Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Model Kegiatan Sosial Dan Pendidikan Kewarganegaraan Lengkap

Model Kegiatan Sosial dan Pendidikan Kewarganegaraan
I. Pengantar
Model kegiatan sosial pada umumnya sama dengan program Pendidikan Kewarganegaraan yang mendorong partisipasi aktif siswa dalam kehidupan politi, ekonomi, sosial dalam masyarakat. Pendekatan kegiatan sosial dipelopori oleh: Fred Newman yang mencoba mengajarkan pada siswa bagaimana mempengaruhi kebijakan umum, dengan demikian pendekatan tersebut mencoba memperbaiki kehidupan siswa dalam masyarakat atau Negara.
Pendekatan Newmann mencoba mengembangkan "Kompetensi Lingkungan" yang merupakan kemampuan siswa untuk mempengaruhi lingkungan, dengan demikian memberikan dampak pada keputusan-keputusan kebijakan. Hanya apabila kita memiliki tingkat kompetensi dan komitmen ini kita kemudian dapat dianggap sebagai "Pelaksana yang bermoral".
Pada umumnya program pendidikan kewarganegaraan melibatkan perkembangan kognitif moral, sosial dan emosional sebagai tujuan utamanya. Tujuan itu dijelaskan dalam berbagai cara, tetapi akan memasukkan (dalam masyarakat demokratis) hal-hal sebagai berikut:
1.    Kognitif, yaitu pengetahuan yang dihubungkan dengan premis-premis masyarakat demokratis, pengertian tentang proses politik , dan kesadaran tentang kehidupan lokal yang ada sekarang, dan masalah-masalah nasional serta dunia.
2.    Keterampilan, yaitu kecakapan untuk menyelidiki, untuk meletakkan dan memproses informasi, untuk membuat keputusan yang diinformasikan, untuk berkomunikasi secara efektif, dan secara bebas bekerja sebagai sebuah kelompok.
3.    Afektif, yaitu perasaan identitas dan harga diri sebagai anggota yang produktif dan ikut serta andil dalam masyarakat.
4.    Pengalaman, yaitu kesepakatan untuk menyelidiki dan terlibat secara langsung dalam situasi praktis (simulasi dalam kehidupan nyata) melalui cara :
a.         Belajar tentang (kognitif) pemerintah yang baik dan warga negara yang baik.
b.        Mempraktekkan sistem keterampilan proses, dan
c.         Merumuskan nilai-nilai dan sikap-sikap dasar yang essensial untuk kesinambungannya.
II. Asumsi-asumsi
Model kegiatan sosial dan pendidikan kewarganegaraan dari pendidikan nilai didasarkan pada Asumsi-asumsi berikut ini:
a.    Kurikulum sekolah harus relevan
b.    Issue moral hanya mempunyai arti (diinternalisasi) apabila orang-orang merasa bahwa mereka dapat mempengaruhi issue atau masalah tersebut.
c.    Sensibilitas moral dikembangkan melalui pemeriksaan kompetisi warganegara.
d.    Suatu masyarakat demokratis menuntut tingkat partisipasi aktif warga negara yang tinggi dari semua warga negaranya, sebaliknya kaum minoritas yang aktif akan menguasai kaum mayoritas yang tidak aktif.
III. Tujuan Model Kegiatan Sosial dan Pendidikan Kewarganegaraan
Tujuan model kegiatan sosial dan pendidikan kewarganegaraan adalah mengembangkan warga negara yang:
1.    Mempunyai ketrampilan (kompetensi-kompetensi) dan keinginan (produk untuk mencapai kompetensi) untuk menjadi warga negara yang aktif.
