Rumpun Model Pembelajaran Pengolahan Informasi
Model Pengolahan
Informasi
Rumpun model
informasi adalah model yang mencari cara untuk membantu memproses informasi
yang lebih baik agar lebih mudah memahami memecahkan masalah dan mengajar
siswa. Model pengolahan informasi ditekankan pada pengambilan, penguasaan, dan
pengolahan informasi. Model ini lebih memfokuskan pada fungsi kognitif peserta
didik. Model ini didasari oleh teori belajar kognitif (Piaget) dan berorientasi
pada kemampuan peserta didik memproses informasi yang dapat memperbaiki
kemampuannya. Informasi merujuk pada cara mengumpulkan/menerima stimuli
dari lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan konsep, dan
menggunakan simbol verbal dan visual.
Teori pengolahan informasi/kognitif
dipelopori oleh Robert Gagne (1985). Asumsinya adalah pembelajaran merupakan
faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil
komulatif dari pembelajaran. Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan
informasi yang kemudian diolah sehingga menghasilkan output dalam bentuk hasil
belajar. Dalam pengolahan informasi terjadi interaksi antara kondisi internal
(keadaan individu, proses kognitif) dan kondisi-kondisi eksternal (rangsangan
dari lingkungan). Interaksi antar keduanya akan menghasilkan hasil belajar.
Pembelajaran merupakan keluaran dari pengolahan informasi yang berupa kecakapan
manusia (human capitalities) yang terdiri dari: (1) informasi verbal, (2)
kecakapan intelektual, (3) strategi kognitif, (4) sikap, dan (5) kecakapan
motorik.
Model pengolahan
informasi ini sering pula disebut model kognitif information processing,
karena dalam proses belajar ini tersedia tiga taraf struktural
sistem informasi, yaitu:
1. Sensory atau intake
register
Informasi masuk
ke sistem melalui sensory register, tetapi hanya disimpan untuk periode waktu
terbatas. Agar tetap dalam sistem, informasi masuk ke working memory yang
digabungkan dengan informasi di long-term memory.
2. Working
memory
Pengerjaan atau
operasi informasi berlangsung di working memory, di sini berlangsung berpikir
yang sadar. Kelemahan working memory sangat terbatas kapasitas isinya dan
memperhatikan sejumlah kecil informasi secara serempak.
3. Long-term
memory
Yang secara
potensial tidak terbatas kapasitas isinya sehingga mampu menampung seluruh
informasi yang sudah dimiliki siswa. Kelemahannya adalah betapa sulit mengakses
informasi yang tersimpan di dalamnya.
Robert M. Gagne
mengemukakan ada delapan fase proses pembelajaran. Kedelapan fase itu
sebagai berikut;
1. Motivasi
yaitu fase awal memulai pembelajaran dengan adanya dorongan untuk melakukan
suatu tindakan dalam mencapai tujuan tertentu (motivasi intrinsik dan
ekstrinsik).
2. Pemahaman
yaitu individu menerima dan memahami informasi yang diperoleh dari
pembelajaran. Pemahaman didapat melalui perhatian.
3. Pemerolehan
yaitu individu memberikan makna/mempersepsi segala informasi yang sampai
pada dirinya sehingga terjadi proses penyimpanan dalam memori peserta didik.
4. Penahanan
yaitu menahan informasi/hasil belajar agar dapat digunakan untuk jangka
panjang. Hal ini merupakan proses mengingat jangka panjang.
5. Ingatan
kembali yaitu mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan bila
ada rangsangan.
6. Generalisasi
yaitu menggunakan hasil pembelajaran untuk keperluan tertentu.
7. Perlakuan
yaitu perwujudan perubahan perilaku individu sebagai hasil pembelajaran.
8. Umpan
balik yaitu individu memperoleh feedback dari perilaku yang telah dilakukannya.
Kemudian perlu
diketahui bahwa dalam pembelajaran pengolahan informasi itu terdapat
sembilan langkah yang harus diperhatikan oleh guru di dalam kelas, yaitu:
1. Melakukan
tindakan untuk menarik perhatian peserta didik.
2. Memberikan
informasi mengenai tujuan pembelajaran dan topik yang akan dibahas.
3. Merangsang
peserta didik untuk memulai aktivitas pembelajaran.
4. Menyampaikan
isi pembelajaran sesuai dengan topik yang telah dirancang.
5. Memberikan
bimbingan bagi aktivitas peserta didik dalam pembelajaran.
6. Memberikan
penguatan pada perilaku pembelajaran.
7. Memberikan
feedback terhadap perilaku yang ditunjukkan peserta didik.
