Pembelajaran Terpadu Model Fragmanted
Pembelajaran
terpadu merupakan suatu pendekatan yang mengkaitkan serta menghubungkan suatu
konsep-konsep dari pelajaran satu dengan pelajaran lain. Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep pendekatan pembelajaran yang mengemas beberapa
mata pelajaran untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi anak.
Pembelajaran terpadu akan membantu menciptakan kesempatan yang luas bagi siswa
untuk melihat dan membangun konsep-konsep yang saling berkaitan.
Untuk
menerapkan pembelajaran terpadu diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat
membantu mengoptimalkan proses belajar mengajar agar tercapainya tujuan secara
efektif. Model pembelajaran terpadu pada dasarnya merupakan suatu sistem
pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok
aktif menggali dan menemukan konsep secara holistik, bermakna dan otentik.
Ditinjau dari
cara memadukan konsep, keterampilan, topik, dan unit tematiknya, Robin Fogarty,
1991 (dalam Novi Resmini, hal:2) mengembangkan sepuluh model pembelajaran
terpadu, yang dikelompokkan menjadi tiga model, yaitu: Model keterpaduan dalam
disiplin ilmu, model keterpaduan antar bidang studi, dan model keterpaduan
dalam lintas siswa.
Dalam
makalah ini akan membahas mengenai model keterpaduan dalam disiplin ilmu yakni
salah satunya model pembelajaran terpadu fragmented. Dimana pengertian model
pembelajaran fragmentend yaitu model pembelajaran yang di dalamnya terdapat
penyusunan kurikulum tradisional berdasarkan ilmu-ilmu yang berbeda dan
terpisah. Pembelajaran yang dilaksanakan secara terpisah yaitu hanya fokus pada
satu disiplin mata pelajaran.

Fogarty, 1991:
4 (dalam Ahmad Dahlan, 2016:1) Setiap mata pelajaran berlangsung terpisah
dengan pengorganisasian dan
cara mengajar yang
berbeda dari setiap guru. Seperti
sebuah periskop, memandang
satu arah, fokus
pada setiap mata pelajaran. Hal
ini dipelajari siswa
tanpa menghubungkan makna/isi
dan keterkaitan antara satu
pelajaran dengan pelajaran
lainnya.
Kurikulum ini dipahami
sebagai kurikulum mata pelajaran yang terpisah satu sama lainnya (separated
subject curriculum) dimana
mata pelajaran tersebut terpisah-pisah dan
kurang mempunyai keterkaitan
dengan mata pelajaran lainnya (Abdullah, 2007:142 dalam Ahmad
Dahlan, 2016:1).
Menurut Bambang Soenarko 2011, hlm. 6 (dalam Rizki
Sidiq Nugraha 2016) Model Fragmented adalah “model pembelajaran
konvensional (umumnya) yang terpisah secara mata pelajaran”. Hal ini dipelajari
siswa tanpa menghubungkan kebermaknaan dan keterkaitan antara satu pelajaran
dengan pelajaran lainnya.
Model fragmented (terpisah) merupakan kurikulum
dimana bahan pelajaran disajikan dalam
bentuk subject atau mata pelajaran yang utuh tanpa ada keterkaitan dengan mata pelajaran
lain. Setiap mata pelajaran diajarkan oleh guru yang berbeda
dan mungkin pula
ruang yang berbeda.
Setiap mata pelajaran tampak sebagai suatu kesatuan dalam
bidang studi itu sendiri, memiliki
ranahnya masing-masing, dan tidak ada usaha untuk menyatukannya.
Manfaat Model Fragmented
|
|
Model
fragmented ini akan berguna apabila diterapkan pada sekolah dasar yang siswanya
memiliki berbagai macam karakter yang berbeda dengan berbagai macam bidang ilmu
yang ada yang nantinya siswa akan didorong untuk memilih jurusan yang paling
mereka sukai. Dan model ini sangat bermanfaat pada tingkat menengah atas dan
universitas di mana masing-masing siswa akan kita dorong untuk menentukan dan
mengkhususkan bidang keahlian yeng meraka miliki melalui serangkaian aktivitas
seperti monitoring, pelatihan, serta kerja sama belajar. Selain itu model ini
juga sangat bermanfaat untuk guru yang ingin lebih spesifik dalam keahliannya
di bidang ilmu tertentu dan menggembangkan kurikulum yang ada dalam proses
pembelajaran di kelas. Manfaat model fragmented ini diantaranya:
1.
Menjaga agar suatu mata pelajaran terjaga keaslian dan
kemurniannya, tidak tercampuri oleh mata pelajaran yang lainnya.
2.
Menyiapkan seorang guru yang betul-betul ahli dalam di
bidang mata pelajaran yang ia ajarkan dan mampu mengajarkan, menggali, dan memahami
materi secara luas dan mendalam.
3.
Memberikan kenyamanan bagi seluruh peserta didik.
Artinya guru akan ditempatkan sebagai seorang sumber belajar, sebagai siswa
sebagai pencari ilmu yang berbeda.
