Model Perkembangan Moral Kognitif Lengkap
A.
Model Perkembangan Moral Kognitif
I.
Pengantar
Model Perkembangan Moral Kognitif mulanya
dikembangkan oleh Lawrence Kohlberg pada tahun 1950-1960. Teori Kohlberg
mengombinasikan unsur-unsur psikologi, filsafat, dan pendidikan.
Teori ini diproposikan sebagai berikut:
1.
Perkembangan
moral adalah hasil dari penstrukturan
kembali kognitif (seperti yang dikemukakan oleh Piaget).
2.
Perkembangan
moral terjadi dalam tahapan yang
berurutan (Sequential).
3.
Adanya
serangkaian budaya dan standar moral
maupun sosial yang berlaku secara internasional untuk dijadikan dasar
dalam tahap-tahap perkembangan moral
dilihat dari sisi pertimbangan moral.
4.
Melalui
proses pendidikan yang tepat, siswa dapat dibantu melewati hierarki tahap
perkembangan moral supaya dapat meningkatkan kematangan keputusan moralnya.
Siswa
mengembangkan struktur mental melalui proses interaksi dengan lingkungannya.
Struktur-struktur mental tidaklah sederhana dan
bukan merupakan gambaran keinginan masyarakat seperti
kaidah-kaidah moral yang dipelajari dari
orang tua.
Anak-anak
akan menerima informasi dari lingkungannya, kemudian diasimilasi melalui proses
system logika dan moralnya sendiri.
Sistem logika internal ini berbeda untuk setiap anak.
Dengan
demikian, setiap pengalaman sosial akan diproses secara internal dengan cara
menghubungkannya dengan pengalaman-pengalaman masa lalu. Hasilnya berupa
respon-respon moral terhadap berbagai macam situasi.
Respon-respon
inilah yang dapat dinilai oleh guru dan dikategorisasi ke dalam suatu tahapan
perkembangan moral. Dalam hal ini, guru diharapkan untuk membantu siswa dalam;
-
Menganalisa
situasi yang dilematis melalui proses bertanya
-
Secara
bertahap membawa siswa pada respon-respon moral yang lebih tinggi
-
Meningkatkan
tahap perkembangan moral siswa secara bertahap kea rah pertimbangan moral yang lebih matang
II.
Asumsi-Asumsi yang Mendasari Teori
Perkembangan Moral Kognitif
Model
pengembangan moral kognitif ini didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai berikut:
1.
Perkembangan moral diperoleh
melalui tahapan-tahapan.
2.
Setiap orang harus melewati
setiap tahap secara berurutan dan tidak boleh meloncati tahap tersebut.
3.
Proses penalaran moral dapat
dipelajari
4.
Standar-standar moralitas
didasarkan pada konsep-konsep keadilan filosofis yang diterima secara
universal.
5.
Kehidupan demokrasi menuntut
warga negara yang memiliki pertimbangan moral yang baik serta memiliki
keterampilan nalar moral yang terkembangkan secara baik.
6.
Pertimbangan moral adalah
resolusi konflik di antara nilai-nilai. Konflik-konflik ini nampak dalam
dilema-dilema moral.
7.
Pertimbangan-pertimbangan moral
merupakan hasil proses penalaran moral, yang dalam proses tersebut terdapat
upaya memprioritaskan nilai-nilai tertentu berdasarkan pertimbangan
konsekuensinya.
8.
Pertimbangan moral selalu
dilakukan setiap hari dan hal itulah yang mengarahkan perilaku manusia.
III.
Tujuan Model Perkembangan Moral
Kognitif
Tujuan
model perkembangan moral kognitif dari Kohlberg adalah untuk membantu siswa
secara bertahap menjalani hierarki tahap-tahap perkembangan moral dan dapat
mengembangkan keterampilan penalaran moral.