2.    Memperlihatkan tingkat sensibilitas moral yang tinggi.
3.    Dengan efektif dapat mempengaruhi keputusan-keputusan kebijakan.
Warga negara tumbuh modalitasnya ketika menguasai Kompetensi-kompetensinya dan secara aktif berpartisipasi di dalam tiga komponen dasar kewarganegaraan, sebagai berikut:
A.           Komponen Fisik
Kemampuan untuk mempengaruhi fisik dan materi di dalam kehidupan masyarakat dimana Kita hidup, dengan memperbaiki:
1.        Lingkungan aestetik (keindahan masyarakat)
2.        Lingkungan yang berfungsi ( memperbaiki taman yang tidak sedap dipandang, memperbaiki bangunan, memperbaiki tanda-tanda lalulintas, mengerjakan perbaikan jalan dan memperbaiki jalan penyebrangan).
B.            Komponen interpersonal
Kemampuan untuk mempengaruhi orang lain melalui perbuatan:
1.        Membantu hubungan dengan cara menolong orang lain yang membutuhkan.
2.        Hubungan yang berfungsi dengan cara bekerja secara efektif dengan manusia lain yang memiliki posisi dalam masyarakat dalam berbagai sektor.
C.            Komponen Kewarganegaraan
Kemampuan untuk mempengaruhi urusan umum melalui keikutsertaan dalam sistem politik:
1.      Berpartisipasi aktif secara langsung di dalam proses politik.
2.      Berpartisipasi aktif dengan cara membantu kelompok minat tertentu dalam masyarakat.
IV. Proses Kegiatan Sosial dan Pendidikan Kewarganegaraan
Proses kegiatan sosial dan pendidikan kewarganegaraan terdiri dari enam tingkatan

Tahapan 1. Pertimbangan moral
Perdebatan terbuka dan rasional mengenai kebijakan-kebijakan dan prinsip-prinsip.
Tahapan 2. Penelitian Kebijakan Sosial.
Menguji secara kritis tentang berbagai kemungkinan adanya kebijakan kegiatan sosial dan konsekuensinya.
Tahapan 3. Seleksi Posisi
                  Menerima suatu posisi (atau kebijakan) yang didukung oleh hasil temuan penelitian yang rasional.
Tahapan 4. Strategi Perencanaan
                             Mengembangkan suatu rencana kegiatan untuk mempengaruhi perkembangan kebijakan dan implementasinya sesuai dengan posisi yang dipilih.
Tahapan 5. Implementasi Strategi
Proses melaksanakan rencana strategi dengan penggunaan keterampilan manajemen dan organisasi.
Tahapan 6. Pemecahan Konflik Psicho-Filosofis
Pengenalan dan pemecahan dilema-dilema moral yang membayang-bayangi berbagai issue dan mengganggu tindakan yang tepat.
V. Kurikulum Kegiatan Sosial
Kurikulum kegiatan sosial dirancang untuk membantu mengembangkan konsep-konsep yang mendasari terbentuknya suatu sistem nilai dari masyarakat yang demokratis.
R Freeman Butts (The Revival of Civic Learning) menampilkan 10 buah konsep yang menurut beliau dapat membentuk landasan kegiatan sosial yang bertanggungjawab:
1.         Keadilan ( kejujuran dan kebenaran)
2.         Kebebasan (dasar-dasar kebebasan bagi semua warga negara)
3.         Kesamaan (hak yang sama dalam berbagai hal dan kesempatan)
4.         Perbedaan ( keseimbangan diantara elemen-elemen perbedaan yang menghasilkan pluralisme yang seimbang)
5.         Kekuasaan (kekuasan yang sah diperoleh dan dikenal secara moral dan disetujui oleh adat, kebiasaan, hukum, dan konstitusi)
6.         Keleluasaan Pribadi ( hak seseorang untuk menyendiri dan memilih informasi yang dapat dikomunikasikan pada orang lain)
7.         Mendapat perlindungan (hak mendapat perlindungan hokum ketika dituduh berbuat salah dan ketika diperlakukan sewennang-wenang atau dipenjara)
8.         Partisipasi (kesempatan yang luas untuk berpartisipasi secara langsung dalam membuat keputusan pemerintahan ditingkat daerah atau nasional.