4.
Dengan bantuan guru siswa akan banyak mendapatkan manfaat
dari model Fragmented ini.
Kelebihan dan Kelemahan Model Fragemented
1.
Kelebihan Model Pembelajaran Terpadu Fragmented
Keuntungan yang diperoleh dalam pelaksanaan kurikulum
model ini adalah esensi dari masing-masing ilmu dapat disampaikan secara murni.
Selain itu, guru dapat menyiapkan bahan ajar sesuai dengan bidang
keahliannya (Fogarty, 1991:5 dalam Ahmad
Dahlan 2016:3). Oleh karenanya,
guru mudah menentukan
ruang lingkup bahasan
yang diprioritaskan dalam setiap pengajaran.
Selain kelebihan diatas, model fragmented mempunyai
kelebihan-kelebihan yang lainnya, diantaranya sebagai berikut:
a.
Bahan pelajaran
dapat disajikan secara
logis dan sistematis.
Tiap mata pelajaran mengandung
sistematik tertentu. Berhitung
dimulai dengan bilangan-bilangan
yang kecil kemudian meningkat pada bilangan-bilangan yang besar. Ilmu pasti
mulai dengan pengertian-pengertian dasar, kemudian diberikan bentuk-bentuk yang
lebih kompleks.
b.
Adanya kejelasan
dan pandangan yang terpisah dalam suatu mata pelajaran.
c.
Sederhana, mudah direncanakan dan dilaksanakan. Kurikulum model pembelajaran terpadu fragmented inilah
yang paling mudah disusun, direorganisasi, ditambah,
atau dikurangi. Hal
ini dikarenakan perubahan satu
mata pelajaran tidak berpengaruh
pada mata pelajaran lainnya.
d.
Guru dapat menyiapkan bahan ajar sesuai dengan bidang
keahliannya dan dengan mudah menentukan ruang lingkup bahasan yang
diprioritaskan dalam setiap pembelajaran.
e.
Materi pelajaran merupakan bentuk yang murni dari
setiap ilmu.
f.
Menciptakan guru yang ahli dalam bidangnya serta dapat
mengembangkan ilmunya secara luas.
g.
Menggali pengetahuan lebih dalam dari setiap mata
pelajaran.
h.
Siswa akan terfokus dan terbimbing dalam belajar.
i.
Mudah dinilai dengan ujian atau tes. Kurikulum
ini bertujuan untuk menyampaikan sejumlah
pengetahuan, pengertian, dan
kecakapan kecakapan tertentu yang mudah dinilai dengan ujian atau
tes. Adakalanya bahan pelajaran
ditentukan dengan menetapkan buku-buku pelajaran yang harus dikuasai untuk suatu daerah,
bahkan untuk seluruh negara, sehingga dapat diadakan ujian umum yang uniform di
seluruh negara.
2.
Kelemahan Model Pembelajaran Terpadu Fragmented
Kekurangan yang
sangat menonjol dalam
model ini tidak
adanya penjelasan dalam keterkaitan
konsep antar mata pelajaran karena
masing-masing mata pelajaran
seolah-olah terpisah satu sama lain. Selain itu, menyisakan beban kepada peserta didik untuk
mengerahkan sumber daya mereka sendiri dalam hal membuat koneksi dan
mengintegrasikan konsep serupa (Fogarty,
1991: 6 dalam Ahmad Dahlan, 2016:5). Oleh karena itu,
seakan terjadi konsep
ganda dalam pembahasan
konsep yang sama dilihat dari dua matapelajaran.
Hal itu selaras dengan
pendapat Nasution 2003: 185 (dalam Ahmad Dahlan, 2016:6), bahwa kurikulum model fragmented atau separate-subject memiliki beberapa
kelemahan. Kelemahan tersebut adalah sebagai berikut.
a.
Kurikulum ini
memberikan mata pelajaran yang
lepas-lepas, yang tidak berhubungan satu sama lain. Hal ini
bertentangan dengan situasi kehidupan nyata yang saling berhubungan satu sama
lain.
b.
Kurikulum ini
tidak memperhatikan masalah-masalah sosial yang dihadapi anak-anak dalam
kehidupannya sehari-hari. Dalam
praktiknya, kurikulum ini bertujuan
menyampaikan sejumlah pengetahuan
yang terdapat dalam buku-buku pelajaran yang ditentukan.
Seringkali bahan pelajaran itu tidak ada hubungannya dengan masalah-masalah
yang dihadapi anak-anak dalam kehidupannya.
c.
Tujuan kurikulum
ini terlampau terbatas. Kurikulum ini mengabaikan atau kurang memperhatikan
pertumbuhan jasmaniah, perkembangan sosial, dan emosional karena
memusatkan tujuannya pada
perkembangan intelektual
dengan kurang memperhatikan
situasi-situasi nyata yang
dihadapi anak didik dalam kehidupan.
d.