Melalui
hal tersebut, diharapkan siswa dapat memiliki pertimbangan moral yang lebih
baik sehingga akan menjadi warga negara yang baik pula.
IV.
Peran Guru dalam Model Peran
Kognitif
Peran
guru yang menggunakan model ini memiliki dua tanggung jawab utama. Pertama,
dalam bentuk kognitif. Kedua, dalam bentuk afektif..
1.
Membantu siswa mengembangkan
tingkat penalaran moral yang lebih tinggi melalui pengajaran terbimbing (yakni
penggunaan situasi dilema moral disertai penyelidikan atau pertanyaan yang
tepat).
2.
Membantu siswa mengembangkan
lingkungan moral yang lebih adil untuk selanjutnya mempengaruhi seluruh aspek
kehidupan di sekolah.
V.
Strategi Mengajar dengan Model Perkembangan
Moral Kognitif
Para
guru memiliki tanggung jawab moral terhadap pengajaran agar memperoleh
hasil-hasil sebagai berikut:
1.
Mengembangkan suatu lingkungan
yang penuh kepercayaan.
Strategi ini
menekankan kepada diskusi-diskusi kelas yang terbuka di antara siswa dan guru.
Dalam diskusi tersebut, kehadiran dan partisipasi siswa betul-betul
diperhatikan, sehingga siswa merasa aman, terlindungi, dan dihargai.
2.
Mengidentifikasi dan
menggunakan dilema moral
Dilema moral akan
menempatkan siswa pada situasi yang melibatkan konflik nilai. Konflik nilai
harus secara menyeluruh diuji melalui proses penalaran moral sampai siswa
membuat keputusan moral. Masing-masing situasi sebaiknya dirancang untuk membantu siswa
memperbaiki level kematangan keputusan moralnya, sehingga merangsang
perkembangan moral kognitifnya. Usahakan adanya kesempatan pada setiap subject matter atau bahan pelajaran
untuk memperkenalkan situasi dilemma moral dan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengembangkan penalaran serta pertimbangan-pertimbangan moral
mengenai konflik-konflik dalam dilemma tersebut.
3.
Membantu siswa mengembangkan
keterampilan proses penalaran moral. Keterampilan proses penalaran moral
meliputi hal-hal sebagai berikut:
a.
Mempelajari situasi.
b.
Melakukan penelitian untuk
memperoleh informasi tambahan dalam rangka membuat keputusan moral.
c.
Mempertimbangkan orang lain
(dari sudut pandang lain)
d.
Menganalisa konsekuensi-konsekuensi
dari setiap alternatif keputusan yangf dilakukan setiap orang yang terlibat
dalam dilemma moral tersebut.
e.
Menetapkan prioritas nilai
f.
Membuat
pertimbangan-pertimbangan moral dan keputusan-keputusan moral.
4.
Membantu siswa mempelajari
perspektif
Strategi ini
menuntut siswa mengasumsikan perspektif tiap karakter yang berbeda dalam
situasi dilemma tersebut, juga menerima perspektif siswa lainnya di kelas
ketika dilemma itu didiskusikan, diperankan, didebatkan, dan didramatisasikan.
5.
Membantu siswa mengembangkan
keterampilan-keterampilan dasar komunikasi
Untuk mengembangkan
keterampilan penalaran yang baik, siswa harus mempelajari secara akurat
bagaimana mengirimkan dan menganalisa informasi, baik secara kognitif maupun
secara afektif.
Kegiatan ini
melibatkan:
-
Mendengarkan orang lain dengan
empati
-
Memformulasikan, memproses,
menganalisa, dan mensintesa informasi
-
Membuat dan mengomunikasikan
keputusan-keputusan
-
Menggunakan (mengirimkan) dan
menginterpretasikan (menerima) sinyal-sinyal verbal dan non-verbal
Para guru yang menggunakan dilemma
moral harus dapat menyesuaikn materi pelajarannya dengan usia siswa, dengan
level perkembangannya, dan tingkat kekompleksan dilemma tersebut. Misalnya untuk
siswa sekolah dasar, yang dikembangkan adalah mengenai kejujuran, kerjasama,
memahami orang lain, dsb.