8. Melaksanakan
penilaian proses dan hasil.
9. Memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya dan menjawab berdasarkan
pengalamannya
Model
Pembelajaran Induktif
1. Orientasi
Model
Model
pembelajaran berpikir induktif merupakan karya besar Hilda Taba. Model
pembelajaran berpikir induktif (inductive thinking) menurut Hilda Taba ini juga
dikembangkan atas dasar konsep proses mental siswa dengan memperhatikan proses
berpikir siswa untuk menangani informasi dan menyelesaikannya. Atas dasar cara
berpikir induktif tersebut, model pembelajaran ini menekankan pengalaman
lapangan seperti mengamati gejala atau mencoba suatu proses kemudian mengambil
kesimpulan.
Menurut Eko S.
Warimun (1997, hlm. 20) model pembelajaran induktif memiliki karakteristik,
sebagai berikut:
a.
Digunakan untuk mengajarkan konsep dengan
menggeneralisasi.
b.
Efektif untuk memotivasi siswa dalam
pembelajaran.
c.
Menumbuhkan minat siswa karena partisipasi
siswa dalam melakukan observasi sangat mendapat penekanan dan siswa secara
maksimal diberi kesempatan untuk aktif.
d.
Mengembangkan keterampilan proses siswa dalam
belajar.
e.
Mengembangkan sikap positif terhadap obyek.
Hilda Taba
mengembangkan model pembelajaran induktif melalui strategi belajar mengajar
yang didesain untuk membangun proses induktif serta membantu siswa dalam
mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam mengkategorikan dan menangani
informasi. Jadi, pada dasarnya model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan
cara berpikir induktif, yakni menarik kesimpulan dari suatu masalah atau
fenomena berdasarkan informasi atau data yang diperoleh. Atas dasar cara
berpikir induktif tersebut, model pembelajaran ini menekankan pengalaman
lapangan seperti mengamati gejala atau mencoba suatu proses kemudian mengambil
kesimpulan.
Prosedur
Pembelajaran
Model induktif
dapat membantu siswa mengumpulkan informasi dan mengujinya dengan teliti,
mengolah informasi ke dalam konsep-konsep, dan belajar memanipulasi
konsep-konsep tersebut. Proses berpikir yang dapat dibangun melalui model
pembelajaran induktif menurut Hilda Taba, yakni:
a. Bahwa berpikir
dapat dididik
Menurut Hilda
Taba, bahwa proses belajar mengajar dapat membantu siswa dalam melatih serta
menyelesaikan latihan-latihan untuk membangun kemampuan dengan cara berpikir
induktif.
b. Bahwa
berpikir adalah suatu transaksi aktif antara individu dan data
Dalam proses
belajar mengajar akan terjadi suatu proses interaksi didalam kelas yakni antara
guru dengan siswa. Dalam proses belajar, guru memberikan suatu
bahan-bahan pelajaran sebagai sarana pembelajaran sehingga siswa mampu
mengembangkan kegiatan kognitif tertentu, mengorganisasikan fakta kedalam suatu
konsep yakni menghubungkan data yang diperoleh satu sama lain untuk menarik
sebuah kesimpulan berdasarkan fakta untuk membangun suatu hipotesis serta
memprediksi dan menjelaskan keadaan suatu fenomena yang telah dipelajari.
Kegiatan tersebut tidak dapat diajarkan langsung tanpa melalui bahan-bahan
pelajaran. Hal ini guru dapat membantu dalam proses internalisasi dan
konseptualisasi berdasarkan informasi tersebut.
c. Bahwa
proses berpikir larnbat laun membentuk kaidah-kaidah berpikir.
Artinya proses
berpikir akan berkembang secara bertahap dengan membentuk sebuah tahapan yang
beraturan sehingga mampu menguasai keterampilan berpikir. Oleh karenanya,
konsep tahapan beraturan ini memerlukan strategi mengajar tertentu agar dapat
mengendalikan tahapan-tahapan tersebut. Strategi pembelajaran induktif
memperhatikan tahapan-tahapan tertentu dan harus diberikan pada waktu yang
tepat, yaitu siswa secara intelektual berada pada rasa ingin tahunya.
Berdasarkan hal
tersebut Hilda Taba mengembangkan tiga tahapan model dari strategi mengajar
yang menjadi sintaks model pembelajaran induktif, sebagai berikut:
a. Pembentukan
Konsep. Tahapan pertama ini terdiri dari tiga langkah yaitu:
1) Mengidentifikasi
data yang relevan dengan permasalahan,
2) Mengelompokkan
data atas dasar kesamaan karakteristik dan
3) Membuat
kategori serta memberi label, pada kelompok-kelompok data yang memiliki
kesamaan karakteristik.
