Pembelajaran Terpadu Model Nested
A. Pengertian Pembelajaran Terpadu Model Nested
Pembelajaran terpadu model Nested adalah
model pembelajaran yang mengintegrasikan kurikulum di dalam satu disiplin ilmu
secara khusus meletakkan fokus pengintegrasian pada sejumlah keterampilan
belajar yang ingin dilatihkan oleh seorang guru kepada siswanya dalam suatu
unit pembelajaran untuk ketercapaian materi pelajaran (content).
Keterampilan-keterampilan belajar itu meliputi keterampilan bepikir (thingking
skill), keterampilan sosial (social skill), dan keterampilan
mengorganisasi (organizing skill) Fogarty (1991: 23).
Model pembelajaran terpadu model Nested atau
tersarang adalah integrasi desain guna memperkaya segala hal yang digunakan
oleh guru supaya terlihat lebih terampil. Mereka tahu bagaimana untuk
mendapatkan jarak tempuh yang paling efektif dari pelajaran apapun. Tapi, dalam
pendekatan Nested untuk instruksi perencanaan diperlukan
beberapa sasaran yang tepat untuk belajar siswa.
Model Sarang (Nested) adalah model
pembelajaran terpadu yang target utamanya adalah materi pelajaran yang
dikaitkan dengan keterampilan berpikir dan keterampilan mengorganisasi. Artinya
memadukan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik serta memadukan keterampilan
proses, sikap dan komunikasi.
Model ini masih memfokuskan keterpaduan beberapa aspek
kemudian dilengkapi dengan aspek keterampilan lain. Model ini dapat digunakan
bila guru mempunyai tujuan selain menanamkan konsep suatu materi tetapi juga
aspek keterampilan lainnya menjadi suatu kesatuan.
Dengan menggabungkan atau merangkaikan kemampuan
tertentu pada ketiga cakupan tersebut akan lebih mudah mengintegrasikan konsep
dan sikap melalui aktivitas yang telah terstruktur.
B. Karakteristik Pembelajaran Terpadu Model Nested
Menurut Depdikbud (1996:3) pembelajaran terpadu
sebagai suatu proses mempunyai beberapa karakteristik atau ciri-ciri, yaitu
:
1.
Holistik
Pembelajaran terpadu memungkinkan
siswa untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi. Pada gilirannya nanti,
hal ini akan membuat siswa menjadi lebih arif dan bijaksana di dalam menyikapi
atau menghadapi kejadian yang ada di depan mereka.
2.
Bermakna
Pengkajian suatu fenomena dari
berbagai macam aspek seperti yang dijelaskan di atas, memungkinkan terbentuknya
semacam jalinan antar konsep-konsep yang berhubungan yang disebut skemata. Hal
ini akan berdampak kepada kebermaknaan dari materi yang dipelajari. Siswa
mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah yang
muncul di dalam kehidupannya.
3.
Otentik
Pembelajaran terpadu juga memungkinkan
siswa memahami secara langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinya
melalui kegiatan belajar secara langsung. Mereka memahami dari hasil belajarnya
sendiri, bukan sekedar pemberitahuan guru. Informasi dan pengetauhuan yang
diperoleh sifatnya menjadi lebih otentik. Misalnya, hukum pemantulan cahaya
diperoleh siswa melalui kegiatan eksperimen. Guru lebih banyak bersifat sebagai
fasilitator dan katalisator, sedang siswa bertindak sebagai aktor pencari
informasi dan pengetahuan. Guru memberikan bimbingan kearah mana yang dilalui
dan memberikan fasilitas seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan tersebut.
4.
Aktif
Pembelajaran terpadu menekankan
keaktifan siswa dalam pembelajaran baik secara fisik, mental, intelektual,
maupun emosianal guna tercapainya hasil belajar yang optimal dengan
mempertimbangkan hasrat, minat, dan kemampuan siswa sehingga mereka termotivasi
untuk terus menerus belajar.
Disamping itu pembelajaran terpadu
menyajikan beberapa keterampilan dalam suatu proses pembelajaran. Selain
mempunyai sifat luwes, pembelajaran terpadu memberikan hasil yang dapat
berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
Sedangkan menurut Trianto,
karakteristik mata pelajaran menjadi pijakan untuk sebuah kegiatan awal.
