Keterampilan Mengelola Kelas
Keterampilan Mengelola Kelas
Pengertian Keterampilan Mengelola Kelas
Keterampilan mengelola kelas merupakan
tindakan yang diambil guru dalam rangka menciptakan suasana dan lingkungan
belajar yang dapat memfasilitasi peserta didik dalam belajar, baik secara
akademik maupun sosial-emosional. Keterampilan mengelola kelas ini merupakan
salah satu keterampilan mengajar yang harus dikuasai oleh guru, karena kelas
itu sendiri merupakan media pertemuan segala komponen pendidikan.
Menurut Usman (2011, hlm.97) “Pengelolaan
kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar
yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar
mengajar”. Dengan kata lain pengelolaan kelas ini merupakan kegiatan untuk
menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi berlangsungnya proses
pembelajaran. Keberhasilan mengelola kelas terjadi apabila guru mampu mengatur
dan mengendalikan peserta didik dengan sarana pembelajaran ke dalam suasana
yang menyenangkan dan menjaga hubungan interpersonal yang baik antara guru
dengan peserta didik guna mencapai tujuan pembelajaran.
Tujuan
Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas bertujuan sebagai penyedia
fasilitas bagi kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan
intelektual dan kelas. Tujuan keterampilan mengelola kelas menurut Tim Dosen
MKPK (2017, hlm.10) “ialah tidak hanya penting bagi guru sebagai manajer di
kelas, tetapi penting pula untuk siswa”. Tujuan keterampilan mengelola kelas
secara rinci sebagai berikut
Tujuan
pengelolaan kelas untuk siswa
Tujuan pengelolaan kelas untuk siswa sebagai
berikut:
a. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan
tanggung jawab individu terhadap tingkah lakunya, serta sadar untuk mengendalikan
dirinya,
b. Membantu peserta didik agar mengerti akan arah
tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas dan melihat atau merasakan
teguran guru sebagai suatu peringatan bukan kemarahan.
c. Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri
dalam tugas serta bertingkah laku yang wajar sesuai aktivitas-aktivitas di
kelas.
Tujuan pengelolaan kelas untuk guru
Tujuanpengelolaan
kelas untuk guru sebagai berikut:
a. Mengembangkan pengertian dan keterampilan
dalam memelihara kelancaran penyajian dan langkah-langkah proses belajar
mengajar secara efektif.
b. Memiliki kesadaran terhadap kebutuhan siswa
dan mengembangkan kompetensinya dalam memberikan pengarahan yang jelas kepada
siswa.
c. Memberi respon secara efektif terhadap tingkah
laku siswa yang menimbulkan gangguan kecil atau ringan, serta memahami dan
menguasai seperangkat kemungkinan strategi yang dapat digunakan dalam mengatasi
masalah penyimpangan perilaku siswa yang berlebihan atau terus mennerus melawan
di kelas.
Lebih lanjut menurut Darmadi (2009, hlm.6) “Tujuan
guru mengelola kelas adalah agar semua peserta didik yang ada di dalam kelas
dapat belajar dengan optimal dan mengatur sarana pembelajaran serta
mengendalikan suasana belajar yang menyenangkan”. Terkait dari penjelasan
tersebut seorang guru harus mampu mengatur segala kondisi yang terlaksana pada
saat proses pembelajaran berlangsung
guna tercapainya tujuan pembelajaran.
Komponen Keterampilan Mengelola Kelas dalam
Konteks Pembelajaran
Tanggung jawab guru sebagai pengelola kelas
menurut Tim Dosen MKPK (2017, hlm.13) meliputi beberapa komponen diantaranya:
1. Pengelolaan Tempat Belajar
Pengelolaan tempat belajar pada hakikatnya
melakukan penataan tempat belajar. Aktivitas guru dalam menata tempat belajar
lebih terkonsentrasi pada pengelolaan tempat belajar di dalam kelas. Tempat
belajar seperti ruang kelas merupakan tempat berlangsungnya kegiatan belajar
mengajar yang mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap hasil belajar
mengajar. Menurut Darmadi (2009, hlm. 7) “ruang kelas adalah kondisi fisik kelas
yang akan digunakan oleh guru bersama dengan siswanya dalam aktivitas pembelajaran”.
