, dan juga dapat membentuk sikap pribadi, mengarah pada hal-hal positif untuk dipikirkan, sehingga mengakibatkan perubahan emosional pribadi (Suzana, Jayanto, & S Farm, 2021). Dalam hal ini terdapat urutan beberapa modalitas pembelajaran sebagai tahapan pembelajaran berjenjang, yang berarti bahwa semua bentuk pembelajaran berjenjang dan bersyarat dengan satu bentuk pembelajaran menjadi dasar bagi yang berikutnya. Oleh karena itu, sebelum beralih ke bentuk pembelajaran yang lain, seorang individu harus terlebih dahulu menguasai salah satu bentuk pembelajaran.

 

Pengertian Teori Belajar kognitif

Kata kognitif berasal dari kata “cognition” artinya mengetahui. Adapun makna kognitif secara luas adalah perolahan penataan, penggunaan dan pengetahuan. Dapat disimpulkan bahwa teori belajar kognitif adalah teori belajar yang memfokuskan kajiannya tentang bagaimana mengembangkan fungsi kognitif individu agar dapat difungsikan dalam proses belajar dengan baik. Teori kognitif menyimpulkan bahwa faktor utama dalam menentukan keberhasilan peserta didik adalah faktor kognitif yang ada pada diri peserta didik. Faktor kognitif merupakan tempat untuk mengolah informasi yang didapatkan pasa saat belajar. Jika fungsi kognitif peserta didik tidak berfungsi (lemah/ mengalami hambatan) maka akan kesulitan dalam memahami pelajaran. Dalam proses pembelajaran kognitif, guru berperan sebagai fasilitator sedangkan murid yang memecahkan masalah. Guru juga harus memahami bahwa setiap peserta didik memiliki kemamuan kognitif yang berbeda-beda. Jika guru sudah memahami mengenai tindakan kognitif peserta didik, maka akan mempermudah untuk merumuskan tindakan dalam proses pembelajaran. (Isbir, 2021).

Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajarnya. Menurut Muhammad Surya dalam (Kurniawan & Rahman, 2019) teori perkembangan kognitif Piaget dalam pengajaran yaitu; 1) Memberikan peluang kepada anak agar anak bisa belajar sesuai tahap perkembangannya, 2) Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa oleh karena mengajar, guru hendaknya menggunakan bahasa yang sesuai dengan kemampuan cara berfikir anak, 3) Bahan yang dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing, 4) Anak-anak lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik, artinya guru harus membantu agar anak bisa berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.

 

Pengertian Teori Belajar Humanistik

Teori humanistik dalam pembelajaran adalah memanusiakan manusia, dimana seorang individu menggali kemampuannya sendiri untuk diterapkan dalam lingkungannya. Berdasarkan teori maslow, teori humanistik lebih mengedepankan motivasi untuk mengembangkan potensi peserta didik secara penuh. Humanisme juga merupakan suatu faham filsafat yang menjunjung tinggi nilai-nilai kedudukan manusia serta menjadikannya sebagai kriteria segala sesuatu. Menurut (Yarni, 2019: 271) dalam teori belajar humanistik  mencoba untuk memahami perilaku belajar dari perspektif pelaku, bukan pelajar dan bukan dari  pengamat. Tujuan utama pendidik adalah membantu siswa untuk berkembang oleh dirinya sendiri, hal ini senantiasa untuk membantu semua orang mengenali diri mereka sendiri sebagai manusia yang dapat membantu mewujudkan potensi yang ada di dalam dirinya. Dalam teori belajar humanistik, proses belajar harus berasal dan mengarah pada manusia. Teori ini menekankan pentingnya isi proses pembelajaran, dalam praktiknya teori ini lebih  banyak membahas tentang pendidikan dan proses pembelajaran dalam bentuknya yang paling ideal. Pada dasarnya teori ini lebih tertarik pada gagasan belajar dalam bentuknya yang paling ideal daripada belajar apa adanya, Seperti yang dapat kita amati dalam kehidupan sehari-hari.  Teori apa pun dapat digunakan selama tujuannya adalah "Humanisasi". Dalam teori belajar humanistik, jika peserta didik memahami lingkungannya maka peserta didik tersebut sudah dinyatakan berhasil. Dalam proses belajar, siswa harus berusaha secara bertahap untuk memungkinkan mereka dapat mencapai aktualisasi diri sebanyak mungkin. Teori belajar ini mencoba untuk memahami perilaku belajar dari perspektif pembelajar dari sudut pandang pelaku, bukan dari sudut pandang pengamat.

 

Gagne dan Briggs dalam (Uno, 2006) mengatakan pendekatan humanis adalah mengembangkan nilai-nilai individu dan sikap yang diharapkan oleh masyarakat dan keuntungan perlakuan sejarah, sastra dan strategi berpikir produktif siswa agar dapat memilih rencana pelajaran sehingga mereka dapat mencurahkan waktu mereka untuk berbagai tujuan pembelajaran atau jenis banyak kursus serta solusi yang akan dipelajari dan kemungkinan kegiatan kreatif lainnya. Batasan praktis untuk memilih item ini dapat ditentukan oleh materi pembelajaran dan kendala lingkungan, tetapi dalam konteks pendekatan sistem itu saja, tidak ada yang membatasi keragaman pendidikan ini. Tujuan utama pendidik adalah membantu peserta didik mengembangkan dirinya, yaitu: Bantu semua orang menyadari bahwa mereka unik membantu mewujudkan potensi mereka. Oleh karena itu, teori belajar humanistik merupakan teori yang dikembangkan dalam pembelajaran bagaimana memanusiakan manusia dan siswa untuk mencapai potensinya.

