Resume Jihad di Jalan Allah
Jihad di Jalan Allah
Pengertian
Jihad
Secara
harfiyah makna jihad jika diambil berasal dari kata dasarnya: kata dasarnya
yang berasal dari: (جَÙ‡َدَ-ÙŠَجْÙ‡َدُ-جَÙ‡ْدًا) maknanya bersungguh-sungguh.
Selanjutnya, jika diambil dari kata (جَاهَدَ) bermakna berjuang, dan (Ù…ُجَاهِدٌ)
dengan makna yang berjuang, maka (جِÙ‡َادٌ) artinya perjuangan. Sehingga, jihad
adalah mencurahkan segala kemampuan yang dimiliki oleh seseorang.
Kata
Jihad dalam Al-Quran
Kata
jihad dalam berbagai derivasinya disebut kan dalam Alquran sebanyak 35 kali,
sebagian besar nya berarti perang. Apabila kata jihad
dalam Alquran itu dimaksudkan perang biasanya kata itu diikuti
dengan ungkapan fi sabilillah, sehingga menjadi jihad fi sa bilillah (perang di
jalan Allah).
Jihad
Periode Makkah
Penggunaan
istilah jihad pada periode Makkah lebih ditekankan pada jihad dalam berdakwah,
yaitu berdialog dengan kaum Quraisy Makkah dengan dialog yang baik sehingga
ajaran Islam dapat diterima dengan baik dan benar. Mahmud Tsabit Al Fuadi(Chirzin,2004,
hal. 38-39). Pada periode Mekkah sama sekali tidak menyuruh untuk berperang
secara fisik. Periode jihad saat itu adalah menyeru untuk bersabar
terhadap pengaruh musuh dan terus melakukan dakwah secara lisan di
tengah-tengah masyarakat.
Jihad
Periode Madinah
Selama 13 tahun di Mekah Allah membela orang yang
beriman dengan menguatkan hati mereka untuk bersabar dalam menghadapi hinaan,
boikot, pengusiran dan percobaan pembunuhan yang dilakukan orang-orang kafir.
Setelah, hijrah ke Madinah, diizinkan kepada orang-orang yang diperangi untuk
berperang guna membela diri dan kehormatan agama dalam Perang Badar, karena
sesungguhnya mereka dizalimi selama di Mekah. Dan sungguh, Allah Mahakuasa
menolong mereka itu pada Perang Badar dengan menurunkan para malaikat untuk
mengalahkan orang-orang kafir Mekah.
Kata
Jihad Dalam As-Sunnah
Jihad mestinya dilakukan pada setiap saat,
misalnya, jihad dalam bidang politik, ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial
dan budaya agar kualitas kehidupan umat Islam akan terpelihara, yang pada
akhirnya mewujudkan kemajuan, keharmonisan kesejahteraan, dan
kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat. Contoh implementasi jihad dalam as-Sunnah:
1.
Jihad
berperang di jalan Allah
2.
Jihad
menjalankan ibadah kepada Allah
3.
Jihad
menuntut ilmu
4.
Jihad
mengatakan yang benar di hadapan penguasa zalim
5.
Jihad
berbakti pada orang tua
6.
Jihad
melawan hawa nafsunya sendiri
7.
Membantu
janda dan orang-orang miskin termasuk jihad
Jihad Sebagai Ruh Beragama
Jihad
merupakan penyempurna agama bagi seorang Muslim. Secara fitrah, jiwa manusia
terilhami memiliki potensi kebaikan dan keburukan. Kebaikan dan keburukan yang
ada dalam diri manusia merupakan ujian yang diberikan Allah swt. Untuk
senantiasa melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan manusia perlu usaha dan
perjuangan. Usaha dan perjuangan tersebut dinamakan jihad.
Jihad
dinyatakan sebagai bentuk ujian dan cobaan terhadap seorang muslim sebagai
syarat untuk seseorang masuk syurga. Hal ini sejalan dengan firman Allah swt dalam
Qs. Ali Imran/3 : 142.
Unsur-Unsur Jihad
1.