Langkah-langkahnya
adalah:
1) Membuat
daftar konsep
2) Pengelompokkan
konsep berdasarkan karakteristik yang sama
3) Pemberian
label atau kategorisasi.
b. Interpretasi
Data. Strategi kedua ini merupakan cara mengajarkan bagaimana menginterpretasi
dan menyimpulkan data. Sama halnya dengan strategi pertama (pembentukan
konsep), cara ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
tertentu. Langkah-langkahnya yaitu;
1) Mengidentifikasi
dimensi-dimensi dan hubungan-hubungannya.
2) Menjelaskan
dimensi-dimensi dan hubungan-hubungannya.
3) Membuat
kesimpulan.
Strategi ini
merupakan kelanjutan dari pembentukan konsep dan interpretasi data. Setelah
siswa dapat merumuskan suatu konsep, menginterpretasikan dan menyimpulkan data,
selanjutnya mereka diharapkan dapat menerapkan suatu prinsip tertentu ke dalam
suatu situasi permasalahan yang berbeda. Atau siswa diharapkan dapat menerapkan
suatu prinsip untuk menjelaskan suatu fenomena baru. Langkah-langkahnya, yaitu;
1) Membuat
hipotesis atau prediksi
2) Menjelaskan
hipotesis atau prediksi
3) Menguji hipotesis
atau prediksi.
Sistem Sosial
Model induktif
sebenarnya begitu mudah untuk disusun. Model ini bersifat kooperatif, tetapi
guru tetap menjadi inisiator dan pengawas semua kegiatan.
4. Peran/Tugas
Guru
Guru menyesuaikan
tugas-tugas dengan tingkat aktivitas kognitif siswa, menentukan kesiapan siswa.
5. Sistem
Pendukung
Siswa memerlukan
data mentah untuk diolah dan dianalisis
6. Karakteristik dan
Ciri-ciri Model Berpikir Induktif
Model berpikir
induktif mempunyai karakteristik yaitu fokus. Fokus membantu peserta didik
untuk berkonsentrasi pada satu ranah/kemampuan berpikir yang dapat mereka
kuasai, tanpa mengecilkan keinginan dalam hati mereka yang jelas membuatnya
tidak bisa menggunakan seluruh kemampuan untuk menghasilkan suatu gagasan yang
luar biasa. Hal utama yang perlu dilakukan adalah menyajikan seperangkat data
yang menyediakan informasi terhadap suatu cakupan mata pelajaran tertentu
dengan meminta peserta didik mempelajari sifat-sifat objek dalam perangkat yang
disajikan tersebut. Model berpikir induktif dapat membantu peserta didik untuk
mengumpulkan informasi dan mengujinya secara ilmiah (dengan tahap perkembangan
usia dan berpikir peserta didik) dengan teliti, mengolah informasi ke dalam
konsep-konsep, dan belajar memanipulasi konsep-konsep tersebut. Apabila
digunakan secara bertahap, model berpikir induktif juga dapat meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk membentuk konsep-konsep secara efisien dan
meningkatkan.
Adapun ciri-ciri
pembelajaran model berpikir induktif adalah: 1) penekanan pada keterampilan
berpikir dan tujuan-tujuan afektif; 2) guru dalam kaitan ini semata-mata
sebagai mediator dan motivator; 3) memberi kesempatan yang banyak untuk belajar
sewaktu-waktu.
7. Kekurangan
dan Kelebihan Model Pembelajaran Induktif
Adapun kelebihan
dan kekurangan yang dimiliki oleh model pembelajaran induktif menurut Warimun
(dalam National Science Teacher Association, 2007, hlm. 116), sebagai berikut:
Kelebihan
1) Dapat
mengembangkan keterampilan berpikir siswa karena siswa selalu dipancing
dengan pertanyaan.
2) Dapat
menguasai secara tuntas topik-topik yang dibicarakan karena adanya tukar
pendapat antara siswa sehingga didapatkan suatu kesimpulan akhir.
3) Mengajarkan
siswa berpikir kritis karena selalu dipancing untuk mengeluarkan ide-ide.
4) Melatih
siswa belajar bekerja sistematis.
5) Memotivasi
siswa dalam kegiatan belajar karena melalui model pembelajaran induktif siswa
diberikan tantangan untuk menafsirkan data eksperimen.
b. Kekurangan
1) Guru
harus terampil dalam memberikan pertanyaan-pertanyaan.
2) Membutuhkan
banyak waktu.