 

Pengertian Teori Belajar Behavioristik

Teori belajar behavioristik merupakan teori belajar yang mengusulkan perubahan perilaku siswa selama pembelajaran. Perubahan tingkah laku siswa ini disebabkan oleh adanya interaksi antara rangsangan dan tanggapan. Dengan kata lain, teori belajar behavioris atau teori behavioris ini diarahkan pada perilaku yang lebih baik. Jika seorang siswa tidak menunjukkan perubahan setelah mengikuti pelajaran, maka menurut teori ini siswa tersebut belum dapat  dikatakan belajar dengan baik.

 

Teori belajar behavioris percaya bahwa belajar adalah proses mengubah perilaku dengan menanggapi rangsangan. Dengan kata lain, belajar adalah suatu bentuk perubahan yang dialami siswa dalam kemampuannya mengubah tingkah laku melalui interaksi rangsangan dan tanggapan. Dalam konsep pembelajaran behavioris, dikatakan bahwa siswa belajar apakah perilakunya akan menjadi lebih baik atau tidak. Salah satu pendukung teori ini adalah Edward Thorndike, yang dikenal dengan teori koneksionisnya. Menurut Thorndike, belajar adalah proses asosiasi antara stimulus respon yang mengarah pada perubahan perilaku. Menurut Thorndike, hubungan stimulus-respon ini dapat diperkuat dengan kesiapan menerima perubahan perilaku (hukum persiapan), pemberian pengulangan (hukum latihan), dan penghargaan (hukum efek). Dalam pembelajaran khususnya matematika, guru memastikan kesiapan siswa dalam belajar, agar stimulus yang diberikan dapat diterima baik oleh siswa dan memunculkan respon yang diinginkan. Stimulus yang diberikan hendaknya sering diulang agar hubungan stimulus respon semakin kuat salah satunya dengan memberikan latihan ataupun penekanan konsep oleh guru. Selain itu, hubungan ini juga dapat diperkuat dengan memberikan penghargaan kepada siswa. Sehingga menimbulkan kepuasan bagi mereka. (Amsari, 2018)

 

B. Tokoh - Tokoh Teori Belajar

1. Tokoh Behavioristik

Tokoh-tokoh penting yang mengembangkan teori belajar behavioristik diantaranya Edward Lee Thorndike, Ivan Pavlov, Edwin Guthrie, Clark Hull dan B.F. Skinner

Edward Lee Thorndike

Teori yang dipelopori oleh Thorndike, memandang bahwa belajar akan terjadi pada diri anak, jika anak mempunyai ketertarikan terhadap masalah yang dihadapi. Siswa dalam konteks ini dihadapkan pada sikap untuk dapat memilih respons yang tepat dari berbagai respons yang mungin bisa dilakukan

Menurut Thorndike, belajar akan berlangsung pada diri siswa jika siswa berada dalam tiga macam hukum belajar, yaitu : 1) The Law of Readiness (hukum kesiapan belajar), 2) The Law of Exercise (hukum latihan), dan 3) The Law of Effect (hukum pengaruh). Hukum kesiapan belajar ini merupakan prinsip yang menggambarkan suatu keadaan si pembelajar (siswa) cenderung akan mendapatkan kepuasan atau dapat juga ketidakpuasan.

 

Ivan Pavlov

Konsep teori yang dikemukakan oleh Ivan Petrovitch Pavlov ini secara garis besar tidak jauh berbeda dengan pendapat Thorndike. Jika Throndike ini menekankan tentang hubungan stimulus dan respons, pada teori Pavlov, peran guru sebaiknya tahu tentang apa yang akan diajarkan, respons apa yang diharapkan muncul pada diri siswa, serta tahu kapan sebaiknya hadiah diberikan, Pavlov lebih mencermati arti pentingnya penciptaan kondisi atau lingkungan yang diperkirakan dapat menimbulkan respons pada diri siswa.

 

Edwin Guthrie

Menurutnya teori behaviorisme menekankan adanya hubungan antara stimulus (S) dengan respons (R) secara umum dapat dikatakan memiliki arti yang penting bagi siswa untuk meraih keberhasilan belajar. Caranya, guru banyak memberikan stimulus dalam proses pembelajaran, dan dengan cara ini siswa akan merespons secara positif apalagi jika diikuti dengan adanya reward yang berfungsi sebagai penguatan terhadap respons yang telah ditunjukkan

 

Clark Hull

Clark Hull adalah seorang behavioris yang amat terpengaruh oleh toeri evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap betahan hidup (struggle for existence).

