Observasi Bimbingan Konseling
Dalam kegiatan
proses belajar pasti tidak akan berjalan sesuai dengan harapan. Karena, dalam
proses belajar di dalamnya banyak mengandung komponen-komponen yang terkadang
tidak selaras satu sama lain baik itu berasal dari tenaga pengajar, siswa,
sarana prasarana dan yang lainnya. Gejala atau kendala seperti ini dinamakan
kesulitan belajar. Kesulitan belajar atau “Learing Disabilities, LD”, adalah
habatan atau gangguan belajar pada anak dan
remaja yang ditandai oleh adanya kesenjangan yang signifikan antara
taraf intelegensi dan kemampuan akademik yang seharusnya dicapai. Kesulitan
belajar sangat beraneka ragam dan banyak dialami oleh komponen-komponen dalam
pendidikan.
Fenomena kesulitan belajar yang terjadi
kepada seorang siswa biasanya tampak jelas dari nenurunya kinerja akademik atau belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga
dapat dibuktikan denga munculnya kelainan prilaku (Misbehavior) siswa seperti
kesukaan berteriak di dalam kelas, megusik teman, berkelahi, sering tidak masuk
sekolah dan sering minggat dari sekolah.Menurut para ahli pendidikan, hasil
belajar yang dicapai oleh para peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni faktor yang terdapat dalam diri
peserta didik itu sendiri yang disebut faktor internal, dan yang terdapat
diluar diri peserta didik yang disebut dengan eksternal. Selain itu kesulitan
belajar juga disebabkan oleh gangguan di dalam sistem saraf pusat otak
(gangguan neurobiologis) yang dapat menimbulkan gangguan perkembangan seperti
gangguan perkembangan bicara, membaca, menulis, menalar, atau kemampuan dalam
bidang studi.
Kesulitan
belajar menunjukan pada sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk
kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengarkan,
bercakap – cakap, membaca menulis, menalar, atau kemampuan dalam bidang studi.
Kesulitan
belajar pada anak bisa berupa gangguan mendengar, gangguan berpikir, gangguan
berbicara, lalu kesulitan terlihat dari kemampuan anak membaca yang masih
sangat lambat sekali, kesulitan menulis terlihat dari tulisan anak yang tidak
teratur dan jelek, selanjutnya kesulitan mengeja, kesulitan berhitung terjadi
karena anak yang yang masih lemah tentang konsep berhitung atau juga
karena anak yang rendah kognitifnya.
Yang berarti “ Kesulitan belajar mengacu pada sejumlah gangguan yang dapat mempengaruhi perolehan, organisasi, retensi, pemahaman atau penggunaan informasi verbal atau nonverbal”. Gangguan ini mempengaruhi belajar pada individu yang dinyatakan dalam mendemonstrasikan kemampuan rata-rata minimal penting untuk berpikir dan atau penalaran. Dengan demikian, ketidakmampuan belajar yang berbeda dari defisiensi intelektual global. Pleh karena itu diperlukan adanya pemecahan masalah untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi anak dengan menggunakan layanan-layanan yang ada di dalam Bimbingan dan Konseling, baik dengan menggunakan layanan dasar, layanan responsive, dan layanan perencanaan individual yang dapat digunakan untuk masaalah kesulitan belajar yang dialami oleh siwa.
Yang berarti “ Kesulitan belajar mengacu pada sejumlah gangguan yang dapat mempengaruhi perolehan, organisasi, retensi, pemahaman atau penggunaan informasi verbal atau nonverbal”. Gangguan ini mempengaruhi belajar pada individu yang dinyatakan dalam mendemonstrasikan kemampuan rata-rata minimal penting untuk berpikir dan atau penalaran. Dengan demikian, ketidakmampuan belajar yang berbeda dari defisiensi intelektual global. Pleh karena itu diperlukan adanya pemecahan masalah untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi anak dengan menggunakan layanan-layanan yang ada di dalam Bimbingan dan Konseling, baik dengan menggunakan layanan dasar, layanan responsive, dan layanan perencanaan individual yang dapat digunakan untuk masaalah kesulitan belajar yang dialami oleh siwa.
