Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Puisi : Terlena Karya Buya Hamka



PUISI/SAJAK

TERLENA
Karya : Buya Hamka

Waktu terlalu begitu pantas menipu kita yang terlena
Belum sempat berdxikir di waktu pagi, hari sudah menjelang siang
Belum sempat bersedekah pagi, matahari meninggi

Niat pukul 09.00 pagi hendak sholat dhuha
Tiba-tiba adzan dzuhur berkumandang
Teringin setiap pagi membaca 1 juz Al-qur'an
Menambah hafalan satu hari satu ayat
Itu pun tidak dilakukan

Rancangan untuk tidak melewatkan malam
Kecuali dengan tahajud dan witir
Walaupun hanya 3 rakaat, semua tinggal angan-angan

Beginikah berterusnya nasib hidup menghabiskan umur?
Berseronok dengan usia?

Lalu tiba-tiba menjelmalah usia di jangka 30
Sebentar kemudian 40, tidak lama terasa menjadi 50
Dan kemanusian orang mula memanggil kita dengan
Panggilan "Tok Wan, Atak...Nek" menandakan
Kita sudah Tua

Lalu diambil, menunggu sakaratul maut tiba
Diperlihatkan catatan amal yang kita pernah buat
Astagfirullah, Ternyata tidak seberapa sedekah dan
Infaq cuma sekadarnya, Mengajarkan ilmu tidak pernah ada
Silaturahim tidak pernah dibuat

Justru, apakah roh ini tidak akan  menolong,
Meraung, Menjerit menahan kesakitan di saat
Berpisah daripada tubuh ketika sakaratul maut?

Tambahkan usiaku Ya Allah...
Aku memerlukan waktu untuk beramal sebelum ku akhiri ajalku

Belum cukupkah kita menyia-nyiakan waktu
Selama 30, 40, 50 atau 60 tahun?

Perlu berapa tahun lagikah untuk mengulang pagi,
Siang, petang dan malam, perlu berapa minggu, bulan,
Dan tahun lagi agar kita bersedia untuk Mati?