VI.
Pendekatan Model Perkembangan
Moral Kognitif dalam Pengajaran
Guru
menetapkan tahap perkembangan moral siswa dengan cara menilai diskusi yang
dilakukan oleh siswa mengenai definisi hak dan alasan yang mendukung hak
tersebut. Terkait hal ini, Kohlberg
memberikan diagram tahapan yang dapat dijadikan pedoman oleh guru untuk
menganalisa tanggapan siswa sehingga dapat ditetapkan pada tahap mana
keberadaan moral siswa tersebut.
Terdapat 2 jenis
tahapan yang paling penting diketahui oleh guru, yakni:
1.
Apakah hak tersebut adil?
2.
Alasan mengapa hak itu
didapatkan
Peran guru adalah mendengarkan
tanggapan siswa serta alasan-alasan yang berhubungan dengan tanggapan tersebut, sehingga
dapat menempatkan siswa pada posisi tahap perkembangan moral tertentu. Namun,
siswa seringkali memberikan 2 tanggapan dan alasan yang berbeda untuk tiap
tahapan.
Guru membantu siswa mengembangkan
penalaran moral dengan cara menampilkan dilemma-dilema moral dan membimbingnya
melalui proses pengajaran sebagai berikut:
VII.
Tahapan Campuran atau Stage Mix
Menurut
E. Turriel (seorang kawan Kohlberg) tahapan perkembangan moral tersebut sering
tidak tergambarkan secara jelas seperti yang diharapkan oleh model Kohlberg.
Berdasarkan
penelitian Turriel, didapatkan kecenderungan sulitnya seseorang berada pada
tahap tertentu secara murni, bahkan cenderung berada pada tahap "moral mix” (tahap campuran) yang terjadi ketika seseorang
mulai bergerak dari satu tahap ke tahap berikutnya.
Tahap
campuran ini disebabkan oleh interaksi antara seseorang dengan berbagai aspek
yang berbeda dari lingkungannya, sehingga menghasilkan disonansi kognitif.
Ketidakseimbangan
kognitif ini menantang seorang individu untuk berpikir, memecahkan masalah yang
lebih tinggi tingkat kompleksitasnya sehingga terlibat dalam proses
penstrukturan kembali kognitif. Dengan demikian, seseorang dapat bergerak ke
tahap perkembangan moral yang lebih tinggi.
Konsep
moral mix ini dipandang menarik untuk
masyarakat yang multietnis, pluralistik, atau masyarakat yang beragam.
Sedangkan pada masyarakat yang relatif terisolir baik secara geografis, bahasa,
ekonomi, prasangka, maupun tradisi, kemungkinan munculnya dilema moral kecil. Hal ini disebabkan oleh tidak
ada tuntutan pilihan moral di antara nilai-nilai yang berlawanan. Maka tingkat perkembangan
moral masyarakatnya akan cenderung lambat.
Dalam
komunitas yang tidak terisolir, pengaruh-pengaruh tersebut melipat ganda akibat
teknologi.
Menurut
Alfin Tofler, masyarakat zaman ini mengalami future shock. Dalam beberapa hal, tampaknya individu dapat mengatasi munculnya kondisi pra matang dan
terstimulasi untuk bergerak pada level yang lebih tinggi.
Pada sisi lain, terlihat adanya pengaruh sehingga
seseorang tidak dapat mengatasi kebingungan yang disebabkan oleh
pngaruh-pengaruh eksternal sehingga moralnya stagnan dan tidak dapat bergerak
ke tahap yang lebih tinggi. Individu-individu ini secara psikologis menahan
pengaruh eksternal dan tetap terisolasi secara internal.