2.1
Pengertian Kesulitan Belajar
Kesulitan
belajar adalah suatu kondisi dimana kompetensi atau prestasi yang dicapai tidak
sesuai dengan kriteria standar yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut Sunarta (1985) kesulitan
belajar adalah kesulitan yang dialami oleh peserta didik dalam kegiatan
belajarnya, sehingga berakibat prestasi belajarnya rendah dan perubahan tingkah
laku yang terjadi tidak sesuai dengan partisipasi yang diperoleh sebagaimana
teman-teman kelasnya.
Menurut Ahmadi dan Supriyono (2003:77), kesulitan belajar adalah “Suatu
keadaan dimana anak didik atau siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya,
hal ini tidak selalu disebabkan oleh faktor intelegensi, akan tetapi dapat juga
disebabkan oleh faktor non intelegensi.”. Menurut Djamarah (2003:201), bahwa
“kesulitan belajar merupakan kondisi dimana anak didik tidak dapat belajar
dengan baik, disebabkan adanya ancaman dan gangguan dalam proses belajar yang
berasal dari faktor internal siswa maupun dari faktor eksternal siswa.”
Di samping defenisi tersebut, ada definisi lain yang yang
dikemukakan oleh The National Joint Commite for Learning Dissabilites (NJCLD)
dalam Abdurrahman (2003 : 07) bahwa kesulitan belajar menunjuk kepada suatu
kelompok kesulitan yang didefenisikan dalam bentuk kesulitan nyata dalam kematian
dan penggunan kemampuan pendengaran, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar
atau kemampuan dalam bidang studi biologi.
Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa
kesulitan belajar adalah suatu keadaan dalam proses belajar mengajar dimana anak
didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Kesulitan belajar pada dasarnya
adalah suatu gejala yang nampak dalam berbagai manivestasi tingkahlaku, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Jadi dapat disimpulkan
bahwa kesulitan merupakan suatu kondisi
dimana anak tidak dapat belajar dengan baik, disebabkan karena adanya
gangguan, baik berasal dari faktor internal siswa di batasi faktor intelegensi
maupun faktor eksternal siswa. Faktor-faktor ini menyebabkan siswa tidak mampu
berkembang sesuai dengan kapasitasnya.
2.2
Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Dalam belajar tidaklah selalu berhasil, tetapi sering kali
hal-hal yang mengakibatkan kegagalan atau setidak-tidaknya menjadi gangguan
yang menghambat kemajuan belajar. Kegagalan atau kesulitan belajar biasanya ada
hal atau faktor yang menyebabkannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kesulitan belajar adalah (a). Faktor internal yaitu faktor yang datang dari
dalam diri sendiri, (b). Faktor eksternal yaitu faktor yang datang dari luar
diri seorang.
a.
Faktor Internal
Faktor internal faktor internal adalah faktor yang bersumber
dari dalam diri individu itu sendiri, yang dapat dibedakan atas beberapa faktor
yaitu:
1)
Intelegensi.
Intlegensi ini dapat mempengaruhi kesulitan belajar seorang
anak. Keberhasilan belajar serang anak ditentukan dari tinggi rendahnya tingkat
kecerdasan yang dimilikinya, dimana seorang anak yang memiliki tingkat
kecerdasan yang tinggi cendrung akan lebih berhasil dalam belajarnya
dibandingkan dengan anak yang intelegensinya rendah.
2)
Minat.
Faktor minat dalam belajar sangat penting. Hasil belajar akan
lebih optimal bila disertai dengan minat. Dengan adanya minat mendorong kearah
keberhasialan, anak yang berminat terhadap suatu pelajaran akan lebih mudah
untuk mempelajarinya dan sebaliknya anak yang kurang berminat akan mengalami
kesulitan dalam belajarnya.
3)
Bakat.
Bakat ini dapat menyebabkan kesulitan belajar, jika bakat ini
kurang mendapatkan perhatian. Hal ini sesuai dengan pendapat yang menjelaskan
bahwa: bakat setiap orang berbeda-beda, orang tua kadang-kadang tidak
memperhatikan faktor bakat ini.
4)
kepribadian.