Seperti yang dicontohkan Fogarty (1991:28) untuk jenis mata pelajaran sosial
dan bahasa dapat dipadukan keterampilan berpikir (thinking skill) dengan
keterampilan sosial (social skill). Sedangkan untuk pelajaran sains dan
matematika dapat dipadukan keterampilan berfikir (thinking skill)
dan keterampilan mengorganisir (organizing skill) (2012: 45).
Sub-sub keterampilan yang dapat
dilakukan melalui model Nested yang dikutip oleh Irianto dalam Model
Pembelajaran Terpadu dari Fogarty dapat
dilihatkan pada tabel dibawah ini.
Unsur -
Unsur Keterampilan Berpikir, Keterampilan Sosial Dan Keterampilan
Mengorganisasi
Thinking Skill
|
Social Skill
|
Organizing Skill
|
Prediction
Inference
Hypothesize
Canmpare / contrast
Classify
Generalize
Prioritize
Evaluate
|
Attentive listening
Clarifying
Paraphrasing
Encouraging
Acceptin ideas
Disagreeing
Concensus seeking
Summarizing
|
Web
Venn diagram
Flow chart
Cause – effect circle
Agree / disagree chart
Grid / matrix
Concept map
Fish bone
|
C. Kelebihan
Pembelajaran Terpadu Model Nested
Berikut merupakan
kelebihan pembelajaran terpadu model Nested, yaitu:
1.
Kemampuan siswa lebih diperkaya lagi karena selain
memperdalam materi juga aspek keterampilan seperti berfikir dan mengorganisasi.
Setiap mata pelajaran mempunyai dimensi ganda yang berguna kelak untuk
kehidupan siswa mendatang.
2.
Guru bisa memadukan beberapa keterampilan sekaligus
dalam pembelajaran satu mata pelajaran.
3.
Guru dapat memberikan perhatian pada berbagai bidang
penting dalam satu waktu sehingga tidak memerlukan penambahan waktu, dan bisa
memadukan kurikulum secara luas.
D. Kekurangan
Pembelajaran Terpadu Model Nested
Berikut
merupakan kekurangan pembelajaran terpadu model Nested, yaitu:
1.
Dalam hal perencanaan,
jika dilakukan secara tergesa-gesa dan kurang cermat maka penggabungan beberapa
materi dan aspek keterampilan dapat mengacaukan pola pikir siswa. Pada mulanya
tujuan utama pengajaran adalah penekanan pada materi, tetapi akhirnya bergeser
prioritasnya pada keterampilan.
2.
Jika tanpa perencanaan
yang matang memadukan beberapa keterampilan yang menjadi target
dalam suatu pembelajaran. Hal ini berdampak pada siswa, dimana prioritas
pelajaran akan menjadi kabur karena siswa diarahkan untuk melakukan beberapa
tugas belajar sekaligus.
E. Kegunaan Pembelajaran Terpadu Model Nested
Model Nested
sangat tepat digunakan oleh guru yang sedang mecoba memasukkan keterampilan
berpikir dan keterampilan bekerja sama kedalam isi pelajaran dalam
konten-konten tertentu. Sehingga guru akan terus berusaha agar tataran belajar
tepat, pemikiran dan tindakan pembelajaran akan tetap fokus dalam keterampilan
berpikir dan keterampilan sosial serta akan meningkatkan pula pengalaman
belajar secara keseluruhan. Sekarang keahlian khusus dalam 3 wilayah konsep dan
sikap berintegrasi akan mudah dilalui dalam kegiatan terstruktur.
Model pembelajaran Nested telah diujicobakan oleh beberapa guru untuk menanamkan
kecakapan berpikir dan kecakapan bekerja sama dalam suatu mata pelajarannya.
Dengan menjaga agar tujuan utama tetap tercapai, sementara dengan menambahkan
kecakapan hidup yang lain dengan tujuan supaya tercapai juga kecakapan
sosialnya, maka akan memperkaya isi dan makna pelajaran
tersebut. Mengintegrasikan kecakapan berbicara misalnya pada 3 bidang
konsep yang terpadu, maka siswa akan dengan mudah menguasai mata pelajarannya
sebagai suatu kegiatan yang terstruktur.
F.