Model perkembangan moral Kohlberg secara luas
diterima sekiatr tahun 70-an. Namun di awal tahun 80-an, banyak psikolog dan
pendidik mempertanyakan teori Kohlberg. Mereka juga menyimpulkan bahwa teori
ini merupakan serangkaian tahap yang agak arbiter bedasarkan pikiran barat.
Terutama pada level yang lebih tinggi, pendeskripsian tersebut dianggap tidak
sesuai dengan kenyataan sehingga membawa siswa pada arah yang menghambat
perkembangan moral.
Kolhberg telah mengembangkan sejumlah
dilema moral serta pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan dilema
tersebut. Akan dikemukakan dua dilema moral, satu yang diperkirakan cocok untuk
siswa tingkat SLTP dan satu lagi untuk tingkat SLTA atau perguruan tinggi.
Pada halaman berikut akan ditampilkan hal-hal sebagai berikut:
1.
Diagram tahapan Kolhberg yang
meliputi:
-
Level dan tahapan tersebut
-
Apakah hak itu?
-
Alasan untuk mengerjakan hak
-
Perspektif sosial pada tiap
tahapan
-
Tahapan transisi yang ditambah
oleh Kolhberg setelah menguji 6 diagram tahapan asli
2.
Contoh dua dilema Kolhberg
Untuk itu sebaiknya guru melatih menempatkan posisi siswa dalam
diagram tahapan ketika siswa melakukan respon atau tanggapan terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang ada pada kedua dilema tersebut.
Contoh Dilema
I, untuk siswa SLTP
Joe adalah seorang anak lelaki berusia
14 tahun yang sangat menginginkan pergi rekreasi ke (Bali misalnya), Ayahnya
mengijinkan dia pergi ke Bali asal dia menabung dengan uangnya sendiri untuk
kepentingan pergi ke Bali tersebut. Joe bekerja keras di sebuah pabrik dan
telah menabung uangnya sebanyak 40 dolar, jumlah itu cukup untuk pergi ke Bali
dan lebih sedikit lebih. Tetapi pada saat akan pergi ayahnya berubah pikiran.
Beberapa teman ayahnya telah memutuskan untuk wisata mancing, sedangkan ayahnya
kekurangan uang. Ayahnya meminta kepada Joe untuk memberikan uang yang telah
ditabung itu. Joe sendiri tidak menghendaki membatalkan niatnya ke Bali,
sehingga ia berpikir untuk menolak permintaan ayahnya tersebut.
Pertanyaan:
1.
Haruskan Joe menolak memberikan
uang pada ayahnya?
(mengapa memberikan
dan mengapa tidak memberikan?)
2.
Apakah fakta tentang Joe
sendiri yang mendapatkan uang merupakan hal yang terpenting dari situasi itu?
(mengapa hal itu
penting atau mengapa bukan hal itu?)
3.
Ayahnya menjanjikan Joe boleh
pergi ke Bali jika Joe memperoleh sendiri uangnya, apakah fakta tentang janji
ayahnya tersebut merupakan hal yang terpenting dari situasi itu?
(mengapa hal itu
penting atau mengapa hal itu tidak penting?)
4.
Apakah penting memegang janji?
(mengapa penting dan
mengapa tidak penting?)
5.
Pentingkah memegang janji
terhadap orang yang tidak akan bertemu lagi?
(mengapa penting dan
mengapa tidak penting?)
6.
Apakah yang terpenting yang
harus diperhatikan anak dalam hubungan dengan ayahnya?
(mengapa hal itu
merupakan hal yang terpenting?
7.
Apakah yang terpenting yang
harus diperhatikan ayah mengenai hubungan dengan anaknya?
(mengapa hal itu
merupakan hal yang terpenting?)