Faktor kepribadian dapat menyebabkan kesulitan belajar, jika
tidak memperhatikan fase-fase perkembangan (kepribadian) seseorang. Hal ini
sebagaimana pendapatmenjelaskan bahwa: fase perkembangan kepribadian seseorang
tidak selalu sama.
b.
Faktor Eksternal
Faktor
eksternal adalah merupakan faktor yang datang dari luar diri individu. Faktor
eksternal ini dapat di bedakan menjadi tiga faktor yaitu:
1)
Faktor
keluarga.
Peranan orang tua (kelurga) sebagai tempat
yang utama dan pertama didalam pembinaan dan pengembangan potensi anak-anaknya.
Namun tidak semua orang tua mampu melaksanakanya dengan penuh tanggung jawab.
2)
Faktor
sekolah.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal
setelah keluarga dapat menjadi masalah pada umumnya, dan khususnya masalah
kesulitan belajar pada siswa. Hal-hal yang ada di lingkungan sekolah dapat
menjadikan faktor yang dapat mempengaruhi kesulitan belajar peserta didik
seperti, cara penyajian pelajaran kurang baik, hubungan guru dan murid kurang
harmonis, hubungan antara burid dengan murid itu sendiri tidak baik, bahan pelajaran
yang disajikan tidak dimengerti siswa, dan alat-alat pelajaran yang tersedia
kurang memadai.
3)
Faktor
masyarakat.
Faktor lingkungan masyarakat sangat
berperan di dalam pembentukan kepribadian anak, termasuk pula kemampuan/
pengetahuannya. Dimana lingkungan masyrakat yang memiliki kebiasaan-kebiasaan
yang kurang baik, seperti: suka minum-minum minuman keras, penjudi dan
sebagainya, dapat menghambat pembentukam kepribadiaan dan kemampuan, termasuk
pula dalam proses belajar mengajar seorang anak. Faktor lingkungan ini
meliputi, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah.
c.
Faktor
Khusus
Di
antara faktor-faktor yang dapat di pandang sebagai faktor khusus adalah sindrom
psikologi yang berupa learning disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom
yang berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan
psikis (Rebb, 1998) yang menimbulkan kesulitan belajar tersebut. Abin
Syamsuddin Makmun (1999: 217-219), menulis faktor-faktor yang terdapat di dalam
diri siswa dan di luar diri siswa.
a. Faktor-faktor yang terdapat dalam
diri siswa, antara lain:
- Kelemahan secara fisik, seperti cacat tubuh.
- Kelemahan secara mental yang sukar diatasi seperti kelemahan mental.
- Kelemahan emosional, seperti rasa tidak nyama, phobia.
- Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap-sikap yang salah, seperti malas, tidak bernafsu untuk belajar.
- Tidak memiliki keterampilan-keterampilan dan pengetahuan dasar yang diperlukan, seperti ketidakmampuan membaca dan menghitung.
b. Faktor-faktor yang terletak di
luar diri siswa antara lain:
- Kurikulum yang seragam, buku sumber yang tidak sesuai dengan tingkat kematangan dan perbedaan individu.
- Ketidaksesuaian standar adminitratif penilaian, pengolahan kegiatan dan pengalaman belajar-mengajar, dan sebagainya.
- Terlalu berat belajar.
- Terlalu besar populasi siswa dalam kelas.
- Terlalu sering pindah sekolah, tinggal kelas, dan sebagainya.
- Kelemahan dari sistem belajar-mengajar pada tingkat pendidikan sebelumnya.
- Kelemahan yang terdapat dalam kondisi rumah tangga dan sebagainya.
- Terlalu banyak kegiatan di luar jam pelajaran sekolah.
- Kekurangan makan (gizi, kalori dan sebagainya).
2.3
Layanan-layanan dalam Bimbingan dan Konseling
a.
Layanan Dasar
Layanan
dasar bimbingan diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada semua sissa
(for all) melalui kegiatan-kegiatan secara klasikal atau kelompok yang
disajikan secara sistematis dalam rangka membantu perkembangan dirinya secara
optimal.
