Hakikat Pembelajaran Lengkap
A. Arti dan Makna Pembelajaran
Pengertian
pembelajaran jika ditinjau secara etimologis, pembelajaran diidentikan dengan
kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang
diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut), ditambah dengan awalan “pe”
dan diakhiri dengan “an” menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses,
perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.
Sedangkan secara terminologis pembelajaran adalah bantuan yang diberikan
pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan
kemahiran, dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta
didik.
Selanjutnya
pengertian pembelajaran menurut para ahli bahwa pembelajaran adalah suatu
sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi
serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk
mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.
(Gagne dan Briggs, 1979:3).
Menurut
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Dengan
kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat
belajar dengan baik.
B. Konsep
Pembelajaran
Konsep
pembelajaran menurut Corey (1986:195) adalah suatu proses dimana lingkungan
seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam
tingkah laku tertentu dalam kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap
situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.
Pembelajaran
sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas
berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat
meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya penguasaan
yang baik terhadap materi pelajaran. Maka dari itu dalam pembelajaran guru
harus memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya sebagai suatu
pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir siswa dan memahami
berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar
dengan perencanaan pembelajaran yang matang oleh guru. Dan pendapat ini sejalan
dengan Jerome Broner (1960) mengatakan perlu adanya teori pembelajaran yang
akan menjelaskan asas-asas untuk merancang pembelajaran yang efektif dikelas.
Pembelajaran mempunyai dua
karakteristik yaitu :
1. Dalam
proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya
menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas
siswa dalam proses berfikir.
2. Dalam
pembelajaran membangun suasana dialogis, dan proses tanya jawab terus menerus
yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa yang
pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh
pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.
Adapun
yang dimaksud dengan proses pembelajaran adalah sarana dan cara bagaimana suatu
generasi belajar atau dengan kata lain bagaimana sarana belajar itu secara
efektif digunakan. Hal itu tentu berbeda dengan proses belajar, yang diartikan
sebagai cara bagaimana para pembelajaran itu memiliki dan mengakses isi
pelajaran itu sendiri (Tilaar, 2002:128).
Proses
pembelajaran atau pengajaran kelas (clasroom teaching) menurut Dunkin dan
Biddle (1974:38) berada pada empat variabel interaksi yaitu: (1) variabel
pertanda (presage variables) berupa pendidik; (2) variabel konteks (context
variables) berupa pesert a didik, sekolah, dan masyarakat; (3) variabel proses
(process variables) berupa interaksi peserta didik dengan pendidik; dan (4)
variabel produk (product variables) berupa perkembangan peserta didik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang.
Dunkin
dan Biddle selanjutnya menatakan proses pembelajaran akan berlangsung dengan
baik jika pendidik mempunya dua komptensi utama yaitu: (1) kompetensi substansi
materi pembelajaran atau penguasaan materi pelajaran, dan (2) kompetensi
metodologi pembelajaran.
Artinya
jika guru menguasai materi pelajaran, diharuskan juga menguasai metode
pengajaran sesuai kebutuhan materi ajar yang mengacu pada prinsip pedagogik,
yaitu memahami karakteristik peserta didik. Jika metode dalam pembelajaran
tidak dikuasai, maka penyampaian materi ajar menjadi tidak maksimal.
Pembelajaran
tidak terjadi seketika, melainkan sudah melalui tahapan perencanaan. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Knrik dan Gustafson (1986:15) bahwa pembelajaran
merupakan suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan,
dan evaluasi.
C. Komponen
Pembelajaran
Komponen merupakan bagian dari suatu
sistem yang memiliki peran dalam keseluruhan berlangsungnya suatu proses
pembelajaran. Komponen pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem proses
pendidikan, yang menentukan berhasil atau tidaknya proses pendidikan. Bahkan
dapat dikatakan bahwa untuk berlangsungnya proses kerja pendidikan diperlukan
keberadaan komponen-komponen tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa komponen
pembelajaran adalah kumpulan dari beberapa item yang saling berhubungan satu
sama lain yang merupakan hal penting dalam proses belajar mengajar.