Contoh Dilema II, untuk siswa SLTA atau Mahasiswa
Di Eropa ada seorang wanita yang
hampir meninggal akibat kanker. Ada satu jenis obat yang menurut dokter dapat
menyelamatkannya, obat tersebut adalah sebentuk radium yang baru saja ditemukan
oleh ahli obat. Obat tersebut mahal biaya pembuatannya, tetapi si ahli obat
menghargakan 10 kali lipat dari harga pembuatannya. Harga pembuatan obat
tersebut 200 dolar dan dihargakan 2000 dolar untuk satu dosis kecil
Suami wanita yang sakit itu “Heinz”
pergi ke setiap kenalannya untuk meminjam uang, tetapi hanya mampu mengumpulkan
uang sebanyak 1000 dolar berarti setengah dari harga obat tersebut. Heinz
mengatakan pada tukang obat bahwa istrinya dalam keadaan sekarat dan memohon
untuk menjual obat tersebut lebih murah atau memberi kesempatan sisanya untuk
dicicil. Ahli obat tersebut berkata “Tidak, sayalah penemu obat tersebut dan
saya akan mencari keuntungan dari obat itu”. Heinz putus harapan dan memutuskan
untuk membongkar toko tukang obat itu untuk mencari obat istrinya.
Pertanyaan:
1.
Apakan Heinz sebaiknya mencuri
obat tersebut?
(mengapa harus mencuri dan mengapa tidak?)
2.
Jika Heinz tidak mencintai
istrinya, apakah sebaiknya dia mencuri obat?
(mengapa mencuri dan mengapa tidak mencuri?)
3.
Misalkan orang yang sedang
sekarat tersebut bukan istrinya tetapi orang asing, apakah sebaiknya Heinz
mencuri obat untuk orang asing tersebut?
(mengapa mencuri, mengapa tidak?)
4.
Jika anda menghargai mencuri
obat bagi kepentingan orang asing. Bagaimana jika yang sekarat itu binatang
peliharaan yang anda cintai, apakah perlu mencuri atau tidak?
(mengapa mrncuri atau mengapa tidak?)
5.
Apakah penting bagi seseorang
untuk melakukan segala upaya untuk menolong kehdupan orang lain?
(mengapa penting atau mengapa tidak?)
6.
Apakah melawan hukum dengan
tindakan mencuri seperti Heinz tersebut secara moral bersalah?
(mengapa bersalah, mengapa tidak?)
7.
Haruskah seseorang berupaya
sekuat tenaga untuk mematuhi hukum?
(mengapa harus, mengapa tidak)
8.
Bagaimana kepatuhan terhadap
hukum ini bila diterapkan terhadap apa yang sebaiknya dilakukan oleh Heinz?
Dalam memberikan tanggapan terhadap
Dilema II, si subjek diminta untuk memilih antara nilai “kehidupan” dengan
nilai “hukum”. Dalam soituasi ini apakah nilai kehidupan si istri mengatasi
nilai hukum atau justru sebaliknya.
Sedangkan dalam merespon Dilema I, si subjek diminta
untuk memilih antara nilai
“kekuasaan/penguasa” dengan nilai “pemilikan dan kontrak”. Haruskah Joe
menyerahkan uangnya dan menghargai kekuasaan ayahnya, atau apakah karena Joe
sendiri yang mencari uang serta ayahnya telah berjanji bahwa dia boleh pergi ke
Bali dapat mengatasi nilai-nilai kepatuhan pada ayahnya?
Pertanyaan pertama dalam setiap dilema
dirancang untuk mengeluarkan pikiran utama si subjek terhadap konflik tersebut.
Pertanyaan-pertanyaan berikutnya digunakan untuk menyelidiki lebih jauh
pikiran-pikirannya. Karena yang akan menarik perhatian si peneliti/guru adalah
alasan-alasan si subjek umtuk memilih suatu nilai lainnya, demikian juga
menyelidiki proses penalaran si subjek merupakan bagian yang penting dari
interview. Sebagai contoh; jika seseorang mengatakan bahwa Heinz harus mencuri
atau menyelamatkan istrinya karena dia mencintainya, maka si pewawancara/guru
harus punya keinginan untuk mengetahui:
a.