3) Sukar
menentukan pendapat yang sama karena setiap siswa mempunyai gagasan yang
berbeda-beda.
Model Memorisasi
1. Orientasi
Model
Memorisasi adalah
model yang digunakan untuk menghafalkan sesuatu informasi. Guru dapat
menggunakan model memorisasi untuk membimbing penyampaian materi yang bertujuan
agar para siswa dapat dengan mudah menangkap dan mengingat informasi baru,
karena model memorisasi ini diarahkan untuk mengembangkan kemampuan siswa
menyerap dan mengintegrasikan informasi sehingga siswa-siswa dapat mengingat
informasi yang telah diterima dan dapat diingat kembali pada saat diperlukan.
Model memorisasi
merupakan model pembelajaran yang menggunakan memori untuk meningkatkan
kemampuan daya ingat. Model memorisasi berhubungan dengan cara kerja otak. Ada
tiga unsur dalam perbuatan otak, yaitu menerima kesan-kesan, menyimpan dan
memproduksikannya. Setiap individu memiliki kemampuan otak yang berbeda-beda,
begitu juga dengan daya ingat, sehingga hasil belajar yang diperoleh pun
berbeda-beda. Oleh karena itu, belajar secara berulang-ulang juga dapat
membantu seseorang memperkuat daya ingatnya.
Prosedur
Pembelajaran
Model memorisasi
terdiri dari beberapa langkah dalam penerapannya, yaitu:
a. Menyampaikan
materi.
b. Mengembangkan
hubungan, yaitu menemukan hubungan antara materi-materi yang memiliki
keterkaitan.
c. Mengembangkan
materi dengan menggunakan teknik-teknik atau hal-hal lain sehingga lebih mudah
diingat.
d. Memberi
penguatan dari materi yang telah disampaikan.
3. Sistem
Sosial
Sistem sosial
bersifat kooperatif. Guru dan siswa menjadi satu tim yang sama-sama bekerja
dengan materi baru. Prakarsa ini seharusnya lebih ditekankan pada siswa agar
mereka dapat melakukan kontrol pada strategi dan menggunakannya untuk menghafal
gagasan, kata, dan formula-formula.
4. Peran/Tugas
Guru
Guru membantu
siswa mengidentifikasi objek-objek kunci, pasangan, dan gambar-gambar, dengan
menawarkan sugesti-sugesti tetapi tetap merujuk pada kerangka rujukan siswa.
Unsur-unsur familiar utamanya harus sesuai dengan tingkat pemahaman siswa.
5. Sistem
Pendukung
Semua perangkat
bidang kurikulum yang tradisional dapat dibawa ke dalam permainan.
Gambar-gambar, bantuan-bantuan nyata, film, dan materi-materi audiovisual lain
sangat berguna, khususnya untuk meningkatkan kekayaan sensorik siswa dalam
membentuk asosiasi-asosiasi.
6. Kekurangan dan
Kelebihan Model Memorisasi
Model memorisasi
ini memiliki kelebihan dan kekurangan, yaitu:
a. Kelebihan
1) Mengajarkan
siswa untuk belajar mandiri dan belajar dapat menyenangkan.
2) Proses belajar mengajar berpusat pada siswa,
sedangkan guru menjadi pembimbing, motivator, dan fasilitator yang membantu
siswa disaat mengalami kesulitan dalam belajar.
3) Daya
ingat siswa dan hasil belajar siswa juga bisa meningkat.
b. Kekurangan
1) Dibutuhkan
jam pelajaran yang cukup untuk dapat melaksanakan semua langkah model
memorisasi.
2) Tidak
semua materi IPS yang bisa menggunakan model memorisasi.
Memorisasi dapat
memungkinkan seseorang untuk mengingat apa yang telah dipelajari, namun tidak
berarti bahwa semua ingatan tersebut akan
tetap tersimpan
dengan baik, karena pada suatu saat ingatan tersebut akan
dapat hilang.
Oleh karena itu seorang guru harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Guru
jangan terlalu cepat dan jangan pula terlalu lambat menerangkan pelajaran.
b) Usahakan
jangan terlalu banyak materi yang diberikan dalam satu jam
pelajaran.
c) Usahakan
materi itu diulang setiap ada kesempatan.
Model Pembelajaran
Synektik
1. Orientasi
Model
Istilah sinektik
diambil dari bahasa Yunani synectics, yang merupakan gabungan kata syn berarti
menggabungkan dan ectics berarti unsur yang berbeda. Dalam dunia keilmuan,
sinektik biasanya berhubungan dengan kreativitas dan pemecahan masalah, selain
itu juga berhubungan dengan dinamika kelompok dalam latihan berpikir. Pada
awalnya, sinektik dikembangkan dalam dunia industri namun dalam perkembangannya
ternyata sukses diterapkan dalam dunia pendidikan dan dikenal sebagai salah
satu model pembelajaran yang efektif untuk mengembangkan kreativitas.
