Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Metode Penelitian Research and Development (R&D) Lengkap


Menurut Sugiyono (2016) dalam buku “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D”, metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa Inggrisnya Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut.

Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan produk tersebut. Jadi penelitian dan pengembangan bersifat longitudinal (bertahap bisa multy years).

Metode penelitian dan pengembangan telah banyak digunakan pada bidang-bidang Ilmu Alam dan Teknik. Hampir semua produk teknologi, seperti alat-alat elektronik, kendaraan bermotor, pesawat terbang, kapal laut, senjata, obat-obatan, alat-alat kedokteran dan lain sebagainya itu dproduksi dan dikembangkan melalui penelitian dan pengembangan. Namun demikian metode penelitian dan pengembangan bisa juga digunakan dalam bidang ilmu-ilmu sosial seperti psikologi, sosiologi, pendidikan, manajemen dan lain-lain.

1.    Potensi dan masalah
Penelitian dapat berangkat dari adanya potensi dan masalah. Potensi dan masalah yang dikemukakan dalam penelitian harus ditunjukkan dengan data empiric. Misalnya potensi energy angin di pantai selatan Pulau Jawa, harus dapat dikemukakan data berapa kekuatan dan kecepatan angin, berapa lama dalam satu hari, dari mana arah angin dan lain-lain. Data angin tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk merancang kincir angin atau produk lainnya yang dapat menghasilkan energi mekanik atau listrik. Data tentang potensi dan masalah tidak harus dicari sendiri, tetapi bisa berdasarkan laporan penelitian orang lain, atau dokumentasi laporan kegiatan dari perorangan atau instansi tertentu yang masih up to date.

2.    Pengumpulan data
Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara factual dan up to date, maka selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Pengumpulan data ini dilakukan analisis kebutuhan, studi literatur, dan penelitian skala kecil.

3.    Desain produk
Desain produk baru harus lengkap dengan spesifikasinya. Selain itu, desain produk harus diwujudkan dalam gambar atau bagan, sehingga dapat digunakan sebagai pegangan untuk menilai dan membuatnya serta akan memudahkan pihak lain untuk memahaminya. Dalam bidang teknik, desain produk harus dilengkapi dengan penjelasan mengenai bahan-bahan yang digunakan untuk membuat setiap komponen pada produk tersebut, ukuran serta prosedur kerjanya. Dalam produk yang berupa sistem perlu dijelaskan mekanisme penggunaan sistem tersebut, cara kerja, berikut kelebihan dan kekurangannya. Pada contoh diatas, sistem yang dibuat tersebut masih bersifat hipotetik karena efektivitasnya belum terbukti, dan akan diketahui setelah melalui pengujian-pengujian.

4.    Validasi desain
Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk, dalam hal ini sistem kerja baru secara rasional akan lebih efektif dari yang lama atau tidak. Dikatakan secara rasional, karena validasi di sini masih bersifat penilaian berdasarkan pemikiran rasional, belum fakta lapangan.

Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang tersebut. Setiap pakar diminta untuk menilai desain tersebut, sehingga selanjutnya dapat diketahui kelemahan dan kekuatannya.

5.    Revisi desain (Perbaikan desain)
Setelah desain produk divalidasi oleh pakar dan tenaga ahli lainnya, maka akan dapat diketahui kelemahannya. Kelemahan tersebut selanjutnya dicoba untuk dikurangi dengan cara memperbaiki desain.

6.    Ujicoba produk
Dalam bidang administrasi atau sosial, desain produk seperti sistem kerja baru dapat langsung diuji coba, setelah divalidasi dan revisi. Uji coba tahap awal dilakukan dengan simulasi penggunaan sistem kerja tersebut. Setelah disimulasikan, maka dapat diujicobakan pada kelompok terbatas. Pengujian dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi apakah sistem kerja yang baru tersebut lebih efektif dan efisien dibandingkan sistem lama atau sistem lainnya.

Untuk itu pengujian dapat dilakukan dengan eksperimen, yaitu membandingkan efektivitas dan efisiensi sistem kerja lama dengan yang baru. Dalam hal ini ada kelompok eksperimen dan kelompok control.

Sebelum sistem kerja baru dicobakan, maka dipilih kelompok kerja tertentu yang akan menggunakan sistem kerja tersebut (sistem kerja lama). Bila kelompok kerja tersebut jumlahnya banyak, maka eksperimen dilakukan pada sampel yang dipilih secara random. Kelompok pertama yang akan menggunakan metode kerja baru disebut kelompok eksperimen, sedangkan kelompok yang tetap menggunakan metode kerja lama disebut kelompok control. R berarti pengambilan kelompok eksperimen dan control dilakukan secara random. Kedua kelompok tersebut kemudian diberikan pretest atau melalui pengamatan untuk mengetahui posisi kemampuan kedua kelompok tersebut. Bila ke dua kelompok tersebut kemampuannya sama atau tidak berbeda secara signifikan, maka kelompok tersebut sudah sesesuai dengan kelompok yang akan digunakan untuk eksperimen. Bila posisi kemampuan ke dua kelompok tersebut berbeda secara signifikan, maka pengambilan kelompok perlu diulang sampai diperoleh posisi kemampuan tidak berbeda secara signifikan.