9.         kewajiban pribadi untuk kebaikan masyarakat.
10.     Hak asasi manusia internasional (pemahaman global kearah suatu “dunia yang lebih adil”)   
Menurut Newmann, model kegiatan sosial pada umumnya terdiri dari beberapa unit pengajaran atau beberapa bagian pelajaran yang diracang untuk mengajarkan ke 10 konsep nilai tersebut.
Diantara unit-unit pengajaran yang akan mencapai tujuan yang diharapkan itu adalah:
·      Unit proses politik hokum
·      Unit komunikasi
·      Kegiatan kepemiminan
·      Unit pengembangan masyarakat
·      Unit pemrosesan informasi
Dengan kegiatan di atas siswa akan mampu mengembangkan kompetensi-kompetensi kewarganegraraan . kurikulum semacam ini harus membuat tahapan-tahapan perkembangan kewarganegaraan sebagai berikut:
1.         Kesadaran siswa
·         Belajar tentang dunia politik dan sosial di sekitar masyarakat dan tempat tinggalnya.
·         Menganalisa hak-hak dan tanggung jawab
2.         Tanggapan siswa
·         Menyelidiki perdebatan
·         Menetapkan prioritas nilai pribadi pa da issue-issue kewarganegaraan.
3.         Komitmen siswa
·         Memilih diantar alternatif issue-issue kewarganegaraan
·         Menentukan “apa yang akan ia kerjakan”
·         Menentukan suatu bentuk rencana kegiatan
4.      Kegiatan siswa
·         Mengimplementasikan rencana kegiatan
·         Melaksanakan issue-issue kewarganegaraan menurut prioritas nilai
·         Menerima perilaku-perilaku baru dihubungkan dengan sebuah posisi pilihan dalam sebuah issue kewarganegaraan.
Kurikulum kegiatan sosial didasarkan kenyataan bahwa seluruh kebudayaan dan masyarakat memiliki:
a.         Struktur-struktur kekuasaan yang dapat membuat keputusan atau memerintah seta menentukan stabilitas dan perkembangan ekonomi dan sosial.
b.         Kebijakan atau hokum yang mengatur interaksi dan kerjasma kelompok yang didasarkan pada kepercayaan-kepercayaan, tradisi-tradisi dan nilai-nilai dari masyarakat.
c.         Proses-proses atau prosedur-prosedur untuk memodifikasi, merubah, menambah atau menghapuskan berbagai kebijakan atau hukum.

VI. Guru Kegiatan Sosial
Kurikulum kegiatan sosial menghendaki siswa mengembangkan suatu keterampilan yang saling berhubungan dalam suatu lingkup yang luas, sehingga guru-guru harus merencanakan:
a.         Bacaan: Berita hangat dari surat kabar, majalah dan lain-lain.
b.         Pendengaran: Radio , TV, pidato-pidato para pemimpin daerah dan kelompok minat teretentu.
c.         Tulisan: Teks-teks pidato para pemimpin, surat kabar, dan lain-lain.
d.         Pidato: Dihadapan kelas, sekolah dan pemirsa lain untuk mengembangkan rasa senang dan tenang.
e.         Menghadiri: Memperkenalkan rapat di sekolah dan masyarakat agar siswa mengenal berbagai tipe rapat untuk tujuan yang berbeda.
f.          Bekerja sama dengan yang lain: Melaui proyek sekolah dan masyarakat, siswa belajar kerjasama, kepemimpinan, pembagian tugas dan keterampilan-keterampilan khusus lain dari warga negara yang produktif.
g.         Penelitian: Issue-issue sekolah dan masyarakat melalui penelitian perpustakaan, interview pribadi dan lain-lain.
Jadi guru menggunakan kegiatan sosial, tidak hanya mengajarkan proses kegiatan sosial, tapi juga berbagai keterampilan yang diperlukan untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang efektif.

