Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Model Analisis Nilai Lengkap

A.    Model Analisis Nilai
1.      Pengantar
Tujuan penggunaan model analisis nilai adalah membimbing siswa untuk menggunakan pendekatan yang sistematis dan ilmiah dalam mengumpulkan dan menganalisa data, sehingga mereka dapat menemukan nilai mereka sendiri dan nilai masyarakat dimana mereka hidup, yang akhirnya siswa mampu membuat keputusan dan penilaian terhadap suatu nilai yang dapat dipertahankan dan rasional
Model analisis nilai menekankan pada pengumpulan dan analisa data serta mengklarifikasi setiap informasi yang termasuk pada fakta, mana yang termasuk opini, asumsi, kriteria, propaganda, atau informasi yang salah. Model analisis nilai muncul sebagai karya Jerrold Coombs dan Milton Meux dalam bukunya “Values Education”, Washington DC,, National Council For The Social Studies, 1972. Model ini didasarkan pada karya pendahulunya yaitu buah karya Michael Scriven dan Lawrence E Metcalf dalam buku Lawrence E. Metcalf, Values Education; Rationale, Strategies and Procedures, Washington DC., National Council For The Social Studies, 1971.
2.      Asumsi-Asumsi Yang Mendasari Model Analisis Nilai
Model analisis nilai didasarkan pada asumsi nilai sebagai berikut:
a.       Berpikir logis adalah proses yang paling efektif dalam menentukan konflik nilai
b.      Siswa dapat secara efektif mengatasi konflik nilai, jika mereka menggunakan prosedur setahap demi setahap untuk menganalisa konflik dan membuat keputusan nilai., dengan cara mengkombinasikan kognisi (informasi factual) dan afeksi (sikap dan system nilai)
c.       Fakta harus dipisahkan dengan jenis informasi lainnya bila ingin menganalisis konflik secara tepat.
d.      Fakta harus diberi valensi melalui kriteria nilai (misalnya: fakta dihubungkan dengan perasaan positif dan negatif) sebagai contoh:
Fakta
Sepuluh siswa SMA lulus ujian masuk PTN (Perguruan Tinggi Negeri), dan dua puluh siswa SMA gagal dalam ujian masuk tersebut
Valensi positif
Suatu valensi positif akan diberikan oleh siswa yang lulus ujian sebagai berikut, “Ujian masuk ke PTN dilakukan dengan jujur dan adil.”
Valensi Negatif
Valensi negative bias berasal dari fakta yang sama tetapi dilihat oleh siswa yang tidak lulus ujian “Ujian masuk PTN tidak adil dan tidak perlu dilanjutkan”

e.       Nilai mudah diselesaikan/dipecahkan jika fakta-faktanya dihubungkan terhadap salah satu valensi. Bila fakta dihubungkan dengan berbagai valensi maka kita akan menghadapi kesulitan dalam mengambil keputusan serta penyelesaiannya harus menggunakan pendekatan analisis nilai secara logis dan sistematis untuk sampai pada keputusan
f.        “Kriteria nilai” diguakan untuk memberi kualitas (memberi nilai) pada fakta-fakta dengan cara memberi valensi positif dan negative fatkta tersebut.
g.      Dalam pemecahan konflik nilai, setiap standar atau prinsip-prinsip baru akan jelas ketika
1)      Kriteria nilai ditetapkan pada seperangkat fakta
2)      Fakta-fakta diberi valensi positif atau negative
3)      Daya atau kekuatan valensi dievaluasi
4)      Pemecahan konflik telah dicapai
5)      Alasan dibelakang keputusan telah diidentifikasikan secara jelas
h.      Prinsip-prinsip serta standar nilai relatif konstan dari waktu ke waktu, sedangkan kriteria nilai bervariasi dari situasi ke situasi lain tergantung pada kondisi atau konteks terjadinya situasi
i.        Pertimbangan nilai dapat dilihat dari berbagai sudut pandang (moral, hukum, estetika, etika, epitimlogi, dsb). Perbedaan sudut pandang sering menimbulkan konflik dan perbedaan sudut pandang harus dipecahkan kembali minimal skornya dikurangi.