Model
Sinektik ditemukan dan dirancang oleh William JJ Gordon berorientasi
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, ekspresi kreatif, empati dan wawasan
dalam hubungan sosial.Sinektik yang dikembangkan oleh William Gordon merupakan
model pembelajaran yang menggunakan analogi untuk mengembangkan kemampuan
berpikir dari berbagai sudut pandang. Analogi dianggap mampu mengembangkan
kreativitas karena dalam analogi ada usaha untuk menghubungkan antara apa yang
sudah diketahui dengan apa yang ingin dipahami. Ada tiga jenis analogi yang
digunakan dalam model pembelajaran sinektik, diantaranya:
Analogi langsung,
yaitu kegiatan perbandingan sederhana antara dua objek atau gagasan. Dalam
analogi ini, siswa dilatih untuk menganalogikan situasi masalah yang sejajar
dengan situasi kehidupan nyata. Misalnya, bagaimana cara memindahkan
perabot yang berat ke dalam ruangan kelas? Dapat dianalogikan
dengan bagaimana cara hewan memindahkan anak-anaknya?.
b. Analogi
personal yaitu kegiatan untuk melakukan analogi antara objek analogi dengan
dirinya sendiri. Pada analogi ini siswa diminta menempatkan dirinya sebagai
objek itu sendiri. Dalam memperkenalkan analogi personal, siswa harus merasa
bahwa dirinya telah menjadi bagian dari permasalahan. Misalnya, siswa disuruh
untuk membandingkan dirinya dengan sebuah mesin, kemudian ditanyakan bagaimana
perasaannya seandainya itu terjadi? Apa yang dirasakan seandainya mesin itu
dihidupkan? Dan kapan kira-kira akan berhenti?. Tujuan kegiatan ini
adalah untuk melihat seberapa besar jarak konseptual dalam menetapkan
konsep-konsep yang baik. Menurut Gordon, manfaat analogi dapat menciptakan
jarak.Semakin besar jarak semakin memungkinkan siswa memperoleh ide-ide yang
baru. Selanjutnya dijelaskan adanya empat keterlibatan individu yang mungkin
terjadi ketika melakukan analogi, yaitu:
1) Keterlibatan
terhadap fakta yaitu proses analogi terhadap fakta yang dikenal tanpa
menggunakan cara pandang baru tanpa keterlibatan empati, misalnya: seandainya
saya menjadi mesin maka saya merasa panas.
2) Keterlibatan
dengan emosi yaitu proses analogi dengan melibatkan unsur emosi,
misalnya: seandainya saya menjadi mesin maka saya menjadi kuat.
3) Keterlibatan
dengan empati pada benda-benda hidup yaitu proses analogi dengan melibatkan
emosi dan kinestetik pada objek analogi, misalnya: seandainya saya
menjadi mobil, saya merasa seperti sedang mengikuti lomba balapan, dan saya
jadi tergesa-gesa.
Keterlibatan
dengan empati pada benda-benda mati, yaitu proses analogi dengan menempatkan
diri subjek sebagai suatu objek anorganik dan mencoba memperluas masalah dari
pandangan simpati, misalnya: seandainya saya menjadi mesin, saya tidak
tahu kapan harus berjalan dan kapan harus berhenti. Seseorang akan bekerja
untuk saya.
c. Analogi
konflik kempaan yaitu suatu proses kegiatan mempertentangkan dua sudut pandang
yang berbeda. Hasil kegiatan ini berupa deskripsi tentang suatu objek atau
gagasan berdasarkan dua kata atau frase yang kontradiktif, misalnya: bagaimana
komputer itu dianggap sebagai pemberani atau penakut? Bagaimana mesin mobil
dapat tertawa atau marah?.Pada analogi ini siswa diminta menyebutkan suatu
objek secara berpasangan. Berdasarkan pasangan kata tersebut, siswa diharapkan
mengemukakan objek sebanyak-banyaknya yang bersifat kontradiktif, kemudian
diminta menjelaskan mengapa benda tersebut bersifat kontradiktif.
2. Prosedur Pembelajaran
Dalam penerapan
model pembelajaran sinektik pada proses pembelajaran terdapat dua strategi
sinektik, yaitu:
a. Menciptakan
sesuatu yang baru
1) Tahap
Pertama : Mendeskripsikan kondisi saat ini
Guru meminta
siswa untuk mendeskripsikan situasi suatu topik yang mereka lihat saat itu.