Adapun komponen-komponen pembelajaran
:
1. Kurikulum
Secara etimologis, kurikulum (
curriculum ) berasal dari bahasa Yunani, curir yang artinya “pelari” dancurere yang berarti “tempat berpacu”. yaitu suatu
jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai garis finish.
Secara terminologis, istilah kurikulum mengandung arti sejumlah pengetahuan
atau mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa guna mencapai
suatu tingkatan atau ijazah. Pengertian kurikulum secara luas tidak hanya
berupa mata pelajaran atau bidang studi dan kegiatan-kegiatan belajar siswa
saja, tetapi juga segala sesuatu yang berpengaruh terhadap pembentukan pribadi
siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Misalnya fasilitas
kampus, lingkungan yang aman, suasana keakraban dalam proses belajar mengajar,
media dan sumber-sumber belajar yang memadai. Kurikulum sebagai rancangan
pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek
kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan
dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum tidak
bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan yang kokoh dan kuat.
2. Guru
Kata Guru berasal dari bahasa
Sansekerta “guru” yang
juga berarti guru, tetapi arti harfiahnya adalah “berat” yaitu seorang pengajar
suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Di dalam masyarakat, dari yang paling
terbelakang sampai yang paling maju, guru memegang peranan penting. Guru
merupakan satu diantara pembentuk-pembentuk utama calon warga masyarakat.
Peranan guru tidak hanya terbatas sebagai pengajar (penyampai ilmu
pengetahuan), tetapi juga sebagai pembimbing, pengembang, dan pengelola
kegiatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi kegiatan belajar siswa dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Siswa
Siswa atau murid biasanya digunakan
untuk seseorang yang mengikuti suatu program pendidikan di sekolah atau lembaga
pendidikan lainnya, di bawah bimbingan seorang atau beberapa guru. Dalam
konteks keagamaan murid digunakan sebagai sebutan bagi seseorang yang mengikuti
bimbingan seorang tokoh bijaksana. Meskipun demikian, siswa jangan selalu
dianggap sebagai objek belajar yang tidak tahu apa-apa. Ia memiliki latar
belakang, minat, dan kebutuhan serta kemampuan yang berbeda. Bagi siswa,
sebagai dampak pengiring (nurturent effect) berupa terapan pengetahuan dan atau
kemampuan di bidang lain sebagai suatu transfer belajar yang akan membantu
perkembangan mereka mencapai keutuhan dan kemandirian.
4. Metode
Metode pembelajaran adalah cara yang
dapat dilakukan untuk membantu proses belajar-mengajar agar berjalan dengan
baik, metode-metode tersebut antara lain :
a.
Metode Ceramah
Metode ceramah yaitu sebuah metode
mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada
sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif.
b.
Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah suatu
metode dimana guru menggunakan atau memberi pertanyaan kepada murid dan murid
menjawab, atau sebaliknya murid bertanya pada guru dan guru menjawab pertanyaan
murid itu .
c.
Metode Diskusi
Metode diskusi dapat diartikan
sebagai siasat “penyampaian” bahan ajar yang melibatkan peserta didik untuk
membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang
bersifat problematis.
d.
Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode
mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan
melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media
pembelajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang
disajikan.
e.
Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah metode atau
cara di mana guru dan murid bersama-sama mengerjakan sesuatu latihan atau
percobaan untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari sesuatu aksi.
5. Materi
Pelajaran
Materi juga merupakan salah satu
faktor penentu keterlibatan siswa. Adapun karakteristik dari materi yang bagus
menurut Hutchinson dan Waters adalah:
a. Adanya teks yang menarik.
b. Adanya kegiatan atau aktivitas yang
menyenangkan serta meliputi kemampuan berpikir siswa.
c. Memberi kesempatan siswa untuk
menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang sudah mereka miliki.
d. Materi yang dikuasai baik oleh siswa
maupun guru.