3.      Tujuan Model Analisis Nilai
Tujuan model analisis nilai adalah membantu siswa mengembangkan kemampuan menilai situasi konflik nilai secara logis dan sistematis sampai pada penentuan keputusan nilai yang sahih, dapat dipertanggungjawabkan dan reliable. Juga membantu pekerjaan siswa secara individual maupun kelompok untuk menganalisa situasi secara ilmiah, sehingga secara berangsur dapat mengembangkan system nilai yang diteriama secara social, adil secara moral dan konsisten dengan prinsip demokrasi

4.      Guru Yang Menggunakan Model Analisis Nilai
Guru yang menggunakan pendekatan analisis nilai harus melakukan perencanaan pengajaran secara sistematis serta teratur memimpin kelas secara terstruktur, jika menginginkan siswa memiliki keterampilan analisis nilai. Teknik ini memiliki langkah khusus yang secara linier tidak dapat dipersingkat, dan dalam beberapa hal mirip dengan metoda ilmiah sehingga harus dilaksanakan sama ketatnya,
Kecuali guru harus cermat menjaga langkah-langkah analisis nilai, juga harus menjaga agar siswa tidak bertele-tele seperti kegiatan akademik lainnya, yang akhirnya akan gagal meraih keuntungan sebagai alat untuk memecahkan konflik nilai. Dalam kehidupan sehari-hari siswa membuat keputusan nilai secara spontan dan kadang-kadang menggunakan proses sistematis yang menyita waktu sehingga cukup melelahkan. Akan tetapi dengan analisis nilai ini siswa akan menyadari kerumitan yang terjadi dalam memecahkan konflik nilai dan mampu lebih cermat untuk menilai melalui proses mental secara cepat.
Ketika proses analisis nilai telah disiapkan, guru-guru harus bertindak sebagai advisor atau konsultan dan bukan sebagai pemberi informasi. Guru-guru harus membantu siswa memahami prinsip dan strategi umum untuk memecahkan konflik secara sistematis.
Lima strategi yang paling penting adalah:
a.       Selalu menggunakan bukti dan penyelidikan ilmiah dalam melengkapi strategi 2-5.
b.      Menganalisa berbagai sumber konflik nilai serta membagi isu-isu pada sub-sub komponen secara logis, sehingga dapat diklasifikasikan kedalam kategori-kategori dan selanjutnya disusun secara peringkat dalam bentuk prioritas.
c.       Menganalisa valensi-valensi (baik positif ataupun negatif) yang bertentangan diantara komponen-komponen. Hal ini dimaksudkan untuk menjelaskan dan mengurangi perbedaan diantara valensi tersebut.
d.      Mengklarifikasi kembali sub-sub komponen sehingga sub-sub komponen tersebut tersusun secara logis kedalam suatu kategori utama (seperti masalah kesehatan, ekonomi, politik, dsb)
e.       Menggunakan berpikir logis untuk menyusun peringkat sub-sub komponen, sebagai contoh:

