Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Didactical Design Research (DDR)

 


Didactical Design Research (DDR)

Sudah hal yang lazim seorang guru mempersiapkan rancangan (desain) pembelajaran sebelum proses pembelajaran berlangsung agar urutan aktivitas situasi didaktis dapat diupayakan terjadi. Tujuan desain didaktis ini yaitu untuk mengurangi hambatan belajar (learning obstacle) siswa ketika proses pembelajaran. Menurut Suryadi (2013, hlm. 3) bahwa:


Penelitian  Desain Didaktis atau Didactical Design Research (DDR) pada dasarnya terdiri atas tiga tahap yaitu: (1) analisis situasi didaktis sebelum pembelajaran yang wujudnya berupa Desain Didaktis Hipotesis termasuk ADP, (2) analisis metapedadidaktik, dan (3) analisis retrospektif yakni analisis yang mengaitkan hasil analisis situasi didaktis hipotesis dengan hasil analisis metapedadidaktik.


Sebelum pembelajaran, proses berpikir guru difokuskan pada pengembangan desain didaktis. Analisis terhadap desain didaktis menghasilkan antisipasi didaktis pedagogis (ADP). Pada saat pembelajaran proses berpikir merupakan analisis terhadap rangkaian situasi didaktis. Setelah kegiatan pembelajaran berlangsung kemudian dilanjutkan pada refleksi yang menggambarkan pikiran guru tentang apa yang terjadi selama proses pembelajaran kaitannya dengan pikiran guru sebelum pembelajaran.


Pada hakikatnya dalam proses pembelajaran terdapat hubungan didaktis yang terjadi antara guru, siswa dan materi pembelajaran. Kansanen (dalam Suryadi, 2013, hlm. 4-5) menggambarkan bahwa “hubungan Guru-Siswa-Materi digambarkan sebagai sebuah Segitiga Didaktik yang menggambarkan hubungan didaktis (HD) antara siswa dan materi, hubungan pedagogis (HP) antara guru dan siswa serta hubungan antisipatif guru-materi yang selanjutnya bisa disebut sebagai Antisipasi Didaktis dan Pedagogis (ADP)”. Sebagaimana diilustrasikan pada gambar didaktis Kansanen yang dimodifikasi berikut ini.


Gambar 2.3 Segitiga Didaktis yang Dimodifikasi

Pada gambar tersebut, terlihat bahwa peran seorang guru merupakan yang paling utama dalam menciptakan suatu situasi pembelajaran sehingga terjadi proses belajar pada diri siswa. Selain itu seorang guru perlu memiliki kemampuan untuk menciptakan hubungan antara siswa dan materi ajar sehingga tercipta suatu situasi pembelajaran yang ideal. Sejalan dengan pendapat Nur’aeni & Muharram (2016, hlm. 141) “selain perlu menguasai materi ajar, guru juga perlu mengetahui hal lain yang terkait dengan siswa serta mampu menciptakan situasi pembelajaran yang ideal bagi siswa”. Dengan kata lain, guru harus mampu mengkolaborasikan ketiga komponen tersebut untuk menciptakan situasi pembelajaran secara utuh dan sesuai dengan siswa.