Kurikulum ini
kurang mengembangkan kemampuan
berpikir. Kurikulum ini mengutamakan
penguasaan pengetahuan dengan
jalan ulangan dan hafalan, serta kurang mengajak anak untuk
berpikir sendiri.
e.
Kurikulum ini
cenderung menjadi statis
dan ketinggalan zaman.
Bahan pelajaran dalam kurikulum
ini terutama didasarkan pada pengetahuan yang tercantum dalam
buku. Adakalanya buku
yang digunakan dari
tahun ketahun tidak ada perubahan.
f.
Siswa tidak mampu membuat hubungan yang
berkesinambungan antara macam bidang ilmu yang berbeda sehingga mereka tidak
mampu membuat hubungan secara konsep dua mata pelajaran yang berbeda.
g.
Model ini akan menyebabkan semacam proses tumpang
tindih dalam hal konsep dan prilaku yang dikuasai siswa.
h.
Tidak efisien waktu karena mata pelajaran disajikan
secara terpenggal-penggal.
i.
Kurang konkret karena berpusat pada mata pelajaran.
Penerapan Model Fragmented
Menurut
Fogarty (1991:6) model fragmented sangat cocok diterapkan pada tahap penjurusan
mata pelajaran misalnya diterapkan pada tingkat Universitas ataupun Sekolah
Menengah Atas yang dalam proses pembelajarannya terdapat penjurusan/pemisahan
mata pelajaran. Akan tetapi di Sekolah Dasar juga dapat diterapkan baik di
kelas rendah maupun di kelas tinggi.
Tergantung
bagaimana guru bisa mengemas pembelajaran sebaik mungkin, agar siswa bisa lebih
bermakna dalam mengikuti pembelajaran. Sebagai contoh penerapan, berikut
ini tentang pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar dengan menggunakan
pembelajaran terpadu model fragmented. Tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia
adalah meningkatkan kemampuan berbahasa siswa baik lisan maupun tertulis.
Kemampuan berbahasa meliputi kemampuan mendengarkan, membaca, berbicara,
menulis, dan apresiasi sastra. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia diharapkan
kelima kemampuan tersebut dapat meningkat baik secara lisan maupun tertulis.
Untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berbahasa siswa diperlukan
berbagai usaha, strategi maupun metode yang inovatif dan kreatif sehingga
pembelajaran Bahasa Indonesia tidak menjadi pembelajaran yang membosankan bagi
siswa. Dengan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
diharapkan siswa dapat belajar mandiri dan merasa bertanggung jawab untuk
mengembangkan kemampuannya sendiri tanpa ada paksaan dari guru. Untuk mencapai
tujuan tersebut seorang guru harus berusaha untuk membuat rencana pembelajaran
sesuai dengan kebutuhan, potensi, sarana dan prasarana yang tersedia.
Dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia, kelima aspek kemampuan berbahasa tersebut harus
diberikan secara menyeluruh dan terencana, sehingga diharapkan siswa dapat
meningkatkan dan menguasai kelima aspek tersebut baik secara lisan maupun tulis
dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Namun dalam pembelajaran model Fragmented
ini kelima aspek dalam keterampilan berbahasa di penggal-penggal dalam waktu
yang berbeda. Hal itu dimaksudkan agar siswa bisa menguasai suatu pembelajaran
secara mendalam. Model Fragmented ini dalam pemenggalannya bisa disampaikan
dalam waktu yang berbeda atau juga penggunaan guru yang berbeda.
Model fragmented
(terpisah) merupakan kurikulum dimana
bahan pelajaran disajikan dalam bentuk subject atau mata pelajaran yang
utuh tanpa ada keterkaitan dengan mata pelajaran lain. Setiap mata pelajaran
diajarkan oleh guru yang berbeda dan
mungkin pula ruang
yang berbeda. Setiap
mata pelajaran tampak sebagai
suatu kesatuan dalam bidang studi itu sendiri,
memiliki ranahnya masing-masing, dan tidak ada usaha untuk
menyatukannya.
Model fragmented
menjaga agar suatu mata pelajaran terjaga
keaslian dan kemurniannya
tidak tercampuri dengan mata pelajaran yang lainnya. Oleh
karena itu model ini menyiapkan seorang
guru yang betul-betul pakar
atau ahli di
bidang matapelajaran yang
ia ajarkan dan mampu
mengajarkan, menggali, dan memahami
materi tersebut secara
luas dan mendalam. Kekurangan yang
sangat menonjol dalam
model ini tidak
adanya penjelasan dalam keterkaitan
konsep antar matapelajaran
karena masing-masing mata pelajaran
seolah-olah terpisah satu sama lain.
Model fragmented
sangat cocok diterapkan pada tahap penjurusan mata pelajaran misalnya
diterapkan pada tingkat Universitas ataupun Sekolah Menengah Atas yang dalam
proses pembelajarannya terdapat penjurusan/pemisahan mata pelajaran. Akan
tetapi di Sekolah Dasar juga dapat diterapkan baik di kelas rendah maupun di
kelas tinggi