Tabel
Data untuk mendokumentasikan kelancaran dan produktivitas siswa pada 7 kompetensi kegiatan warga negara
Kompetensi
Data
Kecakapan
Produtivitas
1.      Berkomunikasi dengan efektif dalam Bahasa lisan dan tulisan
Tes tes objektif dalam kosa kata, tulisan, analisa media. Bukti evaluatif dari guru dan lain-lainnya terhadap karya-karya tulisan dan lisan. Memamerkan hal-hal seperti Book Report, study penelitian, tulisan-tulisan, skripsi-skripsi dan jurnal.
Menginventarisir jumlah dan jenis komunikasi (tulisan, raport, pidato, laporan, wawancara, dan brosur-brosur).
2.      Mengumpulkan dan menginterpretasikan secara logis informasi, problem dan minat umum
Tes-tes objektif dalam interpretasi data (mislanya grafik dan tabel) dan pelokasian (dimana anda akan menemukan informasi-informasi di masyarakat ini atau dimana saja). Evaluasi guru mengenai pernyataan posisi lisan dan tulisan
Menginventarisir tugas-tugas penelitian yang diselesaikan pada proses aturan politik, tugas-tuhas pokok kegiatan, pesan umum.
3.      Menggambarkan proses-proses keputusan politik legal
Tes-tes objektif dalam pemerintah daerah, lembaga-lembaga yang penting dalam tugas pokok serta proyek kegiatan. Kesaksian dari guru dan orang lain tentang kemampuan siswa untuk merencanakan strategi yang cocok. Sejarah siswa menegnai keputusan tertentu.
Menginventarisir pengalaman-pengalaman dan bagian-bagiannya dari orang yang berbeda dari orang yang berbeda dalam system aturan politik.
4.      Secara rasional menilai keputusan-keputusan pribadi atau isu umum yang kontropersial dan menilai strategi-strategi kegiatan dengan acuan pada prinsip-prinsip keadilan dan demokrasi konstitusional.
Tes-tes kemampuan untuk mengidentifikasi isu-isu serta menerapkan prinsip-prinsip keadilan, misalnya kesamaan dan demokrasi konstitusional misalnya perlindungan dari aturan-aturan, kesaksian dari guru dan orang lain dalam upaya untuk mengambil posisi pada isu yang kontroversial secara lisan dan tulisan yang ditujukan dalam tulisan dan pidatonya
Inventaris jenis dan jumlah posisi yang diambil secara lisan dan tulisan
5.      Bekerjasama dengan orang lain
Tes-tes objektif tentang kemampuan menganalisa perilaku kelompok. Kesaksian guru dan oranglain dalam berperilaku kooperatif. Menganalisa keterampilan-ketermpilan kelmpok.
Inventaris jumlah jenis usaha kelompok dan jenis-jenis sumbangan yang dibuat.
6.      Mendiskusikan pengalaman pribadi yang konkrit tentang dirinya dan oranglain sehingga dapat memberikan sumbangan terhadap pemecahan dilemma pribadi kewarganegaraan serta mengeksplorasi issue-issue kemanusiaan yang lebih umum
Tes-tes menafsirkan pengalaman tertentu kedalam isuue-issue yang lebih umum. Kesaksian guru
Inventaris kegiatan yang diselesaikan yang merupakan tujuan dirinya( seperti saat-saat konseling, diskusi literature, sesi kritik
7.      Menggunakan keterampilan teknis yang terseleksi sehingga dapat melatih untuk dapat menghadapi pengaruh-pengaruh dari issue-isuue tertentu
Tes-tes objektif dan kesaksian dari ahli-ahli keterampilan tertentu seperti fotografi, pelukis, prosedur-prosedur parlemen.
Inventaris kejadian-kejadian yang dialaminya yang melibatkan berbagai keterampilan