Bidang Masalah
:
Kependudukan
Masalah
:
Pertumbuhan penduduk yang berlebihan merugikan kemampuan Negara Indonesia untuk membangun.
Asumsi pertama
:
Pertumbuhan penduduk harus dikurangi bila Negara Indonesia ingin menjadi Negara yang makmur
Sub Komponen
:
Berbagai cara yang dapat dilakukan untuk menghambat lajunya pertambahan penduduk, salah satu diantaranya adalah pengguguran kandungan
Logika rasional
:
Nilai hidup manusia lebih penting daripada mengontrol pertumbuhan penduduk melalui cara pengguguran kandungan. (Menurut siapa andangan ini? Siapa yang berwenang menanganinya? Bagaimana alternative yang ada selain dengan cara pengguguran? Lakukan interview dengan pimpinan agama, BKKBN, PLKB, atau ahli ekonomi). Sebuah janin merupakan salah satu jenis kehidupan manusia. (Telitilah berdasarkan etika kedokteran), sertelah iru analisa!, berilah valensi (positif atau negative) dan prioritaskanlah seluruh fakta dan bagaimana opini yang ada, hal ini untuk membuat kesimpulan. Selanjutnya, apakah pengguguran kandungan diperbolehkan atau tidak? Dalam kondisi bagaimana? Dan dalam keadaaan bagaimana sebuah janin dianggap sebagai manusia yang hidup?
 Kalau dibagankan akan terlihat dalam bentuk sebagai berikut:
Diterima
Tidak Diterima
Diterima dibawah kondisi berikut
Dasar pemikiran
Dasar pemikiran
Kondisi
Dasar pemikiran



Prinsip-prinsip nilai yang mendasari
1.
2.
3. dst

5.      Proses Analisis Nilai
Proses analisis nilai utamanya bersifat kognitif, namun berisi pula nilai-nilai afektif, terutama dalam langkah ke-5 (dalam langkah ini fakta-fakta diberi valensi, oleh karena itu perasaan positif dan negatif akan terlibat dalam fakta tersebut). Pada langkah ini keputusan nilai dibuat. Demikian pula pada langkah ke 6 menjelaskan prinsip-prinsip nilai yang sebenarnya mereka dukung, serta menentukan kondisi-kondisi yang menentukan valid atau tidaknya prinsip tersebut.
Ada 6 langkah esensial dalam proses analisis nilai:
a.       Mengidentifikasi dan memperjelas pertanyaan nilai, hal ini meliputi:
1)      Menentukan pandangan atau persfektif untuk membuat pertimbangan-pertimbangan
2)      Menjelaskan tingkat kekhususan (apakah masalah individual atau masalah umum, seperti dalam contoh sebelumnya apakah ujian tertentu atau ujian secara keseluruhan/ umum)
b.      Mengumpulkan fakta-fakta pokok, hal ini meliputi:
1)        Menentukan fakta mana yang relevan
2)        Menentukan fakta mana yang teramati (kondisi atau kejadian yang teramati, seperti “Saya dapat nilai  B pada ujian tersebut”).
3)        Menentukan pernyataan mana yang bukan fakta tetapi berpengaruh terhadap penilaian kita atau pertimbangan (seperti; ujian itu sulit”)
4)        Mencari fakta-fakta tambahan yang relevan secara sistematis (misalnya berapa banyak siswa yang memperoleh nilai A, B, C, D, atau E)
5)        Mengorganisir fakta tersebut berdasar kategori dan valensi
6)        Memprioritaskan fakta-fakta sesuai dengan kepentingannya dalam membuat keputusan nilai.
c.       Memperhitungkan kebenaran fakta-fakta utama (pokok), hal ini meliputi
1)      Verifikasi fakta:
2)      Menentukan tingkat kekhususan fakta tersebut:
d.      Menjelaskan relevansi fakta-fakta tersebut
e.       Membuat alternatif-alternatif keprutusan nilai dan menentukan konsekuensi-konsekuensinya.
f.        Ujikanlah keputusan nilai serta prinsip nilai dalam kepetusan tersebut.
1)      Ujilah konsekuensi keputusan nilai tersebut
2)      Menguji prinsip nilai yang ada dalam alternatif keputusan
6.      Bahan Analisis Nilai
Para guru akan mendapatkan contoh pengumpulan data dan diagram analisis yang bermanfaat, karena dalam contoh ini para siswa dilibatkan dalam proses analisis nilai. Jenis pengorganisasian ini akan membatu para siswa untuk mengorganisir, menganalisa, dan menginterpretaskan data ketika mereka terlibat dalam penyelidikan. Dibawah ini akan dikemukakan lima contoh alat/instrumen. Guru dapat menggunakannya untuk mengembangkan bahan dalam rangka membantu siswa secara sistematis langkah berpikir logis tersebut.
Alat  tersebut adalah:
a.       Kartu bukti (Evidence Card)
Kartu bukti ini digunakan dalam analisa pendahuluan terhadap informasi, untuk menentukan apakah pernyataan itu merupakan fakta atau bukan fakta (opini, dugaan, kriteria) valensi apa yang harus diberikan pada fakta tersebut. Mengapa diberi valensi demikian, dan fakta apakah yang masih dibutuhkan
Kolom I
Kolom II
Kolom III
Pernyataan
Apakah pernyataan pada kolom I serupa fakta opini, asumsi, atau dugaan?
Apakah yang diketahui dari jenis pernyataan yang ada pada kolom II (memberikan alasan/tanggapan terhadap kolom II

