Jurnalistik Media Cetak
Jurnalistik Media Cetak
Jurnalistik Media Cetak (Jurnalistik Koran dan Jurnalistik Majalah)
Jurnalistik
media cetak dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor verbal dan visual.
Verbal, sangat menekankan pada kemampuan kita memilih dan menyusun kata rangkaian
kalimat dan paragraf yang efektif dan komunikatif. Visual, menunjuk pada
kemampuan kita dalam menata, menempatkan, mendesain tata letak atau hal-hal
yang menyangkut segi perwajahan. Materi berita yang ingin kita sampaikan kepada
pembaca memang merupakan hal sangat penting. Namun, bila berita tersebut tidak
ditempatkan dengan baik, dampaknya akan kurang berarti. Hal inilah yang harus
diperhatikan oleh bagian desain visual, tata letak, atau perwajahan.
Dalam
perspektif jurnalistik, setiap informasi yang disajikan kepada khalayak, bukan
saja harus benar, jelas dan akurat melainkan juga harus menarik. Membangkitkan
minat dan selera baca (surat kabar, majalah) selera dengar (radio siaran), dan
selera menonton (televisi). Inilah antara lain yang membedakan karya
jurnalistik dengan karya lainnya seperti karya ilmiah. Karya jurnalistik harus
benar dan dikemas dalam bahasa dan penyajian yang menarik. Karya ilmiah,
biasanya hanya benar tetapi kurang menarik.
Kehidupan
media cetak ditentukan oleh “kondisi dimana ia hidup”, yakni: ”sistem politik,
sistem kekuasaan, serta kultur kekuasaan.” Jadi setiap perubahan sistem
politik, sistem pers juga akan berubah sesuai yang dikehendaki kekuasaan.
Selain mengikuti waktu periodik terbitnya setiap pagi atau petang, sebagai
harian, mingguan, atau bulanan, dan sesekali menerbitkan edisi khusus,
perwajahan Koran pun ikut mengadakan perubahan. Misalnya kompas, di pertengahan
2005 mengadakan perubahan ukuran, kolom, gambar, foto, serta tata letak dan
tata wajah, juga dalam bahasa penyajian dan gaya pelaporannya.
Begitu
pula dengan tampilan majalah. Sejak reformasi bergulir di Indonesia, banyak
majalah bermunculan. Mereka mengejar kebutuhan masyarakat akan berbagai
informasi, dari yang ringan sampai yang berat. Di berbagai majalah berita,
misalnya, para wartawannya bukan sekedar melaporkan peristiwa publik tapi juga
mengejar berbagai informasi yang tersembunyi. Para wartawan dikirim meliput ke
berbagai institusi publik, perusahaan komersial, atau pemerintahan.
Surat Kabar
Menurut
Dame Rebecca West, “setiap masyarakat membutuhkan berita seperti orang
membutuhkan mata. Ia ingin tahu apa segala sesuatu yang terjadi.” Tapi, berita
tidak selamanya berarti seperti itu. Menurut William Randolph Hearst, berita
adalah seseorang yang ingin menyetop sesuatu yang hendak dicetak. Karena, iklan
lebih perlu. Dua hal itu menyertai perkembangan dunia persuratkabaran modern.
Sejalan dengan daya rengkuhnya terhadap jutaan pembaca di berbagai belahan
dunia, serta persaingannya dengan radio dan televisi. Teknologi elektronik,
yang memasok televisi ikut mendorong perkembangan proses percetakan surat
kabar. Kehadiran televisi membuat pemunculan Koran-koran yang dibagikan secara
gratis. Iklan telah menutup biaya produksi cetak.
Waktu
terbitnya pun bervariasi: ada surat kabar harian, mingguan, surat kabar pagi
atau sore. Juga target distribusinya, ada yang hendak menjangkau beberapa ratus
penduduk sebuah kota kecil, ada yang hendak memasok seluruh rakyat di sebuah
Negara atau bangsa, bahkan untuk seluruh orang di dunia sebagai “pasar”
internasional. Sebuah surat kabar berbeda dari tipe publikasi lain karena
kesegeraannya, karakteristik headline-nya, dan keanekaragaman liputan yang
menyangkut berbagai topik, isu, dan peristiwa. Walau demikian, fungsi surat kabar
bukan sekedar pelapor kisah-kisan human interest, dari berbagai peristiwa atau kejadian
orang seorang.
Pada
abad ke-19, surat kabar independen pertama memberikan kontribusi signifikan
bagi penyebaran keaksaraan (kemelek hurufan) dan berbagai konsep hak asasi
manusia dan kebebasan demokratis. Asumsinya ialah setiap orag memiliki hak
untuk mengetahui segala pernak-pernik kejadian. Karena, dari bekal informasi
itulah, setiap orang dapat turut berpartisipasi di dalam kehidupan masyarakat.