Kondisi fisik yang dimaksud Menurut Tim Dosen MKPK (2017, hlm. 53-55) diantaranya:
Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar
mengajar.
Menurut Tim Dosen MKPK (2017, hlm. 53)
“Ruangan tempat belajar harus memungkinkan siswa dapat bergerak leluasa, tidak
berdesak-desakan sehingga tidak mengganggu satu sama lain pada saat
berlangsungnya pembelajaran.” Ruangan tempat belajar perlu ditata dengan baik
sehingga memungkinkan terjadinya interaksi yang aktif antara siswa dengan guru
dan antar siswa. Penataan ruang tempat belajar ini hendaknya memudahkan siswa
dapat bergerak leluasa dan juga memudahkan guru untuk memantau tingkah laku
siswa dalam belajar.
Pengaturan
tempat duduk
Tempat duduk merupakan fasilitas atau barang
yang diperlukan oleh siswa dalam proses pembelajaran terutama dalam proses
belajar di kelas di sekolah formal. Dalam mengatur tempat duduk yang terpenting
adalah memungkinkannya terjadi tatap muka, dengan demikian guru dapat
mengontrol tingkah laku siswa.
Menurut Tim Dosen MKPK (2017, hlm. 54-55)
“Pengaturan tempat duduk akan mempengaruhi kelancaran pengaturan proses belajar
mengajar.” Pengaturan tempat duduk tersebut diperlukan agar siswa dalam belajar
lebih variatif, tidak bosan dan menyenangkan. Menurut Sudirman N (dalam
Djamarah dan Aswan Zain, 2013, hlm. 205) mengemukakan “beberapa contoh formasi
tempat duduk, yaitu posisi berhadapan, posisi setengah lingkaran, dan posisi
berbaris ke belakang”.
Lebih lanjut menurut Djamarah dan Awan Zain (2013, hlm.205) mengungkapkan bahwa:
Ada beberapa bentuk formasi tempat duduk yang
dapat digunakan sesuai kebutuhan. Apabila pengajaran itu akan ditempuh dengan
cara berdiskusi, maka formasi tempat duduknya sebaiknya berbentuk lingkaran.
Jika pengajaran ditempuh dengan metode ceramah, maka tempat duduknya sebaiknya
berderet memanjang kebelakang.
Dengan demikian pengaturan tempat
duduk siswa dapat digunakan dengan bervariasi disesuaikan dengan kebutuhan
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran
Ventilasi
dan pengaturan cahaya
Menurut Tim Dosen MKPK (2017, hlm. 55)
“Ventilasi harus cukup menjamin kesehatan siswa untuk belajar di kelas dengan
nyaman. Jendela harus cukup besar, sehingga memungkinkan cahaya matahari, udara
sehat dapat masuk ke kelas”.Ventilasi dan pengaturan cahaya merupakan aset
penting untuk terciptanya suasanya belajar yang nyaman. Oleh karena itu,
ventilasi dan pengaturan cahaya harus diatur sedemikian rupa agar siswa dapat
dengan nyaman belajar di dalam kelas.
Pengaturan
dan penyimpanan barang-barang
Aktivitas dalam kelas baik guru maupun siswa
dalam kelangsungannya akan banyak dipengaruhi oleh kondisi dan situasi fisik.
Pengaturan fasilitas adalah kegiatan yang harus dilakukan guru agar seluruh
siswa dapat terfasilitasi dalam aktivitasnya di dalam kelas.