 

B.F. Skinner

Teori ini dilandasi oleh adanya penguatan (reinforcement). Bedanya dengan teori pengondisian klasik dari Pavlov, kalau pada teori Pavlov yang diberi adalah kondisi stimulus (S)nya, maka pada teori ini yang diberi adalah kondisi  respon (R)nya.

 

2. Tokoh  Kognitif

Tokoh dari teori tersebut antara lain Jean Peaget, Bruner, David P Ausebel dan Robert M. Gagne

Jean Piaget

 Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetic, artinya semakin bertambah umur seseorang, makin komplek susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya (Muhaimin, dkk. 2012: 199). Piaget membagi proses belajar kedalam tiga tahapan yaitu

 

1)Asimilasi. Proses pengintgrasian informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada (John, 1969: 9). Contoh : seorang siswa yang mengetahui prinsip- prinsip penjumlahan, jika gurunya memperkenalkan prinsip perkalian, maka terjadilah proses pengintegrasian antara prinsip penjumlahan (yang sudah ada dipahami oleh anak) dengan prinsip perkalian (informasi baru yang akan dipahami anak) (Nugroho, 2015: 295).

2) Akomodasi. Proses penyesuaian antara struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Penerapan proses perkalian dalam situasi yang lebih spesifik (Wijayanti, 2015: 85). Contohnya : siswa ditelah mengetahui prinsip perkalian dan gurunya memberikan sebuah soal perkalian (Georgia (2010: 254).

3) Equilibrasi. Proses penyesuaian yang berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Hal ini sebagai penyeimbang agar siswa dapat terus berkembang dan menambah ilmunya. Tetapi sekaligus menjaga stabilitas mental dalam dirinya, maka diperlukan roses penyeimbang (Wijayanti, 2015: 86).

 

Jarome Bruner.

menurut Bruner, perkembangan kognitif seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan, terutama bahasa yang biasanya digunakan. Sehingga, perkembangan bahasa memberi pengaruh besar dalam perkembangan. Menurut (Hilgard dan Bower, 1981; Muhaimin, dkk. 2012: 200) penerapan teori Bruner yang terkenal dalam dunia pendidikan adalah kurikulum spiral dimana materi pelajaran yang sama dapat diberikan mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan tinggi, tetapi disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif mereka. Menurut bruner ada 3 tahap dalam perkembangan kognitif, yaitu (Warsita, 2016: 72):

 

1.     Enaktif : usaha/kegiatan untuk mengenali dan memahami lingkungan dengan observasi, pengalaman terhadap suatu realita.

2.     Ikonik :siswa melihat dunia dengan melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal.

3.     Simbolik : siswa mempunyai gagasan-gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi oleh bahasa dan logika dan penggunaan symbol.

 

Ausebel.

Menurut Ausebel siswa akan belajar dengan baik jika isi pelajarannya didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa (Advanced Organizer), dengan demikian akan mempengaruhi pengaturan kemampuan belajar siswa. Menurutnya Proses belajar terjadi melalui tahap-tahap (Budiningsih, 2015: 43): 1). Memperhatikan stimulus yang diberikan; 2). Memahami makna stimulus dan menggunakan informasi yang sudah dipahami

 

Robert M. Gagne

  Menurut teori ini belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi dalam otak manusia. Sedangkan pengolahan otak manusia sendiri dapat dijelaskan sebagai berikut (Nurhadi, 2018: 17):

1.     Reseptor (alat indera) : menerima rangsangan dari lingkungan dan mengubahnya menjadi rangsangan neural, memberikan informasi yang diterimanya dan kemudian di teruskan.

2.     Sensory register (penampungan kesan-kesan sensoris) : yang terdapat pada syaraf pusat, Informasi yang masuk sebagian masuk ke dalam memori jangka pendek dan sebagian hilang dalam system.

3.     Short term memory ( memory jangka pendek ) : menampung hasil pengolahan perceptual dan menyimpannya. Informasi tertentu disimpan untuk menentukan maknanya. Memori jangka pendek dikenal juga dengan informasi memori kerja, kapasitasnya sangat terbatas, waktu penyimpananya juga pendek. Informasi dalam memori ini dapat di transformasi dalam bentuk kode-kode dan selanjutnya diteruskan ke memori jangka panjang.

4.     Long Term memory (memori jangka panjang) :menampung hasil pengolahan yang ada di memori jangka pendek. Informasi yang disimpan dalam jangka panjang, bertahan lama, dan siap untuk dipakai kapan saja.

5.     Response generator (pencipta respon) : menampung informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang dan mengubahnya menjadi reaksi jawaban.

 

3. TokohHumanistik

Tokohnya teori belajar humanistik adalah Abraham Maslow, Carl Rogers (1902) dan Arthur Combs (1912-1999)

1.Abraham Maslow

mengungkapkan bahwa dalam diri individu ada 2 hal penting, yaitu: usaha yang positif untuk berkembang dan kekuatan untuk melawan perkembangan itu. Maslow menambahkan ada 5 kebutuhan pokok manusia yang disajikan secara hirarki yakni Aktualisasi diri, kebutuhan penghargaan, kebutuhan sosial, kebutuhan rasa aman dan perlindungan, kebutuhan fisiologis.