Kriteria apakah untuk mempertimbangkan fakta itu:
1.      Alasan apakah yang diperkirakan dari valensi fakta tersebut:
a.       ………….
b.      ………….
c.       ………….
Berapakah kekuatan valensi positif tersebut? Beri skala 1,2,3,4, dan 5

2.      Alasan apakah yang diperkirakan dari valensi negatif tersebut:
a.       …………
b.      …………
c.       …………
Berapakah kekuatan valensi negatif tersebut? Beri skala 1,2,3,4, dan 5
Fakta-fakta apakah yang hilang atau belum ditemui yang seharusnya dimiliki
Dimana dan bagaimana caranya saya dapat memperoleh fakta yang belum dimiliki tersebut (yang hilang)






b.     Diagram Kumpulan Fakta (Facts Charts)
Diagram kumpulan fakta ini berguna bagi siswa untuk menganalisis fakta dengan cara:
1).    Menentukan wilayah dasar perhatian.
2).    Mengidentifikasi fakta mana yang umum dan fakta yang khusus.
3).    Mengidentifikasi fakta mana yang bervalensi positif dan fakta mana yang bervalensi negatif.
4).    Menentukan pertimbangan nilai apa yang terlibat.

Pernyataan fakta: ..................................................................
..................................................................
Wilayah dasar perhatian
Valensi Positif
Valensi Negatif
Pertimbangan nilai
Umum
Khusus
Umum
Khusus

Keluarga





Masyarakat





Ekonomi





Politik





Kesehatan





Moral





Karir





Dsb.






c.      Diagram Konsekuensi dan Alternatif
Gunakanlah diagram yang berbeda untuk setiap alternatif keputusan nilai. Untuk setiap alternatif keputusan, identifikasilah konsekuensi positif dan konsekuensi negatif dari masing-masing kategori.
Pernyataan fakta: ..............................................................
Nilai                    .............................................................
Sudut pandang konsekuensi
Positif
Negatif
Sosial


Ekonomi


Agama


Ekologi


Kesehatan


Keamanan


Hukum


Moral


Dsb.





d.     Lembaran Analisa Kesimpulan
Lembaran analisa kesimpulan ini membantu para siswa untuk mempertimbangkan secara hati-hati setiap alternatif kesimpulan dilihat dari konsekuensinya.
Alternatif kesimpulan
Siapa yang dipengaruhi
Konsekuensi
Positif
Negatif
Kesimpulan 1



Kesimpulan 2



Kesimpulan 3



Kesimpulan 4




e.      Kartu-kartu Rangkuman
Kartu-kartu rangkuman ini membantu para siswa/mahasiswa untuk membuat kesimpulan serta menentukan prinsip-prinsip nilai apa yang terlibat dalam kesimpulan tersebut.
Sudut pandang yang dijadikan pengambilan keputusan
Keputusan yang diambil berdasarkan bukti-bukti dan pertimbangan nilai
Prinsip-prinsip nilai yang terlibat dalam kesimpilan tersebut