Perlengkapan yang harus ada dan diperlukan di
kelas berdasarkan ketentuan Depdiknas (dalam Tim Dosen MKPK, 2017, hlm. 24)
minimal harus ada:
a Papan tulis dan penghapusnya, b Meja
dan kursi guru, c Almari kelas, d Meja dan kursi siswa, e Gambar presiden,
gambar wakil presiden dan lambang negara, f Papan absensi, g Daftar jaga, h Jadwal
pelajaran, i Tempat cuci tangan dan lap tangan, j Kalender pendidikan, k Tempat
sampah, l Sapu dan kemoceng.
Penataan kondisi fisik kelas tersebut perlu
diatur atau didesain sedemikian rupa untuk menciptakan suatu kondisi yang
nyaman bagi siswa sehingga aktivitas belajar siswa lancar dan dapat terpantau
oleh guru.
Pengelolaan
Siswa
Menurut Tim Dosen MKPK (2017, hlm. 25) “Siswa
merupakan salah satu unsur yang harus ada dalam pembelajaran di kelas. Untuk
itu guru harus mengkondisikan atau mengorganisir siswa agar nyaman dalam
belajar”. Dalam melakukan aktivitas dan kegiatan di kelas, guru berperan besar
untuk membimbing, mengarahkan dan memandu setiap aktivitas yang harus dilakukan
siswa. Oleh karena itu, pengelolaan siswa merupakan bagaimana mengatur dan
menempatkan siswa dalam kelas sesuai dengan potensi intelektulal dan
perkembangan emosionalnya.
Siswa dalam suatu kelas biasanya memiliki
kemampuan yang beragam, karenanya guru perlu mengatur kapan siswa bekerja
perorangan, berkelompok maupun klasikal. Menurut Tim Dosen MKPK (2017, hlm. 13)
Pengelolaan siswa biasanya dilakukan dalam berbagai bentuk, diantaranya:
Individual
Pengelolaan siswa
dalam bentuk individual ini, guru harus memberikan perhatian dan pelayanan
secara individual, sebab setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda. Sejalan
dengan hal tersebut, menurut Fisher (dalam Halimah, 2017, hlm. 226)
mengemukakan bahwa
Setiap peserta
didik berbeda, atas perbedaanya itu, semua peserta didik harus mempunyai
kesempatan untuk mendapatkan tantangan, dengan harapan mereka akan mencapai
sukses pada tingkat yang sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Dalam
pembelajaran siswa dituntut mengerjakan tugasnya sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya. Menurut Nilson (dalam Halimah, 2017, hlm. 233) mengemukakan bahwa
“Guru harus memahami bahwa peserta didik akan belajar dengan baik, ketika
mereka termotivasi untuk melakukannya dengan adanya inspirasi dan semangat dari
orang lain dalam kehidupan mereka.”. dengan demikian, adanya inspirasi dan
semangat dari orang lain, dalam hal ini adalah guru harus memberikan kesempatan
belajar belajar sesui kemampuan, minat, dan mengakui keberadaan siswa.
Berkelompok
Pengelolaan
siswa dalam berkelompok ini, digunakan apabila materi pembelajaran lebih
mengembangkan konsep/sub pokok bahasan yang sekaligus mengembangkan aktivitas
sosial, sikap, nilai, kerjasama dan aktivitas dalam pemecahan masalah melalui
kelompok belajar siswa. Bentuk pengelolaan siswa dalam berkelompok ini
tujuannya agar peserta didik memiliki kecakapan sosial. Menurut Halimah (2017,
hlm 306) mengemukakan bahwa:
Esensi tujuan
penggunaan model pembelajaran kooperatif, adalah agar peserta didik memiliki
kecakapan sosial. Maksudnya adalah fokus pembelajaran lebih upaya agar peserta
didik memiliki kecakapan sosial, diantaranya meliputi kecakapan dalam
berkomunikasi, kecakapan bekerja sama, bertanggung jawab, kemampuan dalam
membuat komitmen, kemampuan saling berbagi, memiliki rasa simpati dan empati
dan sebagainya yang terkait dengan kecakapan sosial.