Dalam kegiatan belajar, materi harus
didesain sedemikian rupa, sehingga cocok untuk mencapai tujuan dengan
memperhatikan komponen-komponen yang lain, terutama komponen anak didik yang
merupakan sentral. Pemilihan materi harus benar-benar dapat memberikan
kecakapan dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari.
6. Alat
Pembelajaran (Media)
Kata media berasal dari bahasa latin
dan merupakan bentuk jamak dari “medium” yang secara harfiah berarti perantara
atau pengantar. Jadi media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim
kepada penerima pesan. Media pembelajaran adalah perangkat lunak (soft ware)
atau perangkat keras (hard ware) yang berfungsi sebagai alat belajar atau alat
bantu belajar.
7. Evaluasi
Istilah evaluasi berasal dari bahasa
Inggris yaitu “Evaluation”. Menurut Wand dan Brown, evaluasi adalah suatu
tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari suatu hal. Ada pendapat
lain yang mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data
seluas-luasnya, sedalam-dalamnya yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa,
guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan
mengembangkan kemampuan belajar.
D. Pembelajaran
Efektif
Interaksi yang baik antara guru dan peserta didik
merupakan sesuatu yang harus terjadi, interaksi yang dimaksud adalah hubungan
timbal balik antara guru dan siswa, siswa dan guru, dan siswa dengan siswa
lainnya. Sehingga proses pembelajaran perlu dilakukan dengan suasana yang
tenang dan menyenangkan, kondisi yang demikian menuntut aktivitas dan
kreativitas guru dalam menciptakan lingkungan yang kondusif.
Pembelajaran efektif merupakan tolak ukur keberhasilan
guru dalam mengelola kelas. Proses pembelajaran dikatakan efektif apabila
seluruh peserta didik dapat terlibat secara aktif, baik mental, fisik maupun
sosialnya. Sebab dalam proses pembelajaran aktivitas yang menonjol ada pada
peserta didik. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari
segi hasil. Dari segi proses pembelajaran dikatakan berhasil danberkualitas
apabila seluruhnya atau sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif,
baik fisik, mental maupun social dalam proses pembelajaran, disamping
menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan
percaya pada diri sendiri.
Dari segi hasil pembelajaran dikatakan efektif apabila
terjadi perubahan tingkah laku yang positif, tercapainya tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan. Lebih lanjut, proses pembelajaran dikatakan berhasil dan
berkualitas apabila masukan merata, menghasilkan output yang banyak dan bermutu
tinggi, serta sesuai dengan kebutuhan, perkembangan masyarakat, dan
pembangunan. Munurut Depdiknas (2004), pembelajaran dikatakan tuntas apabila
telah mencapai > 75 %.
Pembelajaran dikatakan efektif apabila hasil belajar
dan aktivitas belajar siswa yang belajar dengan pendekatan pemecahan masalah
lebih baik dari siswa yang belajar denga pembelajaran konvensional pada tingkat
ketuntasan tertentu. Ketuntasan belajar siswa hendaknya disesuaikan dengan
kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan sekolah.
Untuk dapat mewujudkan suatu pembelajaran yang
efektif, maka perlu diperhatikan beberapa aspek, diantaranya :
1. Guru
harus membuat persiapan mengajar yang sistematis.
2. Proses
belajar mengajar (pembelajaran) harus berkualitas tinggi yang ditunjukkan
dengan adanya penyampaian materi oleh guru secara sistematis, dan menggunakan
berbagai variasi di dalam penyampaian, baik itu media, metode, suara, maupun
gerak.
3. Waktu
selama proses belajar mengajar berlangsung digunakan secara efektif.
4. Motivasi
mengajar guru dan motivasi belajar siswa cukup tinggi.
5. Hubungan
interaktif anatara guru dan siswa dalam kelas bagus sehingga setiap terjadi
kesulitan belajar dapat segera diatasi.
Demikian rupa kelima aspek itu
apabila dapat terlaksana dengan baik, maka akan terwujud sebuah pembelajaran
yang efektif.