 

2. Carl Rogers

menyatakan bahwa belajar yang berguna secara sosial adalah belajar tentang proses belajar. Ada 4 kebutuhan individu yang harus dipenuhi yaitu: 1) pemeliharaan, 2) peningkatan diri, 3) penghargaan positif (positif regard), dan 5) penghargaan diri yang positif (positif self-regard).

 

3. Arthur Combs

mengungkapkan bahwa belajar akan berarti apabila memiliki arti bagi individu pembelajar. Individu dapat mengerti bagaimana alam atau dunia dari sudut pandangnya sendiri, bukan orang lain. Hal ini pastilah melibatkan perasaan, persepsi, kepercayaan, dan tujuan tingkah laku dari dalam diri individu yang membuat individu berbeda dari orang lain. Oleh karena itu, dalam belajar individu dapat memilih materi yang disukainya, dan guru tidak dapat memaksa materi yang tidak relevan dengan kehidupan mereka

 

C.     Prinsip- Prinsip Teori Belajar

1.     Prinsip Teori Belajar  behavioristik

Stimulus dan Respons Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa misalnya alat peraga, gambar atau charta tertentu dalam rangka membantu belajarnya. Sedangkan respons adalah reaksi siswa terhadap stimulus yang telah diberikan oleh guru tersebut, reaksi ini haruslah dapat diamati dan diukur.

· Reinforcement (penguatan) Konsekuensi yang menyenangkan akan memperkuat perilaku disebut penguatan (reinforcement) sedangkan konsekuensi yang tidak menyenangkan akan memperlemah perilaku disebut dengan hukuman (punishment).

 

1) Penguatan positif dan negatif Pemberian stimulus positif yang diikuti respon disebut penguatan positif. Sedangkan mengganti peristiwa yang dinilai negatif untuk memperkuat perilaku disebut penguatan negatif 2) Penguatan primer dan sekunder. Penguat primer adalah penguatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan fisik. Sedangkan penguatan sekunder adalah penguatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan non fisik. 3) Kesegeraan memberi penguatan (immediacy). Penguatan hendaknya diberikan segera setelah perilaku muncul karena akan menimbulkan perubahan perilaku yang jauh lebih baik dari pada pemberian penguatan yang diulur-ulur waktunya. 4) Pembentukan perilaku (Shapping) Menurut skinner untuk membentuk perilaku seseorang diperlukan langkahlangkah berikut : a. Mengurai perilaku yang akan dibentuk menjadi tahapan-tahapan yang lebih rinci; b. menentukan penguatan yang akan digunakan; c. Penguatan terus diberikan apabila muncul perilaku yang semakin dekat dengan perilaku yang akan dibentuk. 5) Kepunahan (Extinction) Kepunahan akan terjadi apabila respon yang telah terbentuk tidak mendapatkan penguatan lagi dalam waktu tertentu

 

Prinsip teori belajar kognitif

Hal ini menurut Eggen, 13 Paul dan Kauchak, Don 2012:53 (dalam AMALIA, F. :2019) teori-teori kognitif didasarkan pada prinsip-prinsip berikut :

1.     Pembelajaran dan perkembangan tergantung pada pengalaman murid.

2.     Orang ingin pengalaman mereka masuk akal

3.     Orang mengkontruksikan pengetahuan untuk memahami pengalaman mereka.

4. Pengetahuan yang dibangun murid tergantung pada pengetahuan dan pengalaman mereka   sebelumnya.

4.     Interaksi sosial dan penggunaan bahasa memfasilitasi pembangunan pengetahuan.

5.     Belajar menuntut umpan balik.

6.     Belajar meningkat saat pengalaman belajar dikaitkan dengan dunia nyata.

 

Dari pendapat tersebut bahwa pengalaman dari setiap peserta didik juga dapat mempengaruhi perkembangan dan pembelajaran setiap peserta didik, ada yang mencari kebenaran berdasarkan pengalaman yang mereka lalui. Begitu juga dengan prinsip teori kognitif di poin ke tujuh yaitu dengan belajar dapat meningkat saat pembelajaran dikaitkan dengan dunia nyata. Adapun contoh dari poin tujuh tersebut menurut Eggen, Paul dan Kauchak, Don 2012:59 (dalam AMALIA, F. :2019) seorang guru sejarah menggambarkan kesetiaan siswa kepada sekolah dan lingkungan mereka, bahasa, dan kegiatan luar sekolah yang mereka sukai dan dianalogikan bagi pengembangan nasionalisme sebelum Perang Dunia ke- 1

 

3. Prinsip-Prinsip Belajar Humanistic

1). Keinginan untuk belajar (the desire to learn)

Keinginan untuk belajar (The Desire to Learn) Keinginan manusia untuk belajar merupakan hal yang wajar menurut Rogers. Keinginan tersebut dapat dilihat dengan memperhatikan keingintahuan yang mendalam dari seorang anak ketika ia menjelajahi (meng-explore) lingkungannya. Anak diberi kebebasan di dalam kelas untuk mengetahui rasa keingintahuan mereka, untuk mengikuti minat mereka yang tidak dihalangi berarti tentang dunia yang mengelilingi mereka.