Apakah nilai kehidupan si istri
bersifat relatif sesuai dengan rasa cintanya si Heinz? atau
b.
Apakah nilai kehidupan si istri
berharga dengan sendirinya?
Pertanyaan berikutnya
“Haruskah Heinz mencuri obat tersebut walaupun dia tidak mencintai istrinya?”
Pertanyaan ini akan membantu untuk membedakan pertimbangan-pertimbangan apakah
yang ada di belakang respon tersebut, sehingga secara kualitatif dapat
dibedakan pada tahap perkembangan moral manakah seseorang.
VIII.
Menulis Dilema
Kriteria ini harus diperhatikan jika Anda sendiri yang akan menulis
dilema, silema tersebut sebaiknya:
1.
Pendek (satu atau dua
paragraf).
2.
Disesuaikan dengan level siswa
dan difokuskan pada minat siswa, disesuaikan dengan pendidikan atau disesuaikan
dengan problem sosial.
3.
Dapat dipercaya (suatu yang
benar-benar terjadi atau bisa juga sesuatu yang mungkin terjadi dengan segera
pada waktu yang akan datang).
4.
Berkisar pada suatu karakter
tertentu atau sekelompok kecil karakter tertentu/pelaku.
5.
Tempatkan si pelaku utama dalam
posisi dimana dia harus memilih diantara 2 atau 3 alternatif. Pilihan tersebut
sebaiknya tidak merupakan suatu keputusan yang jelas tentang apa yang benar
(secara sosial dapat diterima atau adil) atau salah (secara sosial tidak dapat
diterima atau tidak adil). Sebaiknya jawaban benar atau salah tersebut bukanlah
sesuatu yang mudah.
6.
Akhiri dengan pertanyaan
mengenai apa yang “seharusnya” dilakukan si pelaku. Fokuskanlah pada apa yang
“seharusnya” bukan apa yang “akan” atau “mungkin”. Yang seharusnya tersebut
menekankan pada pilihan moral.
7.
Buatlah serangkaian pertanyaan
penting untuk menyelidiki. Pertanyaan penyelidikan itu mungkin seperti hal-hal
sebagai berikut:
-
Apakah situasi yang terjadi
dalam peristiwa itu?
-
Alternatif apakah yang bisa
dipilih dalam peristiwa itu?
-
Pilihan apa yang akan anda buat
bila anda ada pada situasi tersebut?
-
Apakah anda bisa menyimpulkan
alasan-alasan yang diberikan oleh orang-orang yang ada di dalam kelas pada
pilihan tersebut?
-
Akan seperti apakah pilihan
tersebut bila dipandang oleh pelaku-pelaku lainnya?
-
Apakah konsekuensi-konsekuensi
pilihan tersebut bagi setiap pelaku yang ada dalam dilema tersebut?
-
Dalam kondisi yang bagaimanakah
suatu pilihan yang berbeda dapat diterima?
-
Standar moral atau
prinsip-prinsip apakah yang terlibat?
-
Apakah standar-standar moral
yang sama berlaku dalam setiap situasi yang serupa? (mengapa berlaku dan
mengapa tidak berlaku)
-
Apakah standar moral itu
berlaku bagi setap orang pada lapisan tertentu? (di pedesaan atau kota, kaya
atau miskin, pribadi yang memegang posisi penting dalam pemerintahan atau
rakyat jelata)
LEMBARAN TUGAS I
Melatih Memposisikan Siswa pada Diagram Tahapan
Kegiatan ini akan melatih anda dalam menempatkan siswa secara tepat
pada tahapan manakah menurut diagram tahapan Kohlberg. Anda harus meminta
beberapa teman untuk bekerja sama dengan anda. Penting sekali bagi anda untuk
mengikuti pengarahan dengan teliti sehingga anda dengan teman-teman akan
memiliki data pentahapan pada diagram untuk dibandingkan dengan hasl teman
anda, dengan cara ini anda akan dapat meningkatkan keakuran dalam penempatan
siswa tahapan tersebut.