Jadi O1 adalah nilai kemampuan awal kelompok eksperimen, dan O3 adalah nilai kemampuan awal kelompok control. Setelah posisi kemampuan ke dua kelompok tersebut seimbang (O1 tidak berbeda dengan O3), maka kelompok eksperimen diberi treatment/perlakuan untuk menggunakan sistem kerja baru, dan kelompok control menggunakan sistem kerja lama. Eksperimen dilakukan beberapa bulan sampai posisi kelompok eksperimen terbiasa menggunakan sistem kerja baru tersebut. Setelah kelompok eksperimen dan kelompok control sama-sama bekerja mengerjakan pekerjaan yang sama, dalam kondisi yang sama, maka selanjutnya nilai kecepatan kerja, kenyamanan kerja, produktivitas kerja dibandingkan.

Kecepatan kerja, produktivitas kerja dan kenyamanan kerja diukur dengan instrument sehingga diperoleh data kuantitatif. Dalam pengujian ini, O2 berarti kinerja kelompok eksperimen setelah menggunakan sistem kerja baru, dan O4 adalah kinerja kelompok control yang tetap menggunakan sistem kerja lama. Bila O2 secara signifikan lebih tinggi dari O4, maka sistem kerja baru tersebut lebih efektif dan efisien bila dibandingkan dengan sistem kerja yang lama.

Pengujian signifikansi efektivitas dan efisiensi sistem kerja baru, bila data berbentuk interval dan dilakukan pada dua kelompok mata dapat menggunakan t-test berpasangan (related), sedangkan bila dilakukan pada lebih dari dua kelompok dapat menggunakan Analisis Varians (Anava).

7.    Revisi produk
Setelah melakukan perhitungan, menunjukkan bahwa kinerja sistem kerja baru ternyata lebih baik dari sistem kerja lama. Namun dari hasil pengujian terlihat bahwa kenyamanan pegawai dalam menggunakan sistem tersebut baru mendapatkan nilai 60% dari yang diharapkan. Untuk itu maka desain produk perlu direvisi agar kenyamanan pegawal dalam menggunakan produk tersebut dapat meningkat pada gradasi yang tinggi. Setelah direvisi, maka perlu diujicobakan lagi pada kerja yang sesungguhnya. Cara pengujian seperti contoh diatas.

Pengujian sistem dengan pengumpulan data melaui kuesioner (lihat perhitungannya dalam buku Sugiyono (2016) “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D” hlm. 305-309) dipandang kurang akurat, maka dalam kenyataan pengujian kecepatan kerja dan produktivitas kerja tidak menggunakan kuesioner, tetapi melalui pengamatan dengann instrument yang valid dan reliable.

8.    Ujicoba pemakaian
Setelah pengujian terhadap produk berhasil, dan mungkin ada revisi yang (dianggap) tidak terlalu penting, maka selanjutnya produk yang berupa sistem kerja baru tersebut diterapkan dalam kondisi nata untuk lingkup yang luas. Dalam operasinya, sistem kerja baru tersebut tetap harus dinilai kekurangan atau hambatan yang muncul guna untuk perbaikan lebih lanjut.

9.    Revisi produk
Revisi produk ini dilakukan, apabila dalam pemakaian kondisi nyata terdapat kekurangan dan kelemahan. Dalam uji pemakaian, sebaiknya pembuat produk selalu mengevaluasi bagaimana kinerja produk dalam hal ini adalah sistem kerja. Misalnya, perusahaan kendaraan bermotor, pesawat terbang dan teknologi yang lain selalu mengevaluasi kinerja produknya dilapangan untuk mengetahui kelemaan-kelemahan yang ada, seingga dapat digunakan untuk penyempurnaan dan pembuatan produk baru lagi.

10.     Produksi masal
Pembuatan produk masal ini dilakukan apabila produk yang telah diujicoba dinyatakan efektif dan layak untuk diproduksi masal. Contonya pembuatan mesin untuk menguba sampah menjadi bahan yang bermanfaat, akan diproduksi masal apabila berdasarkan studi kelayakan baik dari aspek teknologi, ekonomi dan lingkungan memenuhi. Untuk dapat memproduksi masal, maka peneliti perlu bekerja sama dengan perusahaan.

R&D dalam konteks pendidikan disebut penelitian dan pengembangan pendidikan (Educational, Research & Development) merupakan proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk pendidikan, seperti buku ajar, strategi/metode/model/program pembelajaran/pelatihan, dan sebagainya. Tahap-tahap dari proses R&D ditunjukkan sebagai siklus penelitian dan pengembangan.