b) Belajar tanpa ancaman (Learning without Threat) Menurut identifikasi Rogers, belajar yang paling baik adalah ketika siswa memperoleh dan menguasai suatu lingkungan yang bebas dari ancaman. Proses belajar akan sangat berarti ketika siswa dapat menguji kemampuan mereka, mencoba pengalaman baru, bahkan membuat kesalahan tanpa mengalami sakit hati karena kritik dan celaan.

c) Belajar atas inisiatif sendiri (Self-inisiatif-Learning) Teori belajar Humanistik memandang bahwa belajar akan signifikan dan meresap ketika belajar itu atas inisiatifnya sendiri, melibatkan perasaan dan pikiran siswa sendiri. Belajar atas inisiatif sendiri mengajarkan siswa untuk lebih mandiri dan percaya diri.

 

D. Aplikasi Teori Belajar

a)               Aplikasi Teori Behavirostik Dalam Pembelajaran

Teori behaviorisme yang adanya hubungan antara stimulus (S) dan respon (R) secara umum dapat dikatakan menarik bagi siswa untuk mencapai keberhasilan belajar. Siswa akan merespons dengan cara ini dalam proses pembelajarannya dengan cara guru banyak memberikan stimulus dalam proses pembelajaran, dan dengan cara ini siswa akan merespons secara positif apa lagi jika diikuti dengan adanya reward yang berfungsi sebagai reinforcement (penguatan terhadap respons yang telah ditunjukkan), yaitu Penguatan, atau apa pun yang dapat digunakan untuk meningkatkan timbulnya respons, merupakan faktor penting untuk dipertimbangkan selama pembelajaran. Jika penguatan (baik positif atau negatif) ditambahkan, respons akan menjadi lebih jelas. Mementingkan pengaruh lingkungan, mementingkan bagian-bagian ( elementalistik ), mementingkan peranan reaksi, mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus respon dan mementingkan peranan kemampuan yang terbentuk sebelumnya hal ini termasuk ciri yang kuat dalam   penerapan aplikasi belajar teori behavioristik

Aplikasi teori behavioristik   dapat memaksimalkan tujuan pembelajaran, guru harus menyiapkan hal sebagai berikut:

 

1.               Aplikasi Behaviorisme dalam Membangun Karakter

  Penerapan behaviorisme dalam proses pembelajaran sebagai upaya pembentukan karakter tergambar pada desain pembelajaran, seperti di atas. Hanya sebatas desain yang akan lebih bermakna bila jitu dengan strategi-strategi dalam pengaplikasiannya akan lebih bermakna bila dengan strategi-strategi jitu dalam mengaplikasikannya. Siswa harus mampu memiliki sejumlah kompetensi sebagaimana yang telah ditetapkan dalam standar kompetensi
dan kompetensi dasar
dalam mata pelajaran yang diharapkan mampu memperagakan berbagai keterampilan seperti yang termasuk dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Namun perlu dilakukan analisis keterampilan awal dan karakteristik. Hal ini dilakukan karena siswa yang belajar di sekolah tidak datang tanpa berbekal apapun sama sekali (mereka sangat mungkin memiliki pengetahuan dan keterampilan di luar proses pembelajaran). Selain itu, setiap siswa memiliki keunikan tersendiri dalam mengakses dan/atau merespon berbagai materi di kelas.

 

Behaviorisme menitikberatkan pada lingkungan pembelajaran pengaturan. Dalam hal pembelajaran, ligkungan digunakan sebagai kunci instrumen . Behaviorisme menggariskan bahwa tujuan-tujuan perilaku harus ditetapkan terlebih dahulu dalam pembelajaran, begitu juga dengan Intruksional Design, alat intruksional sebagai acuan utama dalam pembelajaran. Jika kita berbicara tentang pengembangan karakter, maka nilai karakter yang akan digunakan harus dicatat pada saat tujuan perilaku ditetapkan. Setelah tujuan perilaku terpenuhi, desain dan perangkat pembelajaran juga harus dipenuhi untuk memenuhi kebutuhan karakter. Sebagai contoh, jika Anda ingin memberikan karakter jujur ​​kepada peserta didik, tetapkan dalam dokumen perencanaan dan karakter jujur. Setelah  perilaku tujuan selesai, kita harus merancang setting pembelajaran di lingkungan pembelajaran.

 

2.               Merencanakan materi pembelajaran yang akan dibelajarkan

 Idealnya pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru benar-benar sesuai dengan apa yang diharapkan oleh siswa dan juga sesuai dengan kondisi siswa, sehingga guru tidak akan melebih-lebihkan atau meremehkan siswa. Padahal tidak ada yang namanya kenyataan. Ada beberapa siswa yang tahu apa yang mereka bicarakan dan yang lain tidak tahu apa yang mereka bicarakan di kelas. Untuk dapat memberi layanan pembelajaran kepada semua kelompok siswa yang mendekati idealnya (sesuai dengan kemampuan awal dan karakteristik masing-masing kelompok) kita dapat menggunakan dua pendekatan yaitu
a). siswa menyesuaikan diri dengan materi yang akan dibelajarkan, yaitu
dengan cara guru melakukan tes dan pengelompokkan (dalam hal ini tes

dilakukan sebelum siswa mengikuti pelajaran), atau b). materi
pembelajaran disesuaikan dengan keadaan siswa (Atwi Suparman, 1997:108
, Muh. Hizbul Muflihin, 2009).