Pendapat lain menyebutkan bahwa layanan dasar bimbingan adalah
bimbingan yang bertujuan untuk membantu seluruh siswa dalam mengembangkan
perilaku efektif dan ketrampilan-ketrampilan hidup yang mengacu pada
tugas-tugas perkembangan siswa (dalamSyamsu Yusuf: 2006). Dan
biasanya layanan dasar ini selalu digunakan ataupun dilaksanakan saat awal
pembelajaran baru.
Layanan dasar ini diberikan
bertujuan untuk membantu semua siswa agar memperoleh perkembangan yang normal,
memiliki mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya, atau
dengan kata lain membantu siswa agar mereka dapat mencapai tugas-tugas
perkembangannya. Secara rinci tujuan layanan dirumuskan sebagai upaya untuk
membantu siswa agar:
1. Memiliki kesadaran
(pemahaman)ntentang diri dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, sosial
budaya dan agama).
2. Mampu mengembangkan
keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab atau seperangkat tingkah
laku yang layak bagi penyesuaian diri dengan lingkungannya.
3. Mampu menangani atau
memenuhi kebutuhan dan masalahnya.
4. Mampu mengembangkan
dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya. (dalamSyamsu Yusuf: 2006).
Untuk
mencapai tujuan tersebut, kepada siswa disajikan materi layanan yang menyangkut
aspek-aspek pribadi, sosial, belajar dan karir. Semua ini berkaitan erat dengan
uapaya membantu siswa dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Materi
layanan dasar bimbingan dapat diambil dari berbagai sumber, seperti majalah,
buku, dan koran. Materi yang diberikan,disamping masalah yang menyangkut
pengembangan sosial-pribadi, dan belajar, juga materi yang dipandang utama bagi
siswa, yaitu yang menyangkut karir. Materi-materi tersebut, diantaranya yaitu :
1. Pengembangan
self-esteem.
2. Pengembangan motif
berprestasi.
3. Keterampilan pengambilan
keputusan.
4. Keterampilan pemecahan
masalah.
5. Keterampilan hubungan
antar pribadi atau berkomunikasi.
6. Memahami keragaman
lintas budaya.
7. Perilaku yang
bertanggung jawab.
Srategi
yang digunakan dalam layana dasar yaitu:
1. Bimbingan Klasikal.
2. Bimbingan Kelompok.
3. Berkolaborasi dengan
Guru Mata Pelajaran atau Wali Kelas.
4. Berkolaborasi
(Kerjasama) dengan Orang Tua.
Setelah memahami pengertian, tujuan,
strategi dan materi yang disampaikan dalam layanan dasar bimbingan dan
konseling, selanjutnya membahan mengenai jenis-jenis layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling . Jenis layanan dalam bimbingan dan konseling yakni
layanan orientasi dan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, bimbingan
belajar, konseling perorangan, bimbingan konseling kelompok (dalam Prayitno.
(1987).
b. Layanan Responsif
Layanan
Responsif merupakan pemberian bantuan kepada peserta didik yang menghadapi
kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera, sebab jika
tidak segera dibantu dapat menimbulkan
gangguan dalam proses pencapaian tugas-tugas. Layanan Responsif juga merupakan layanan
bimbingan yang bertujuan membantu memenuhi kebutuhan yang dirasakan sangat
penting oleh siswa pada saat ini dan layanan ini diberikan kepada siswa dengan
segera.
Layanan ini bertujuan untuk membantu
siswa memenuhi kebutuhannya yang dirasakan pada saat ini, atau para siswa yang
dipandang mengalami hambatan dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya.
Indikator dari kegagalan itu berupa ketidak mampuan untuk menyesuaikan dari
atau perilaku bermasalah, atau malasuai (maladjustment).
Strategi layanan ini yang bersifat
kuratif, strategi yang digunakan adalah konseling individual, konseltling
kelompok, dan konsultasi. Isi layanan responsif ini adalah bidang :
1.
Bidang
pendidikan.
2.
Bidang
belajar.
3.
Bidang
social.
4.
Bidang
pribadi.
5.
Bidang
tata tertib di sekolah.
6.
Bidang
narkotika dan perjudian.