Penerapan
Pembelajaran Terpadu Model Nested
Model Nested di
sekolah dasar dapat diterapkan khususnya di kelas tinggi, yang tentunya
disesuaikan dengan tingkat perkembangan pemahaman siswa. Dalam implementasinya,
diawali dengan menentukan konten yang ingin dicapai dalam satu mata pelajaran
dan jenis keterampilan yang dipadukan. Dengan menggunakan pokok bahasan / sub
pokok bahasan sebagai bingkai untuk menyarang keterampilan, konsep dan perilaku
yang diharapkan tercapai.
Kemudian menentukan keterampilan-keterampilan lain
yang akan dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setelah hal ini
dilakukan maka ditentukan langkah-langkah pembelajaran yang diperlukan sebagai
strategi pembelajaran dengan mengintegrasikan setiap keterampilan yang akan
dikembangkan. Oleh karena itu, guru harus menyusun langkah-langkah pembelajaran
secara sistematis sehingga pembelajaran terpadu yang diterapkan tidak
membingungkan peserta didik ketika belajar di sekolah.
G. Langkah-Langkah Pembelajaran Terpadu Model Nested
Pada dasarnya langkah-langkah pembelajaran terpadu
model Nested (tersarang) mengikuti
tahap-tahap yang dilalui dalam setiap pembelajaran terpadu yang meliputi tiga
tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi.
1.
Tahap Perencanaan
a)
Menentukan jenis mata
pelajaran dan jenis keterampilan yang dipadukan
Karakteristik mata pelajaran menjadi
pijakan untuk kegiatan awal. Seperti contoh yang diberikan Fogarty (1991:28)
untuk jenis mata pelajaran sosial dan bahasa dapt dipadukan keterampilan
berpikir dengan keterampilan sosial. Sedangkan untuk mata pelajaran sains dan
matematika dapat dipadukan keterampilan berpikir dan keterampilan
mengorganisir.
b)
Memilih kajian materi,
standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator
Langkah ini akan mengarahkan guru
untuk menentukan sub keterampilan dari masing-masing keterampilan yang dapat
diintegrasikan dalam suatu unit pembelajaran.
c)
Menentukan sub keterampilan
yang dipadukan
Secara umum
katerampilan-keterampilan yang harus dikuasai ada tiga, yaitu: (1) keterampilan
berpikir, (2) keterampilan sosial, dan (3) keterampilan mengorganisasi.
d)
Merumuskan tujuan
pembelajaran khusus (indikator)
Berdasarkan
kompetensi dasar dan sub kterampilan yang telah dipilih dirumuskan tujuan
pembelajaran khusus (indikator). Setiap indikator dirumuskan berdasarkan kaidah
penulisan tujuan pembelajaran khusus (indikator) yang meliputi; audience,
behaviour, condition dan degree.
e)
Menentukan langkah-langkah
pembelajaran
Langkah ini diperlukan sebagai
strategi guru untuk mengintegrasikan setiap sub keterampilan yang telah dipilih
pada setiap langkah pembelajaran.
2.
Tahap Pelaksanaan
Dalam Depdiknas (1996:6), prinsip-prinsip pelaksanaan
pembelajaran terpadu, meliputi :
a)
Guru hendaknya tidak menjadi single actor yang mendominasi dalam kegiatan pembelajaran. Peran
guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran memungkinkan siswa menjadi pelajar
mandiri;
b)
Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas
dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerja sama kelompok;
c)
Guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang
sama sekali tidak terpikirkan dalam proses perencanaan.
Tahap
pelaksanaan pembelajaran mengikuti skenario langkah-langkah pembelajaran,
menurut Muchlas (2002:7), tidak ada model pembelajaran tunggal yang cocok untuk
suatu topic dalam pembelajaran terpadu. Artinya dalam satu tatap muka dipadukan
beberapa model pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus memahami model-model
pebelajaran terpadu dengan baik.
3.
Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi dapat berupa evaluasi
proses pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran. Tahap evaluasi menurut
Depdiknas (1996:6) hendaknya memperhatikan prinsip evaluasi pembelajaran
terpadu.
a)
Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan
evaluasi diri di samping bentuk evaluasi lainnya;
b)
Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi
perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan
pencapaian tujuan yang akan dicapai.