Sementara
materi pelajaran yang dipelajari melalui kelompok belajar ini yaitu sebagai
media untuk menumbuhkembangkan kecakapan sosial tersebut.
Klasikal.
Pengelolaan
siswa dalam bentuk klasikal ini, digunakan apabila materi pembelajaran lebih
bersifat fakta atau formatif terutama ditujukan untuk memberikan informasi atau
sebagai pengantar dalam proses pembelajaran. Sejalan dengan hal tersebut, menurut
Halimah (2017, hlm. 230) mengemukakan bahwa “Pembelajaran dimulai dengan
pertemuan klasikal untuk memberikan informasi dasar, penjelasan tentang tugas
yang harus dikerjakan peserta didik, serta hal-hal lain yang dianggap perlu,
dan dapat pula diciptakan curah pendapat”.
Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran
Pengelolaan
kegiatan pembelajaran merupakan suatu tindakan yang dilakukan guru dalam
mempersiapkan pembelajaran. Menurut Dosen MKPK (2017, hlm. 14) menyatakan
bahwa:
Untuk
mengelola kegiatan ini, guru perlu merancang tugas dan alat belajar yang
menantang, pemberian umpan balikk, dan penyediaan program penilaian yang
memungkinkan siswa mampu untuk unjuk kemampuan atau mendemonstrasikan kinerja atau performance sebagai hasil belajar.
Terdapat beberapa
hal strategis yang perlu dikuasai guru dalam pengelolaan pembelajaran,
diantaranya;
a.
Penyediaan pertanyaan yang mendorong berpikir
dan berproduksi
Bertanya
merupakan suatu proses untuk mendapatkan informasi segala sesuatu yang ingin
diketahui. Bertanya dalam konteks pembelajaran menunjukkan adanya interaksi
yang dinamis antara guru dengan siswa. Sejalan dengan hal tersebut, menurut
Halimah (2017, hlm. 98) mengemukakan bahwa “salah satu alasan penting bagi guru
untuk terampil bertanya, yaitu sebagai alat utama bagi guru untuk menciptakan
interaksi dengan peserta didik”. Sehingga bertanya merupakan keterampilan yang
sangat penting untuk dikuasai oleh guru. Sejalan dengan hal tersebut, menurut
Siskandar (2003, hlm. 22) mengemukakan bahwa:
Jika salah
satu tujuan mengajar adalah mengembangkan potensi siswa untuk berpikir, maka
tujuan bertanya hendaknya lebih pada ‘merangsang
siswa berpikir’. Merangsang berpikir dalam arti merangsang siswa
menggunakan gagasan sendiri dalam menjawabnya bukan mengulangi gagasan yang
sudah dikemukakan guru. Kategori pertanyaan yang termasuk jenis pertanyaan ini
antara lain pertanyaan produktif, terbuka dan imajinatif.
Hal
tersebut dijelaskan dalam tabel berikut ini:
Kategori pertanyaan yang mendorong berpikir
dan berproduksi
Terbuka
Pertanyaan yang lebih dari satujawaban benar
Mengapa ibukota Indonesia Jakarta?
Tertutup
Pertanyaan yang memiliki hanya satu jawaban benar.
Apa nama ibukota Indonesia?
Produktif
Pertanyaan yang hanya dapat dijawab melali
pengamatan, percobaan, atau penyidikan.
Berapa halaman kertas diperlukan untuk
menghabiskan sebuah spidol ini?
Tidak Produktif
Pertanyaan yang dapat dijawab hanya dengan
melihat, tanpa melakukan pengamatan, percobaan, atau penyelidikan.
Apa nama benda ini?
Imajinatif
Interpretatif
Pertanyaan yang jawabannya di luar
benda/gambar/kejadian yang diamati
(Diperlihatkan gambar gadis termmenung di
pinggir laut) kemudian diajukan pertanyaan: Apa yang sedang dipikirkan gadis tersebut?
Faktual
Pertanyaan yang jawabannya dapat dilihat pada
benda/kejadian yang diamati.