Fokus
pelayanan responsif bergantung kepada masalah atau kebutuhan konseli. Masalah
dan kebutuhan konseli berkaitan dengan keinginan untuk memahami sesuatu hal
karena dipandang penting bagi perkembangan dirinya secara positif. Kebutuhan
ini seperti kebutuhan untuk memperoleh informasi antara lain tentang pilihan
karir dan program studi, sumber-sumber belajar, bahaya obat terlarang, minuman
keras, narkotika, pergaulan bebas.
Masalah
lainnya adalah yang berkaitan dengan berbagai hal yang dirasakan mengganggu
kenyamanan hidup atau menghambat perkembangan diri konseli, karena tidak
terpenuhi kebutuhannya, atau gagal dalam mencapai tugas-tugas perkembangan.
Masalah konseli pada umumnya tidak mudah diketahui secara langsung tetapi dapat
dipahami melalui gejala-gejala perilaku yang ditampilkannya.
Pelaksanaan
layanan responsif di sekolah dalam bimbingan dan konseling adalah segenap unsur
yang terkait dalam organigram pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah
dengan koordinator dan guru pembimbing/konselor sebagai pelaksanaan utamanya.
Pelaksanaan layanan responsif adalah pelaksanaan atau layanan bantuan yang
diberikan kepada siswa dengan segera seperti siswa tersebut mengalami masalah
maka layanan responsif sangat dibutuhkan untuk memerlukan kebutuhannya.
c.
Layanan
Perencaanaan Individual
Perencanaan
individual diartikan sebagai bantuan kepada peserta didik agar mampu merumuskan
dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depan
berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman
akan peluang dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya. Pemahaman peserta
didik secara mendalam dengan segala karakteris-tiknya, penafsiran hasil
asesmen, dan penyediaan informasi yang akurat sesuai dengan peluang dan potensi
yang dimiliki peserta didik amat diperlukan sehingga peserta didik mampu
memilih dan mengambil keputusan yang tepat di dalam mengembangkan potensinya
secara optimal, termasuk keberbakatan dan kebutuhan khusus peserta didik.
Kegiatan orientasi, informasi, konseling individual, rujukan, kolaborasi, dan
advokasi diperlukan di dalam implementasi pelayanan ini.
Tujuan
perencanaan individual ini dapat juga dirumuskan sebagai upaya memfasilitasi
peserta didik untuk merencanakan, memonitor, dan mengelola rencana pendidikan,
karir, dan pengembangan sosial-pribadi oleh dirinya sendiri. Isi layana
perencanaan individual adalah hal-hal yang menjadi kebutuhan peserta didik
untuk memahami secara khusus tentang perkembangan dirinya sendiri. Dengan
demikian meskipun perencanaan individual ditujukan untuk memandu seluruh
peserta didik, pelayanan yang diberikan lebih bersifat individual karena
didasarkan atas perencanaan, tujuan dan keputusan yang ditentukan oleh
masing-masing peserta didik.
Fokus
pelayanan perencanaan individual berkaitan erat dengan pengembangan aspek
akademik, karir, dan sosial-pribadi. Secara rinci cakupan fokus tersebut antara
lain mencakup pengembangan aspek (1) akademik meliputi memanfaatkan
keterampilan belajar, melakukan pemilihan pendidikan lanjutan atau pilihan
jurusan, memilih kursus atau pelajar-an tambahan yang tepat, dan memahami nilai
belajar sepanjang hayat; (2) karir meliputi mengeksplorasi peluang-peluang
karir, mengeksplorasi latihan-latihan pekerjaan, memahami kebutuhan untuk
kebiasaan bekerja yang positif; dan (3) sosial-pribadi meliputi pengembangan
konsep diri yang positif, dan pengembangan keterampilan sosial yang efektif.
Konselor
membantu peserta didik menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya berdasarkan
data atau informasi yang diperoleh, yaitu yang menyangkut pencapaian
tugas-tugas perkembangan, atau aspek-aspek pribadi, sosial, belajar, dan
karier. Melalui kegiatan penilaian diri ini, peserta didik akan memiliki
pemahaman, penerimaan, dan pengarahan dirinya secara positif dan konstruktif.
Pelayanan perencanaan individual ini dapat dilakukan juga melalui pelayanan
penempatan (penjurusan, dan penyaluran), untuk membentu peserta didik menempati
posisi yang sesuai dengan bakat dan minatnya.