2) Tahap
Kedua : Analogi langsung
Siswa
mengemukakan analogi langsung, salah satu diseleksinya dan selanjutnya
dikembangkan.
3) Tahap
Ketiga : Analogi Personal
Para siswa
menganalogikan sesuatu yang diseleksinya pada tahap kedua.
4) Tahap
Keempat: Konflik kempaan
Berdasarkan tahap
kesatu, kedua, dan ketiga siswa mengemukakan beberapa konflik dan dipilih salah
satunya.
5) Tahap Kelima : Analogi langsung
Siswa
mengembangkan dan menyeleksi analogi langsung lainnya berdasarkan konflik tadi.
6) Tahap
Keenam : Meninjau tugas yang sebenarnya
Guru meminta
siswa meninjau kembali tugas atau masalah yang sebenarnya dan menggunakan
analogi yang terakhir dan/atau masuk pada pengalaman sinektik.
b. Mengakrabkan
sesuatu yang asing melalui analogi-analogi yang sudah dikenal dengan baik.
1) Tahap
Pertama: Input pada keadaan yang sebenarnya
Guru menyajikan
informasi dengan topik baru.
2) Tahap
Kedua: Analogi langsung
Guru
mengusulkan analogi langsung, dan siswa diminta menjabarkannya.
3) Tahap
Ketiga: Analogi personal
Guru meminta
siswa membuat analogi personal.
4) Tahap
Keempat: Membandingkan
Siswa menjelaskan
dan menerangkan kesamaan antara materi yang baru dengan analogi langsung.
5) Tahap
Kelima: Menjelaskan perbedaan
Siswa menjelaskan
analogi yang tidak tepat.
6) Tahap
Keenam: Penjelajahan
Siswa menjelajahi
kembali kebenaran suatu topik dengan batasan-batasan mereka.
7) Tahap
Ketujuh: Memunculkan analogi
3. Sistem Sosial
Model ini dapat
disusun dengan mudah. Guru menerapkan dan mengatur tahap-tahap pengajaran,
tetapi respons-respon siswa harus tetap dibuka. Standar-standar kreativitas dan
“permainan khayalan” juga perlu dianjurkan. Reward bersifat internal.
Peran/Tugas Guru
Mendorong
keterbukaan, ketidakrasionalan, dan ekspresi yang kreatif. Mempergakan, jika
perlu. Menerima seluruh respon siswa. Memilih analogi-analogi yang membantu
siswa untuk memperpanjang pemikiran mereka.
5. Sistem Pendukung
Tidak ada sistem
pendukung khusus
Model Pemerolehan Konsep
Model penemuan
konsep adalah perangkat evaluasi unggul saat guru ingin mengetahui sejauh mana
siswa mampu menguasai gagasan-gagasan penting yang mereka ajarkan.
1. Struktur
Pengajaran
Struktur
pengajaran dimulai dari memberikan contoh-contoh sampai menguji dan menamai
konsep-konsep terapan.
Tahap Pertama :
Penyajian Data dan Identifikasi Konsep
a. Guru
menyajikan contoh
b. Siswa
membandingkan sifat-sifat atau ciri-ciri dalam contoh
c. Siswa
menjelaskan sebuah definisi menurut sifat-sifat atau ciri-ciri yang paling
penting
Tahap Kedua :
Pengujian Pencampaian Konsep
a. Siswa
mengidentifikasi contoh-contoh tambahan yang tidak dilabeli dengan tanda ya dan
tidak.
b. Guru
menguji sipotesis, menamai konsep dan menyatakan kembali definisi-definisi
menurut sifat atau ciri yang paling penting
c. Siswa
membuat contoh-contoh
Tahap ketiga :
Analisis Strategi-strategi berpikir
a. Siswa
mendeskripsikan pemikiran-pemikiran
b. Siswa
mendiskusikan peran sifat-sifat dan hipotesis-hipotesis
c. Siswa
mendiskusikan jenis dan ragam hipotesis
2. Sistem
Sosial
Guru mengawasi
jalannya pembelajaran tetapi dalog terbuka tetap ada dalam tahap-tahap
berikutnya. Interaksi siswa harus dimuncullkan dimana para siswa memberikan
lebih banyak inisiatif dalam proses induktif saat mereka memperoleh banyak
pengalaman.