1.
Batasi pada 3 atau 4 teman.
2.
Mintalah mereka membaca dilema
1.
3.
Sebelum melaksanakan diskusi,
mintalah setiap teman untu mendeskripsikan apa yang akan dia lakukan dalam
situasi tersebur. Mintalah pada setiap teman untuk menuliskan catatan dari
keputusan yang dibuat oleh masing-masing. Anda juga sebaiknya memiliki
serangkaian catatan lapangan yang baik.
4.
Mintalah setiap teman untuk memberikan
alasan terhadap keputusan yang telah dibuatnya tersebut, dan mintalah supaya
alasan tersebut ditulis.
Untuk langkah ke 5 tidak diadakan kompromi atau
pembicaraan dengan yang lain sehingga setiap orang bebas tanpa gangguan.
5.
Pertama, tunjukanlah pada
setiap teman diagram tahapan perkembangan moral Kolhberg dan diskusikan.
Mintalah setiap teman secara individu untuk mereview setiap keputusan yang akan
dibuat oleh teman lainnya termasuk juga pada alasannya (teman-teman harus
didorong untuk menggunakan catatannya) dan tempatkanlah setiap teman anda pada
tahapan yang ada pada diagram tersebut tanpa menduskusikannya terlebih dahulu
dengan siapapun.
6.
Sekarang anda dengan seluruh
teman sebaiknya memperbandingkan pentahapan-pentahapan anda.
7.
Apakah anda semua setuju dengan
penempatan tersebut? Apakah ada “stage
mix” disana yang terlibat dalam respon-respon tersebut?
8.
Diskusikan penempatan
masing-masing prbadi pada diagram tersebut sampai semua orang setuju pada
penempatan yang terbaik. Beberapa teman anda mungkin ingin mengubah penempatan
tersebut setelah diadakan diskusi.
9.
Ulang proses tersebut dengan
menggunakan dilema ke 2.
10.
Apakah ditemukan kesepakatan
dalam penempatan sekarang. Jika anda telah sepakat mulailah memasuki no. 11,
jika belum sepakat maka diskusikanlah penempata tersebut sampai semuanya
menyepakati penempatan tersebut.
11.
Ulangi proses di atas dengan
menggunakan dilema 1 dengan jenis teman yang berbeda.
12.
Mudah-mudahan anda sudah cukup
mudah menggunakan diagram tahapan Kohlberg tersebut.
Setelah menyelesaikan lembaran kegiatan, selanjunya anda
“menulis dilema sendiri”, tulislah dilema yang singkat untuk dicobakan pada
salah satu kelas. Pada saat kelas itu mendiskusikan dilema, coba tempatkan para
siswa menurut tahapan diagram Kohlberg itu. Apakah seluruh siswa ada pada level
yang sama? Bila ada variasi yang besar diantara siswa maka anda boleh membagi
kelas itu kedalam 2 sub kelompok atau lebih sehingga tidak akan menghambat
pertumbuhan atau membiarkan tingkat perkembangan moral siswa pada level yang rendah.
Sebaliknya, anda tidak memaksa siswa yang berada pada tingkat yang rendah untuk
maju dengan cepat pada tingkat yang terlampau tinggi. Hal ini akan menghambat
perkembangan moral siswa, bila kita memaksakan adanya loncatan tingkat lebih
dari satu level pada satu waktu.
LEMBARAN TUGAS II
Menulis Dilema Sendiri
Seperti yang dapat dilihat pada Lembaran Kegiatan I,
dilema adalah situasi-situasi pendek untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan
nilai-nilai yang sedang berkonflik. Dlema harus ditulis sesuai dengan tingkat
perkembangan siswa. Ketika dilema itu didiskusikan, guru hendaklah menambah
informasi atau menambah tingkat kekomplekkannya hal ini untuk menjaga jangan
sampai terlampau banyak nilai yang terlibat dalam dilema tersebut ketika siswa
menyelidiki lebih jauh.