 

  Berdasarkan pernyataan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa guru harus memasukkan strategi pembentukan karakter ke dalam pembelajaran kegiatan. Strategi integrasi pembentukan karakter kegiatan pembelajaran menjadi keniscayaan dalam rangka membangun kerakter pada anak sebagai calon generasi pemimpin bangsa di masa yang akan datang.

 

b)               Aplikasi  Teori  Belajar  Humanistik  dalam Pembelajaran

Teori humanistik terkadang dikritik dan  Sukar menerjemahkannya ke dalam langkah-langkah yang lebih konkret dan praktis. Teori ini dianggap lebih dekat dengan bidang filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi daripada bidang pendidikan, sehingga sukar menerjemahkanya. Namun karena sifat idealnya adalah untuk manusiakan manusia, maka teori humanistik mampu memberikan arah kepada semua komponen proses pembelajaran untuk mencapai tujuan. Setiap komponen pendidikan, termasuk tujuan pendidikan, didasarkan pada pribadi teladan, pribadi ideal, pribadi yang dapat dicontoh, dan orang yang dapat mengikuti perkembangan zaman. Untuk itu, sangat penting untuk memahami bagaimana perkembangan peserta didik bekerja dalam memperbarui profil mereka, mengembangkan strategi untuk menangani masalah mereka, dan mewujudkan tujuan mereka. Dengan cara ini, pendekatan humanistik mungkin menjelaskan bagaimana tujuan yang diinginkan dapat dicapai. Teori humanistik akan membantu pendidik dalam memahami arah belajar pada dimensi yang luas, sehingga upaya pembelajaran apapun dan konteks manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan untuk mencapai tujuan.

 

 Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit human being selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan.  Guru : memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif dan dalam  Proses belajar : menyenangkan dan bermakna bagi siswa

 

Oleh     sebab     itu  walaupun  secara  eksplinsit  belum  ada  pedoman     baku     tentang    Langkah- langkah         pembelajaran         dengan  pendekatan  humanistic,  namun  paling tidak    Langkah-langkah  pembelajaran  yang   dikemukakan   oleh Suciati dan Prasetya Irawan (2001),  Perni, 2019) dapat  digunakan   sebagai   acuan.   Langkah-langkah yang dimaksud adalah sebagai berikut:

 

a.     Menentukan  tujuan- tujuanpembelajaran.Menentukan      materi  pelajaran.

b.     Mengidentifikasi  kemampuan  awal  (entry behavior)

c.      Mengidentifikasi topik-topik  pembelajaran  yang  memungkinkan  siswa  secara    aktif  melibatkan  diri atau mengalami dalam belajar.

d.     Merancang  fasilitas  belajar  seperti lingkungan dan media pembelajaran

e.     Membimbing   siswa   belajar   secara aktif.

f.       Membimbing siswa  untuk memahami    hakikat,    makna,    dari pengalaman belajarnya.

g.     Membimbing   siswa  membuat konseptualisasi  pengalaman belajarnya

h.     Membimbing   siswa  dalam mengaplikasikan komponen-komponen baru ke situasi nyata.

i.       Mengevaluasi    proses    dan    hasil belajar

 

aplikasi humanistik ini  pembelajaran cenderung mendorong siswa untuk berpikir induktif. Teori ini juga mementingkan faktor pengalaman dan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar.

 

c)               Aplikasi Teori Belajar kognitif

Kemampuan kognitif anak usia dasar tidak dapat dibandingkan dengan kemampuan kognitif anak remaja dan orang dewasa. Secara umum, anak usia dasar kognitif masih terbatas dalam hal-hal yang bersifat konkret dan nyata, misalnya, anak usia 6 atau 7 tahun dapat memahami gelas bisa pecah jika dibenturkan dengan lantai, anak belum bisa menjawab penyebab peca Anak usia dasar memiliki keterbatasan berfi kir terhadap hal yang bersifat abstrak, seperti ketika anak usia 7-9 pertanyaan tentang mengapa bumi mengelilingi matahari. Anak akan mengalami kesulitan, bahkan merasa bingung untuk menjawab pertanyaan yang demikian secara ilmiah, dan ketika dipaksa, justru anak akan merasa setres, karena kemampuan kognitifnya tidak sampai pada tahap berfikir yang rumit. Anak memiliki pemahaman yang lebih baik dari anak praoperasional (2-7 tahun) konsep spasial, sebab-akibat, pengelompokan, penalaran mengenai induktif dan deduktif, konservasi, dan konsep angka/matamatik pada tahap operasional konkret.  Aplikasi teori belajar kognitif dengan adanya tujuan pendidikan menurut teori belajar kognitif adalah :

 

• Menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi,

      • Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik

 

E.               Implikasi Teori Behavioristik dalam Proses Pembelajaran

Implikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik peserta didik, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar atau peserta didik. Siswa diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pendidik atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid. Karena teori behavioristik memandang bahwa sebagai sesuatu yang ada di dunia nyata telah tersetruktur rapi dan teratur, maka siswa atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan lebih dulu secara ketat.