Apa yang dipakai gadis tersebut?
Dengan
demikian, dalam kegiatan bertanya guru lebih menekankan pertanyaan terbuka,
produktif, dan imajinatif sehingga pertanyaan yang diajukan oleh guru dapat
menjadi wahana berpikir bagi siswa.
Penyediaan umpan balik yang bermakna
Umpan balik
yang bermakna adalah respon atau reaksi guru terhadap perilaku, proses atau
hasil kerja siswa. Umpan balik diperlukan oleh siswa mengenai kemajuan belajar,
pertumbuhan, dan prestasi dalam rangka mencapai kesuksesan dalam belajar.
Menurut Halimah (2017, hlm. 120) bahwa “umpan balik merupakan salah satu alat
yang sangat ampuh untuk membantu peserta didik membangun rasa percaya dirinya”.
Lebih lanjut menurut Sale (dalam Halimah, 2017, hlm. 120-121) menyatakan bahwa:
Peserta didik
yang mendapatkan umpan balik atas pekerjaan mereka, baik dari guru,
teman-temannya atau dari beberapa sumber lain, secara signifikan telah terbukti
lebih baik prestasinya daripada peserta didik yang tidak mendapatkan umpan
balik.
Umpan balik
sangat penting diberikan kepada siswa untuk memperkuat tingkah laku atau
prestasi yang dilakukan. Menurut Siskandar (2003, hlm. 23) mengemukakan bahwa
“Umpan balik yang baik adalah respon guru yang bersifat tidak ‘memvonis’.
“Salah!”, “Bukan!”, “Tidak”!”, “Baik!” atau “Betul!”, merupakan umpan balik
yang memvonis.”. Sebaiknya umpan balik
yang diberikan tidak bersifat memvonis hal tersebut dapat menjadikan siswa
tidak percaya diri selain itu juga menjadikan siswa tidak berani untuk
memutuskan atau menilai sendiri apa yang dilakukannya. sejalan dengan hal
tersebut, menurut Siskandar (2003, hlm.24) mengemukakan bahwa:
Umpan balik
yang memvonis menjadikan siswa bergantung pada guru. Ucapan siswa yang berbunyi
“Pak/Ibu, ini betul tidak?’, “Ini boleh tidak?”Umpan balik yang baik yaitu
umpan balik yang tidak memvonis siswa sehingga siswa merasa dihargai, dapat
berpikir dan bertanggung jawab untuk menilai mutu gagasan sendiri. Merupakan
ungkapan yang menunjukkan ketergantungan siswa kepada guru. Mereka tidak dapat
atau tidak berani memutuskan/menilai sendiri apa yang dilakukannya.
Dengan
demikian, umpan balik yang baik yaitu umpan balik yang tidak memvonis siswa
sehingga siswa merasa dihargai, dapat berpikir dan bertanggung jawab untuk
menilai mutu gagasan sendiri.
Penyediaan penilaian yang memberi peluang semua siswa melakukan
unjuk perbuatan
Menilai
adalah kegiatan mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar siswa, tentang
apa yang dikuasai dan belum dikuasai siswa. Informasi tersenut diperlukan agar
guru dapat menentukan tugas, kegiatan atau bantuan apa yang perlu diberikan
berikutnya kepada siswa agar pengetahuan, kemampuan dan sikap mereka lebih berkembang lagi.
Menurut Siskandar (2003, hlm. 24) mmenyatakan bahwa “Penilaian sebaiknya
dilakukan secara alami dalam konteks guru mengajar dan siswa belajar, tidak diadakan
secara khusus dalam wakttu yang khusus dan terpisah dari kegiatan belajar
mengajar seperti tes.”.