Konseli
menggunakan informasi tentang pribadi, sosial, pendidikan dan karir yang
diperolehnya untuk (1) merumuskan tujuan, dan merencanakan kegiatan (alternatif
kegiatan) yang menunjang pengembangan dirinya, atau kegiatan yang berfungsi
untuk memperbaiki kelemahan dirinya; (2) melakukan kegiatan yang sesuai dengan
tujuan atau perencanaan yang telah ditetapkan, dan (3) mengevaluasi kegiatan
yang telah dilakukannya.
BAB
III
PEMBAHASAN
1.1
Data
Anak yang Memiliki Kesulitan Belajar
Nama
|
:
|
Ersa
Santika
|
Kelas
|
:
|
V-A
|
Jenis
Kelamin
|
:
|
Perempuan
|
NIK
|
:
|
3278096311040001
|
NISN
|
:
|
0043040404
|
Tempat,
tanggal lahir
|
:
|
Tasikmalaya,
23 November 2004
|
Agama
|
:
|
Islam
|
Alamat
|
:
|
Bantargedang
RT. 04/RW. 02 Kel. Bungursari Kec. Bungursari Kode Pos. 46151 Kota
Tasikmalaya
|
Nama
Ayah
|
:
|
Asep
Mustika
|
Pekerjaan
Ayah
|
:
|
Buruh
|
Nama
Ibu
|
:
|
Eti
Sopiah
|
Pekerjaan
Ibu
|
:
|
Tidak
bekerja/ibu rumah tangga
|
Masalah
yang dihadapi
|
:
|
1. Sudah
duduk dibangku kelas V tapi masih belum bisa menulis
2. Malas
dalam belajar
3. Jarang
sekolah
|
Penanganan
Masalah yang dihadapi Anak
Penanganan
masalah :
Untuk penanganan masalah yang dihadapi
oleh anak yang bernama Ersa Santika, yang pertama harus kita lakukan yaitu
tentunya dengan menganalisa faktor apa saja yang membuat serta mendorong
timbulnya masalah yang dihadapi oleh Islah Ersa ini. Adapun masalah yang
dihadapi oleh Islah Fauzan ini seperti yang telah disebutkan sebelumnya pada
data diatas, bahwa Ersa Santika ini mengalami masalah kesulitan belum bisa menulis, jarang masuk sekolah, dan malas
dalam belajar.
Dan tentunya yang harus kita lakukan
sebagai langkah pertama adalah dengan mulai melakukan analisis tentang
faktor-faktor apa saja yang mendorong munculnya masalah pada anak tersebut,
dengan melakukan hal tersebut maka kita sudah menerapkan salah satu dari
layanan yang ada dalam Bimbingan dan Konseling, yakni layanan Responsif. Alasan
saya menggunakan layanan Responsif disini karena layanan responif ini merupakan
layanan yang memberikan bantuan kepada peserta didik yang menghadapi kebutuhan
dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera seperti yang dihadapi
oleh Ersa dimana masalah yang dihadapi anak didik ini sudah muncul atau pun
sudah lama tejadi dan harus segera ditangani langsung oleh guru kelas yang
tentunya, dimana dalam guru SD bahwa guru kelas ini merangkap fungsinya sebagai
guru BK juga.
Adapun metode ataupun cara serta
pendekatan yang dapat kita lakukan kepada anak didik ini bisa dengan melaui
bertanya kepada guru kelas, teman-teman spermainannya, ataupun dengan cara
melakukan wawancara langsung dengan konseli yang mengalami kesulitan belajar
tersebut. Namun harus tetap dengan sayarat dan catatan, ketika kita melakukan
wawancara langsung dengan konseli jangan sampai wawancara tersebut memberikan
kesan kepada peserta didik bahwa dirinya sedang diintimidasi atau bahkan sampai
merasa takut untuk melaksanakan wawancara tersebut. Maka lakukan wawancara
dengan cara mengobrol dengan anak didik tersebut dimana dalam isi dari obrolah
tersebut kita selipkan beberapa pertanyaan yang berkenaan dengan masalah yang
dihadapi anak didik tersebut, sehingga kita dapat memperoleh informasi yang
lebih untuk dijadikan sebagai informasi dalam membantu mengatasi masalah
kesulitan belajarnya.