Pelaku
Pelaku jihad
dinamakan mujahid, yaitu orang yang mengerahkan seluruh daya dan
kemampuannya dengan sukarela dalam berkorban, baik berupa
jiwa, harta, tenaga, pikiran dan
apa pun yang bersangkut dengan totalitas diri
manusia.
2.
Tujuan
Tujuan utama
jihad yakni menghadapi musuh untuk
menyuarakan kebenaran, menebarkan kebaikan
dan keluhuran.
3.
Sarana
Sarana dalam
berjihad meliputi jiwa, raga dan harta benda yang meliputi segala sarana fisik
dan nonfisik.
4.
Objek
Objek dari
berjihad adalah memerangi orang-orang kafir dan orang-orang munafik serta
memerangi setan dan hawa nafsu.
5.
Pemberian
tugas jihad
Perintah
berjihad berasal dari Allah swt yang ditujukan kepada umat Islam dengan perantara
Alquran
Macam-Macam
Jihad
Menurut
ar-Raghib al-Isfahani dalam Mufradaat al-faadzil Quraan, jihad terdiri atas;
jihad melawan musuh yang nyata, jihad melawan Syetan, dan jihad melawan hawa
nafsu. Sedangkan menurut Ibnul Qayyim al-Jauziyah, jihad secara global menjadi
empat tingkatan: Jihad terhadap diri sendiri, Jihad melawan godaan syetan,
Jihad memerangi orang-orang kafir, dan jihad terhadap orang-orang munafik.
Kemudian kempat tingkatan jihad ini dipecah lagi menjadi 13 tingkatan.
1.
Jihad
terhadap diri sendiri
Jihad
terhadap diri sendiri terbagi menjadi empat, yakni:
1)
Berjihad terhadap diri untuk mempelajari
kebaikan, petunjuk dan agama yang benar.
2)
Berjihad terhadap diri untuk mengamalkan ilmu
yang sudah didapat.
3)
Berjihad terhadap diri untuk mendakwahkan dan
mengajarkan ilmu kepada orang lain. Keempat, berjihad terhadap diri dengan
kesabaran ketika mengalami kesulitan dan siksaan ketika berdakwah.
2.
Jihad melawan godaan syetan
Jihad melawan setan, ada dua tingkatan yakni:
1)
Berjihad dengan membuang segala kebimbangan
dan keraguan dalam keimanan.
2)
Berjihad melawan syetan dengan menahan
keinginan berbuat kerusakan dan memenuhi syahwat yang dibisikan syetan.
3.
Jihan memerangi orang-orang kafir dan munafik
Jihad
memerangi orang-orang kafir dan munafik, terbagi menjadi empat tingkatan.
1)
Berjihad dengan hati.
2)
Berjihad dengan lisan.
3)
Berjihad dengan harta.
4)
Berjihad dengan jiwa
4.
Jihad melawan kedzaliman dan kefasikan
Jihad melawan
kedzaliman dan kefasikan, terbagi menjadi tiga tingkatan.
1.
Berjihad dengan kekuatan jika memiliki
kemampuan untuk melakukannya.
2.
Jika tidak mampu maka berjihad dengan
lisannya.
3.
Jika masih tidak mampu maka berjihad dengan
hati.
Jihad
Mengelola Hati dan Menghadapi Tipu Daya Syetan
Banyak pintu masuk yang dilalui setan, Quraih Shihab
(1996, hal. 512) menyebutkan beberapa diantaranya, yaitu:
1.
Ambisi yang berlebihan dan prasangka buruk
terhadap Tuhan.
2.
Gemerlap duniawi.
3.
Merasa lebih dari orang lain.
4.
Memperkecil dosa atau kebaikan.
5.
Riya.
Sehubungan
dengan hal tersebut ada dua hal yang perlu kita perhatikan agar mampu mengelola
setiap hati dengan baik, agar terhindar dari bujuk rayu setan, yaitu
1.
Waspada setiap waktu dan merenungkan firman
Allah swt.
2.
Dzikrullah atau senantiasa menginat Allah.
Pada hakikatnya adalah kesadaran akan kebergantungan
manusia terhadap Allah swt.