Pengelolaan Sumber Belajar
Sumber
belajar merupakan segala sesuatu yang dapat mendukung proses belajar mengajar
yang mengandung pesan untuk disajikan melalui penggunaan alat atau bahan
pembelajaran yang akan diberikan. Menurut Sanjaya (2010, hlm.175) mengemukakan
bahwa “sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh siswa
untuk mempelajari bahan dan pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai”. Dengan demikian sumber belajar dapat dirumsukan sebagai sesuatu yang
dapat dipergunakan untuk mendukung dan memudahkan terjadinya proses
belajar.
Menurut Warsita
(2008, hlm. 209) mengemukakan bahwa “sumber belajar adalah semua sumber baik
berupa data, orang atau benda yag dapat digunakan untuk fasilitas (kemudahan)
belajar bagi peserta didik.”. Ditinjau dari tipe atau asal-usulnya, sumber
belajar dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
Sumber belajar yang didesain (by design)
Sumber
belajar yang didesain merupakan sumber-sumber belajar yang secara khusus
dirancang sebagai “komponen sistem instruksional” yang diharapkan dapat
membantu kemudahan kegiatan belajar yang bersifat formal atau non formal dan
mempunyai tujuan tertentu. Menurut Warsita (2008, hlm.212) mengemukakan bahwa :
Sumber
belajar yang secara khusus atau dirancang atau dikembangkan untuk mencapai
tujuan pembelajaran tertentu. Contohnya adalah buku pelajaran, modul, program
audio pembelajaran, transparansi, CAI
Computer Asisted Instruction), programmed
instruction dan lain-lain.
Dengan
demikian, sumber belajar yang dirancang ini merupakan sumber belajar yang secara
khusus dirancang untuk keperluan
belajar.
Sumber
belajar yang dimanfaatkan (by
utilization)
Sumber
belajar yang dimanfaatkan adalah sumber belajar yang tidak secara khusus
dirancang untuk keperluan pembelajaran namun dapat ditemukan, diterapkan dan
digunakan untuk keperluan belajar. Menurut Warsita (2008, hlm.212) mengemukakan
bahwa :
Sumber
belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan (Learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang
secara tidak khusus dirancang atau dikembangkan untuk keperluan pembelajaran,
tetapi dapat dipilih dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Contohnya
surat kabar, siaran TV, pasar, sawah, waduk, pabrik, museum, kebun binatang,
terminal, pejabat pemerintah, tenaga ahli dan lain-lain.
Dengan
demikian, sumber belajar yang dimanfaatkan ini merupakan sumber belajar yang
sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan untuk keperluan belajar.
Pengelolaan Media Pembelajaran
Media
pembelajaran merupakan alat bantu yang digunakan dalam proses pembelajaran
dengan maksud menyampaikan pesan dari sumber kepada penerima. Sejalan dengan
hal tersebut, Menurut Saud dan Cicih (2007, hlm.62)“Media pembelajaran adalah
sarana pembelajaran yang digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran
untuk mempertinggi efektivitas dan efesiensi dalam mencapai tujuan pembelajaran”.Dengan
demikian media pembelajaran digunakan sebagai alat bantu dalam mengajar untuk
menyampaikan materi agar pesan lebih mudah diterima oleh siswa.
Komponen-komponen
keterampilan menggunakan media pembelajaran yaitu:
a
Media audio
Media yang
digunakan sebagai alat bantu dalam pembelajaran yang mempunyai sifat dapat
didengarkan oleh siswa, seperti radio dan telepon. Media audio ini, merupakan upaya
guru dalam memenuhi kebutuhan siswa yang memiliki gaya belajar auditory. Menurut Halimah (2017, hlm.
148) bahwa “Informasi lisan yang diperoleh peserta didik, tidak harus selamanya
berasal dari guru, tetapi dapat pula berasal dari peserta didik itu sendiri,
narasumber, atau melalui program-program radio bahkan program televisi.”.