Dan setelah kita mengetahui masalah apa
yang dihadapi oleh peserta didik beserta faktor-faktornya yang mempengaruhi,
baru disini kita memberikan solusi yang tentunya solusi yang akan diberikan
harus sesuai dengan keadaan serta kondisi dari peserta didik kita berdasarkan
data yang kita peroleh melalui bertanya dan wawancara yang kita lakukakan tadi.
Adapun solusi yang akan kita berikan kepada peserta didik ini bisa melalui
beberapa strategi yang ada dalam Layanan Responsif, yakni :
1.
Konseling Individual dan Kelompok
Disini konselor mengadakan seperti
konseling yang isisnya bertujuan untuk mengidentifikasikan masalahnya, penyebab
masalah, penemuan alternatif pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan
secara tepat. Dan konseling ini bisa dilakukan individual ataupun dengan
membentuk kelompok-kelompok kecil.
2.
Kolaborasi dengan Guru dan Orang Tua
Didalam strategi yang kedua ini, jika
perlu konselor juga bisa melakukan kolaborasi dengan guru dan orang tua untuk
memecahkan masalah yang dihadapi oleh peserta didik. Yang tentunya kolaborasi
dengan guru dan orang tua merupakan strategi yang sangat penting juga,
mengingat bahwa guru yang mengajari dan mendidiknya di sekolah sehingga secara
tidak langsung guru tau mengenai sifat, karakter, dan lain sebagainya, kemudian
berkolaborasi orang tua anak didik. Dimana orang tua anak didik seseorang yang
lebih mengerti tentang situasi anak, sikap, perilaku, masalah yang dihadapi
anak didk. Karena didalam strategi ini memungkinkan akan terjadinya saling
memberikan informasi, pengertian, dan tukar pikiran dengan konselor. Dan yang
pada akhirnya akan dilakukan pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah
yang dihadapi oleh anak didik dengan solusi yang tepat dan diketahui serta
disetujui pula oleh orang tua peserta didiknya.
3.
Bimbingan teman sebaya
Untuk strategi yang ketiga tak kalah
pentingnya atau tak kalah perannya dengan strategi yang sudah disebutkan
sebelumnya. Tak bisa dipungkiri bahwa diusia anak SD apalagi kelas III, peserta
didik ini masih memiliki jiwa bermain yang sangat tinggi. Dan bahkan mereka
memiliki teman yang sangat dekat dengan dirinya, bahkan terkadang menuruti
semua keinginan teman atau sahabatnya ini. Maka dari itu konselor juga bisa
memberikan solusi dengan strategi bimbingan teman sebaya. Jadi disini teman
bermainnya ini diberikan pelatihan dulu atau pengarahan oleh konselor, yang
nantinya dia akan berfungsi sebagai mentor atau tutor dan bahkan juga sebagai
mediator yang membantu konselor nantinya memberikan informasi tentang kondisi,
perkembangan, atau masalah apa sebenarnya yang dihadapi oleh peserta didik kita
ini.
Dan tak hanya strategi yang telah saya
paparkan sebelumnya, melihat kesulitan yang dihadapi oleh Ersa, kita juga
sebaiknya memberikan jam tambahan seperti les atau bimbingan belajar tambahan
diluar jam pelajaran kepada Ersa Santika agar mampu mengejar ketertinggalannya
dari teman-teman yang lain. Isi dari pelajaran jam tamabahan ataupun bimbingan
belajar tamabahan ini tentang tata cara menulis dan membaca. Selain itu kita
juga harus memberikan dukungan memberikan motivasi belajar seperti dukungan
dari guru, dan terutama orang tua anak didik, agar anak tidak merasa malas lagi
dan mau untuk datang ke sekolah untuk melakukan pembelajran.
Ketika kita sebagai konselor memberikan
layanan responsif kita sudah membantu peserta didik ini untuk memecahkan
masalah yang dihadapi anak didik sehingga dapat mengejar ketertinggalan selama
ini, dan bahkan memenuhi kebutuhannya.