Tugas anda adalah:
1.
Reviewlah kriteria untuk
menulis dilema pada bagian IX tulisan ini.
2.
Tulislah sebuah dilema dan
serangkaian pertanyaan yang tepat untuk anak tingkat SD.
3.
Tulislah sebuah dilema dan
serangkaian pertanyaan yang cocok untuk anak tingkat SLTP/SMP.
4.
Tulislah sebuah dilema dan
serangkaian pertanyaan yang cocok untuk anak tingkat SLTA/SMA.
5.
Tulislah sebuah dilema dan
serangkaian pertanyaan yang cocok untuk Mahasiswa S1 atau Diploma.
6.
Bagikanlah hasil rumusan dilema
anda pada teman-teman untuk dikritik, termasuk juga rangkaian pertanyaannya.
Apakah yang bisa
dilakukan untuk memperbaiki dilema yang anda buat sendiri
RANGKUMAN
1.
Perkembangan moral kognitif
dikembangkan oleh Piaget dan lebih dipopulerkan oleh Lawrence Kohlberg.
Teori yang dikembangkan
Kohlberg menganggap bahwa perkembangan moral merupakan hasil cognitive reststucturing yang harus
dilewati secara runtut.
2.
Tahapan perkembangan moral dari
Kohlberg meliputi:
a.
Tahapan Preconventional, yang
terdiri dari:
-
Tahap hukuman dan kepatuhan (hadiah-baik,
hukuman-buruk)
-
Tahap saling menguntungkan
(menolong satu sama lain)
b.
Tahap Conventional, yang
terdiri dari:
-
Role Stereotype (perilaku yang
diharapkan atau dicontohkan orang lain)
-
Hukum dan aturan (mengikuti
peraturan hukum tidak membutuhkan kontrol)
-
Tahap transisi (pilihan
pribadi, subjektif)
c.
Tahap Pos Conventional, terdiri
dari:
-
Tahap Kontrak Sosial
(mengecualikan hukum untuk kepentingan manusia)
-
Tahap Keadilan (bertindak
seperti anda harapkan orang lain bertindak)
3.
Standar moral berlaku secara universal,
oleh karena itu dapat dipelajari dan guru dapat membantu tingkat perkembangan
moral anak didik melalui dilema moral. Dilema moral tersebut akan berisi
konflik nilai dan terhadap konflik itu siswa harus membuat keputusan
berdasarkan hasil proses pertimbangan dan penalaran moral. Dengan demikian
model pertimbangan moral yang baik yang akhirnya menjadi warga negara yang
baik.
4.
Hal-hal yang harus diperhatikan
guru dalam menggunakan model perkembangan moral kognitif adalah:
a.
Kembangkanlah susasana kelas
yang penuh kepercayaan.
b.
Gunakanlah dilema moral.
c.
Bantulah siswa dalam proses
penalaran moral.
d.
Bantulah siswa dalam
mempelajari perspektif orang lain.
e.
Latihlah para siswa dengan
dasar-dasar komunikasi.
5.
Dalam dunia pendidikan model
ini dapat digunakan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a.
Menyoroti isu moral yang
terlibat dalam dilema.
b.
Menyelidiki motif yang ada
dibelakang alasan.
c.
Melacak keadaan dilema lebih
dalam.
d.
Menyimpulkan setiap pertanyaan
siswa pada fokus tertentu
e.
Mencoba role playing berdasarkan perspektif diri siswa dan perspektif orang
lain.
f.
Mengembangkan pertanyaan
analisis terhadap setiap prioritas nilai.
6.
E. Turrel menganggap adanya
tahapan “moral mix”