Media visual
Media yang
digunakan sebagai alat bantu dalam pembelajaran yang mempunyai sifat dapat dilihat
oleh siswa, seperti peta, koran dan majalah. Media visual ini merupakan upaya
guru dalam memenuhi kebutuhan siswa yang memiliki gaya belajar visual. Menurut Munadi (2008, hlm. 204)
menyatakan bahwa “Media visual adalah media yang melibatkan penglihatan. Media
ini hanya dapat menyampaikan pesan melalui indera penglihatan atau hanya dapat
dilihat dengan mata saja.”. Dengan demikian, indera lain seperti telinga tidak
dapat difungsikan untuk media visual ini.
Media audio visual
Media
yang digunakan sebagai alat bantu dalam pembelajaran yang mempunyai sifat dapat
dilihat dan didengar oleh siswa, media audio visual ini merupakan media
perantara melalui pandangan dan pendengaran sehingga membangun kondisi yang
dapat membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan seperti
TV edukasi, komputer, internet, dan lain sebagainya. Sejalan dengan Asyhar
(2011, hlm. 45) menyatakan bahwa “Media audio visual adalah jenis media yang
digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengan dan
penglihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan.”. Pesan dan informasi
yang dapat mengandalkan penglihatan dan pendengaran.
Adapun prinsip-prinsip
keterampilan menggunakan media pembelajaran, yaitu:
a
Tepat guna, artinya media pembelajaran yang
digunakan sesuai dengan kompetensi dasar.
b
Berdaya guna, artinya media pembelajaran yang
digunakan mampu meningkatkan motivasi siswa.
c
Bervariasi, artinya media pembelajaran yang
digunakan mampu mendorong sikap aktif siswa dalam belajar.
Prinsip-prinsip Mengelola Kelas dalam Konteks
Pembelajaran
Berkaitan dengan peran guru dalam mendukung
pengelolaan kelas yang efektif, maka terdapat beberapa prinsip yang harus
diperhatikan oleh guru. Prinsip-prinsip yang dimaksud, menurut Usman (2006,
hlm.97) secara rinci sebagai berikut:
Kehangatan
dan keantusiasan, yaitu
Kehangatan dan keantusiasan guru dalam proses
pembelajaran dapat memudahkan terciptanya iklim kelas yang menyenangkan. Hal
tersebut merupakan salah sau syarat bagi kegiatan belajar mengajar yang
optimal.
Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan atau penggunaan
alat atau media yang menantang akan meningkatkan gairah peserta didik untuk
belajar. Hal tersebut tentunya akan mengurangi kemungkinan munculnya tingkah
laku peserta didik yang menyimpang.
Bervariasi,
yaitu
Salah satu kunci keberhasilan dalam
mengelola kelas adalah adanya viariasi, baik dalam penggunaan alat atau media,
gaya mengajar, pola interaksi belajar, dan variasi sumber belajar. Dengan
demikian, guru berusaha mengatasi kejenuhan belajar peserta didik dan juga
meningkatkan keterlibatan peran aktif peserta didik dalam proses pembelajaran.
1.
Keluwesan, Keluwesan dari guru dalam bertindak sangat diperlukan
dalam proses pembelajaran. Hal tersebut dapat mencegah kemungkinan munculnya
tingkah laku peserta didik yang menyimpang dan dapat menciptakan iklim belajar
mengajar yang efektif.
2.
Penekanan pada hal-hal yang
positif, Penekanan pada hal-hal yang
positif dalam pembelajaran sangat diperlukan untuk menghindari pemusatan
perhatian siswa dari hal-hal negatif sehingga dapat menghindari kesalahan pada
saat proses belajar mengajar berlangsung. Penekanan pada hal-hal positif dapat
dilakukan dengan memberikan penguatan-penguatan yang positif dengan hal
tersebut dapat memelihara suasana kelas yang menyenangkan.
3.
Penanaman disiplin diri
Tujuan akhir
dari mengeloa kelas yaitu mengembangkan penanaman disiplin diri. Memberikan
dorongan kepada peserta didik untuk melaksanakan disiplin diri. Hal tersebut
akan berhasil jika guru menjadi contoh atau teladan dalam disiplin diri dan
tanggung jawabnya.