Peran Guru
a. Memberikan
dukungan tetapi menekankan diskusi yang hipotetik
b. Membantu
siswa
c. Fokus
pada sifat-sifat atau fitur-fitur tertentu dalam contoh yang ada serta
mendampingi siswa dalam mendiskusikan dan mengevaluasi strategi berpikir
mereka.
4. Sistem
Pendukung
a. Materi-materi
yang telah diseleksi dan dikelola dengan cermat dan teliti.
b. Data-data
yang berbeda untik disajikan sebagai contoh.
Model pemerolehan
konsep ini dipelopori oleh Jerome Bruner. Model ini berangkat dari suatu
pandangan bahwa lingkungan memiliki manusia yang beragam. Peserta didik harus
bisa membedakan, mengkatagorikan, dan menamakan semua itu sehingga menemukan
suatu konsep. Jadi model pemerolehan konsep adalah suatu pendekatan yang
bertujuan membantu siswa memahami konsep tertentu. Model ini bisa diterapkan
pada semua umur, mulai dari anak-anak sampai pada dewasa. Menurutnya bahwa
belajar memiliki tiga proses, yaitu:
1) Memperoleh
informasi baru;
2) Mentransformasi
pengetahuan;
3) Menguji
relevansi dan ketepatan ilmu pengetahuan.
Menurut
Aunurrahman (2012: 158) bahwa model pemerolehan konsep merupakan model
pembelajaran yang dirancang untuk menata dan menyusun data sehingga
konsep-konsep penting dapat dipelajari secara tepat dan efisien.
Dalam penerapan
model ini dalam pembelajaran meliputi dalam tiga tahap, yakni sebagai berikut :
a. Presentasi
data dan identifikasi konsep, meliputi:
1) Guru
mempresentasikan conto-contoh nama;
2) Siswa
membandingkan ciri positif dan negative dari contoh yang dikemukakan;
3) Siswa
menyimpulkan dan menguji hipotesis;
4) Siswa memberikan arti sesuai dengan
ciri-ciri esensial;
5) Menguji
pencapaian konsep yang meliputi beberapa kegiatan, meliputi:
6) Siswa
mengidentifikasi tambahan contoh yang tidak memiliki nama;
7) Guru
mengkofirmasikan hipotesis, konsep nama dan definisi sesuai dengan ciri-ciri
esensial.
b. Menganalisis
kemampuan berpikir strategis, meliputi:
1) Siswa
mendeskripsikan pemikiran-pemikiran mereka;
2) Siswa
mendiskusikan hipotesis dan atribut-atribut;
3) Siswa
mendiskusikan bentuk dan jumlah hipotesis.
Pertumbuhan
kognitif
Model ini
dipelopori oleh jean piaget dkk. Model ini menegaskan bahwa perkembangan
kognitif sebagian besar dipengaruhi oleh manipulasi dan interaktif aktif
peserta didik dengan lingkungannya dimana pengetahuan datang dari tindakannya.
Melalui interaksi dengan lingkungan, struktur kognitif akan selalu berkembangan
pengalaman dan berubah terus menerus selama interaksi itu belangsung. Cara ini
akan membantu peserta didik agar meninmgkatkan pertumbuhan intelektualnya yang
dimulai dari proses reflektif sampai pada peserta didik mampu memikirkan
kejadian potensial dan secara mental mampu mengeksplorasi kemungkinan
akibatnya.
Pada dasarnya
model ini dirancang untuk meningkatkan perkembangan intelektual, penalaran
logis, tetapi dapat diterapkan pada perkembangan social, karena
pengalaman-pengalaman penting bagi terjadinya perkembangan.
Meurut Wina Sanjaya (2007 : 234
- 236) ada enam tahapan yang harus dilakukan dalam model pembelajaran
pertumbuhan kognitif yaitu :
1. Tahap orientasi
Pada tahap ini guru mengkondisikan siswa pada posisi siap untuk melakukan
pembelajaran. Tahap orientasi dilakukan dengan, pertama, penjelasan
tujuan yang harus dicapai baik tujuan yang berhubungan dengan penguasaan materi
pelajaran yang harus dicapai, maupun tujuan yang berhubungan dengan proses
pembelajaran atau kemampuan berpikir yang harus dimiliki siswa. Kedua, penjelasan
proses pembelajaran yang harus dilakukan siswa, yaitu penjelasan tentang apa
yang harus dilakukan siswa dalam setiap tahapan proses pembelajaran.
Tahap pelacakan
Tahap pelacakan adalah tahap penjajakan untuk memahami pengalaman dan
kemampuan dasar siswa sesuai dengan tema atau pokok persoalan yang akan
dibicarakan. Melalui tahapan ini guru mengembangkan dialog dan tanya jawab
untukmengungkap pengalaman apa saja
yang telah dimiliki siswa yang dianggap relevan dengan tema yang akan dikaji.