 

Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum, dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa adalah adalah obyek yang harus berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri siswa. Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes.

 

F. Kelebihan dan Kelemahan Teori Kognitif, Humanistik, dan Behavioristik

1.               Kelebihan dan Kelemahan Teori Kognitif

a.               Kelebihan

a.     Sebagian besar dalam kurikulum pendidikan negara Indonesia lebih menekankan pada teori kognitif yang mengutamakan pada pengembangan pengetahuan yang dimiliki pada setiap individu.

b.     Pada metode pembelajaran kognitif pendidik hanya perlu memberikan dasar-dasar dari materi yang diajarkan untuk pengembangan dan kelanjutannya diserahkan pada siswa. Pendidik hanya memantau dan menjelaskan dari alur pengembangan materi yang telah diberikan.

c.      Metode kognitif mudah untuk diterapkan dan juga telah banyak diterapkan pada pendidikan di Indonesia dalam segala tingkatan.

 

b.               Kekurangan

a.     Pada dasarnya teori kognitif ini lebih menekankan pada kempuan ingatan siswa dan kemampuan ingatan masing-masing siswa. Sehingga kelemahan yang terjadi disini adalah selalu menganggap semua siswa itu mempunyai daya ingat yang sama dan tidak dibeda-bedakan.

b.     Apabila dalam pengajaran hanya menggunakan metode kognitif, maka dipastikan peserta didik tidak akan mengerti sepenuhnya materi yang diberikan.

c.      Dalam menerapkan metode pembelajaran kognitif perlu diperhatikan kemampuan siswa untuk mengembangkan suatu materi yang telah diterimanya.

 

2.               Kelebihan dan Kelemahan Teori Humanistik

a.               Kelebihan

a.     Bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, analisis terhadap fenomena sosial. Siswa merasa senang, berinisiatif dalam belajar. Guru menerima siswa apa adanya dan memahami jalan pikiran siswa.

b.     Selalu mengedepankan akan hal-hal yang bernuansa demokratis, partisipatif-dialogis dan humanis.

c.      Suasana pembelajaran yang saling menghargai, serta adanya kebebasan berpendapat.

 

a.     Kekurangan

b.     Bersifat individual, proses belajar tidak akan berhasil jika tidak ada motivasi dan lingkungan yang mendukung, sulit diterapkan dalam konteks yang lebih praktis.

c.      Peserta didik kesulitan dalam mengenal diri dan potensi-potensi yang ada pada diri mereka.

 

3.               Kelebihan dan Kelemahan Teori Behavioristik

a.               Kelebihan

a.     Siswa selalu dibiasakan untuk latihan dan praktik.

b.     Siswa didorong untuk berfikir linier dan konvergen.

c.      Siswa dapat dengan mudah mencapai suatu target tertentu dalam pembelajaran.

 

b.               Kekurangan

a.     Siswa sangat dibatasi kreatifitas, produktifitas dan imajinasinya.

b.     Teori behavioristik hanya bersipusat pada guru, sedangkan siswa bersifat pasif dan hanya mengikuti intruksi-intruksi yang diberikan oleh guru.

c.      Tidak mengakomodir kondisi belajar yang kompleks karena hanya beracuan pada stimulus dan respon.

 

PENUTUP

A.               Simpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa teori-teori yang mendasari proses pembelajaran mengarah pada terbentuknya kondisi belajar. Oleh karena itu, dengan adanya teori pembelajaran akan memudahkan guru dalam menerapkan model pembelajaran dan membantu siswa belajar. Beberapa teori belajar muncul selama perkembangan psikologi pendidikan, antara lain: teori belajar kognitif, teori belajar humanistik, dan teori belajar behavioris. Teori di atas tentang Implikasi dan Teori Belajar membuat siswa lebih memainkan peran dalam belajar. memiliki banyak peran belajar siswa, hasil belajar akan lebih baik, siswa akan lebih memahami materi yang dipelajari. jika siswa memiliki pelajari tentang materi yang diteliti kemudian dia akan lulus ujian. Perlu kita ketahui bahwa teori belajar menjadi suatu hal yang patut diketahui oleh para guru hingga orangtua. Sebab, macam-macam teori belajar dikatakan akan berpengaruh secara tidak langsung dengan ilmu yang akan diserap murid. Hal itu pun secara langsung juga dapat berkaitan dengan prestasi akademik yang mampu diraihnya. Dengan menggunakan teori belajar yang tepat, tidak mustahil bagi sang murid untuk memperoleh prestasi hingga kemampuan yang gemilang.