Perkembangan surat kabar, menurut ENCYCLOPEDIA BRITANNICA ada tiga fase, yaitu:
•Fase
pertama, fase para pelopor yang mengawali penerbitan surat kabar yang muncul
secara sporadis, dan secara gradual kemudian menjadi penerbitan yang regular
yang teratur waktu terbit dan materi pemberitaan serta khalayak pembacanya.
•Fase kedua, pertumbuhan kemapanan jurnal-jurnal reguler yang masih rentan
terhadap berbagai tekanan masyarakat. Sistem otokrasi yang masih menguasai
masyarakat membuat surat kabar kerap ditekan kebebasan menyampaikan laporan
pemberitaannya.
•Fase ketiga, ialah masa penyensoran telah tiada namun berganti dengan berbagai
bentukan pengendalian.
Newsletter
Newsletters
(laporan berkala) merupakan laporan-laporan yang bersifat umum tapi tidak
selalu tetap isinya. Mereka menawarkan variasi personal journalism dan jarang
memuat iklan. Menurut ENCYCLOPEDIA BRITANNICA, pionir newsletter modern adalah
corantos, kumpulan-kumpulan halaman berbagai item berita yang dikutip dari
berbagai jurnal asing. Awalnya beredar di Belanda pada permulaan abad 17, dan
terjemahan inggris dan prancisnya diterbitkan di Amsterdam. Boston Newsletter
juga merupakan Koran pertama Amerika muncul di tahun 1704.
Roger
W. Babson, bisa dianggap diantaranya orang yang memperkenalkan newsletter.
Dalam perkembangannya, sirkulasi newsletter punya banyak variasi, dari lembaran
Cuma-Cuma kelompok voluntaris dalam jumlah yang kecil sampai jumlah ratusan
ribu langganan berkala The Kiplinger Washington Letter, yang dibuat oleh
Willard M.Kiplinger sejak tahun 1923.
Perkembangan newsletter dipengaruhi oleh mesin ketik, kecepatan dan usaha mesin
cetak serta kamera dan seni di abad ke-20, kiriman pos secara langsung dan
khusus turut mempengaruhi. Komputer dan pengiriman elektronik mempercepat
jumlah dan waktu sebarnya.
Majalah
Perkembangan
majalah memiliki beberapa tahapan, seiring perjalanan peradaban manusia
mengembangkan media sebagai sarana informasi. Perkembangan majalah menurut
ENCYCLOPEDIA BRITANNICA:
Abad
ke-17, majalah yang kita kenal saat ini baru ada setelah ditemukannya mesin
cetak di Barat. Majalah paling awal Erbauliche Monaths- Unterredungen
(1663-1668) diterbitkan oleh Johann Rist, seorang teolog dan penyair dari
Hamburg. Bentukan iklan buku dikenalkan tahun 1650, berupa feature yang muncul
secara reguler dan kadang diberi ulasan. Jenis majalah yang ringan isinya, atau
berkala hiburan terbit pada tahun 1672, yaitu Le Mercure Galant (Mercure de
France).
Abad
ke-18: Inggris, perkembagan di Inggris, ditandai dengan keadaan masyarakat yang
telah meningkat kemampuan “melek huruf”-nya, khususnya di kalangan perempuan
ditambah menggejalanya kesadaran masyarakat akan hal-hal baru. Yang lebih
khusus lagi kemapanan penerbitan majalah dipengaruhi oleh tiga essay
periodicals (esai-esai berkala), yang ditulis Daniel Defoe’s The Review, Sir
Richard Steele’s The Tatler, yang sama-sama terbit seminggu tiga kali, dan The
Spectator yang ditulis oleh Joseph Addison, dan Addison dan Steele’s.
Abad ke-19: Awal pendistribusian massal, di awal terbitannya, berbagai majalah
di desain hanya untuk kalangan terbatas. Penerbitnya lebih suka disebut
pengelola “quality” magazines. Sejak tahun 1830-an, bermunculan majalah-majalah
berharga murah, yang ditujukan kepada publik yang lebih luas. Di AS, penerbitan
majalah terjadi setelah ekspansi besar-besaran pasca perang sipil, selain di
Amerika dan Inggris industri penerbitan majalah juga berkembang di Australia.
Abad
ke-20: Iklan, majalah berita, iklan pada awalnya, ditentang di berbagai
majalah. Alasannya menjaga nilai-nilai sastrawi (kesusastraan). Akan tetapi,
dewasa ini, iklan sudah menjadi tenaga industri media. Penerbitan majalah,
sebagian besarnya termasuk medium yang didorong oleh iklan. Perkembangan
kehidupan yang memola waktu masyarakat semakin cepat, serta teknologi cetak
yang telah mengirimkan limpahan informasi telah mendorong tumbuhnya penerbitan
majalah yang ringkas, padat, dan pendek sajian-sajiannya.