 

Seperti yang direkomendasikan Merril, perubahan tingkat pembelajaran dari tahap memori, lanjutkan digunakan di atas panggung temukan konsep, prosedur, atau prinsip pendatang baru di bidang subjek ilmiah atau keterampilan yang sedang diteliti. Ada teori belajar, menurut Jerome Bruner kegiatan belajar akan berjalan dengan baik jika siswa dapat menemukan dan menjadi kreatif itu sendiri merupakan aturan atau kesimpulan yang menegaskan. Rencana strategi pembelajaran yang dapat dilaksanakan oleh guru dengan materi pembelajaran yang sudah diketahui sebagian besar siswa yang dapat diajarkan dalam format ekstrakurikuler (mengharuskan siswa untuk belajar dan berdiskusi di rumah atau dalam kelompok belajar, diikuti dengan kewajiban untuk melaporkan hasil). dari diskusi kelompok). Adapun topik pembelajaran yang sebagian besar siswa tidak tahu dan belum tahu, akan dipelajari secara memadai di kelas.

 

B.               Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan makalah di atas dengan sumber dan referensi yang lebih akurat serta dapat dipertanggung jawabkan.

Penulis menegasakan bahwa teori belajar membuat siswa lebih memainkan peran dalam belajar. Hal tersebut menjadi sesuatu yang patut diketahui oleh para guru hingga orangtua. Sebab, macam-macam teori belajar dikatakan akan berpengaruh secara tidak langsung dengan ilmu yang akan diserap murid. Penulis juga menyarankan konsep keterampilan fisik dan mental yang dapat ditumbuhkan dan diterapkan secara matang, mengakibatkan perubahan psikomotorik, dan juga dapat membentuk sikap pribadi, mengarah pada hal-hal positif untuk dipikirkan, sehingga mengakibatkan perubahan emosional pribadi.

 

DAFTAR PUSTAKA

Muh. Hizbul Muflihin. (2009). Aplikasi Dan Implikasi Teori Behaviorisme Dalam Pembelajaran. Khazanah Pendidikan, 1(2), 26–36.

Perni, N. N. (2019). Penerapan Teori Belajar Humanistik Dalam Pembelajaran. Adi Widya: Jurnal Pendidikan Dasar, 3(2), 105. https://doi.org/10.25078/aw.v3i2.889

Amsari, D. (2018). Implikasi Teori Belajar E. Thorndike (Behavioristik) Dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Basicedu, Volume 2, Nomor 2, , 52-60.

Dehfi Yuhwaningsih, d. (2019). TEORI BELAJAR KOGNITIF DAN PENERAPANNYA (BRUNER, AUSUBEL, DAN BANDURA). deyounglifewithinspiration, 4.

Delfi Yuhwaningsih, d. (2019). TEORI BELAJAR KOGNITIF DAN PENERAPANNYA(BRUNER, AUSUBEL, DAN BANDURA). deyounglifewithinspiration, 4.

Isbir, M. (2021). TEORI BELAJAR KOGNITIF JEAN PIAGET DAN APLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN. Belajar Dan Pembelajaran, 186.

Junaidi Nast, T., & Yarni, N. (2019). Teori Belajar Menurut Aliran Psikologi Humanistik Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran. Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran, Volume 2 Nomor 2.

Kurniawan, M., & Rahman, Y. (2019). Teori Belajar Kognitif Membedah Psikologi Belajar Jean Piaget. Jurnal Pendidikan Islam, Volume 3, Nomor 2, 1-10.

Suzana, Y., Jayanto, I., & S Farm. (2021). Teori Belajar & Pembelajaran. Literasi Nusantara.

Uno, H. (2006). Orientasi Baru Dalam Perkembangan . Jakarta: Bumi Aksara.

Masgumelar, N. K., & Mustafa, P. S. (2021). Teori Belajar Konstruktivisme dan Implikasinya dalam Pendidikan dan Pembelajaran. GHAITSA: Islamic Education Journal, 2(1), 49-57.

Nurhadi, N. (2020). Transformasi Teori Kognitivisme dalam Belajar dan Pembelajaran. BintanG, 2(1), 16-34.

Sulistiawati, S. (2019). Pembelajaran matematika gasing ditinjau dari berbagai perspektif teori belajar. Teorema: Teori dan Riset Matematika, 4(1), 41-54.

Wati, W. (2010). Makalah Strategi Pembelajaran Teori Belajar dan Pembelajaran. Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang

 

Amsari, D. (2018). Implikasi Teori Belajar E. Thorndike (Behavioristik) Dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Basicedu, Volume 2, Nomor 2, , 52-60.

Isbir, M. (2021). TEORI BELAJAR KOGNITIF JEAN PIAGET DAN APLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN. Belajar Dan Pembelajaran, 186.

Junaidi Nast, T., & Yarni, N. (2019). Teori Belajar Menurut Aliran Psikologi Humanistik Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran. Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran, Volume 2 Nomor 2.

Kurniawan, M., & Rahman, Y. (2019). Teori Belajar Kognitif Membedah Psikologi Belajar Jean Piaget. Jurnal Pendidikan Islam, Volume 3, Nomor 2, 1-10.

Suzana, Y., Jayanto, I., & S Farm. (2021). Teori Belajar & Pembelajaran. Literasi Nusantara.

Uno, H. (2006). Orientasi Baru Dalam Perkembangan . Jakarta: Bumi Aksara.