3. Tahap konfrontasi
Tahap konfrontasi adalah tahapan penyajian persoalan yang harus dipecahkan
sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa. Untuk merangsang
peningkatan kemampuan siswa pada tahapan ini guru dapat memberikan persoalan-persoalan yang dilematis yang
memerlukan jawaban atau jalan keluar. Pada tahap ini guru harus dapat
mengembangkan dialog agar siswa benar-benar memahami persoalan yang harus
dipecahkan.
4. Tahap inkuiri
Pada tahap ini siswa belajar berpikir yang sesungguhnya. Melalui tahapan
inkuri, siswa diajak untuk memecahkan
persoalan yang dihadapi. Pada tahapan ini guru harus memberikan ruang dan
kesempatan untuk mengembangkan gagasan dalam upaya pemecahan persoalan. Melalui
berbagai tehnik bertanya guru harus dapat menumbuhkan keberanian siswa agar mereka
dapat menjelaskan, mengungkap fakta sesuai dengan pengalamannya, memberikan
argumentasi yang meyakinkan, mengembangkan gagasan dan lain sebagainya.
5. Tahap akomodasi
Tahap akomodasi adalah tahap pembentukan pengetahuan baru melalui
proses penyimpulan. Pada tahap ini siswa dituntut untuk dapat menemukan
kata-kata kunci sesuai dengan topik atau tema pembelajaran. Pada tahap ini
melalui dialog, guru membimbing agar siswa dapat menyimpulkan apa yang mereka
temukan dan mereka pahami sekitar topik yang dipermasalahkan.
Tahap transfer
Tahap transfer adalah tahapan penyajian masalah baru yang sepadan dengan
masalah yang disajikan. Tahap transfer dimaksudkan sebagai tahapan agar siswa
mampumentransfer kemampuan berpikir
setiap siswa untuk memecahkan masalah-masalah baru. Pada tahap ini guru dapat
memberikan tugas-tugas yang sesuai dengan topik pembahasan.
Advanced
Organizer
Model ini
dipelopori oleh david ausubel, yang dimana untuk menerapkan konsepsi tentang
struktur kognitif dalam merancang pembelajaran sehingga bisa meningkatkan kemampuan
siswa dalam mempelajari informasi yang baru.
Menurut Ausubel
tujuan dari model advanced organizer adalah menjelaskan menghubungkan materi
baru dalam tugas pembelajaran dengan materi yang telah dipelajari dan membantu
siswa membedakan materi baru dari materi yang telah dipelajari sebelumnya.
1. Struktur
Pengajaran
Menurut Ausubel
struktur pembelajaran advanced organizer dibagi ke dalam 3 tahap diantaranya
yaitu:
Tahap Pertama
: Presentasi Advanced Organizer
a. Mengklarifikasi
tujuan-tujuan pelajaran
b. Menyajikan
organizer
c. Mengidentifikasi
sifat-sifat yang jelas atau konkluisf
d. Memberikan
contoh atau ilustrasi yang sesuai
e. Menyediakan
konteks
f. Mengulang
g. Mendorong
kesadaran pengetahuan dan pengalaman pembelajar.
Tahap Kedua :
Presentasi tugas atau materi pembelajaran
a. Menyajikan
materi
b. Membuat
ururtan materi pembelajaran yang logis dan jelas
c. Menghubungkan
materi dengan organizer.
Tahap Ketiga :
Memperkuat susunan kognitif
a. Menggunakan
prinsip-prinsip pendamaian integratif
b. Membangkitkan
pendekatan kritis pada mata pelajaran
c. Mengklarifikasi gagasan-gagasan
d. Menerapkan
gagasan secara aktif (seperti dengan menguji gagasan tersebut).
Menurut
Aunurrahman (2012: 160) Advanced organizer dalam proses
pembelajaran memiliki tiga tahap, yaitu sebagai berikut :
a. Tahap
pertama
1) Menjelaskan
tujuan pembelajaran;
2) Menjelaskan
panduan pembelajaran;
3) Menumbuhkan
kesadaran pengetahuan dan pengalaman siswa yang relevan;
Pada tahap ini
dilakukan agar menarik minat peserta didik dan agar pemikiran dan aktivitas
yang mereka lakukan berorientasi pada tujuan pembelajaran.
b. Tahap
kedua
1) Menjelaskan
materi pembelajaran;
2) Menbangkitkan
perhatian siswa;
3) Mengatur
secara eksplisit tugas-tugas;
Pada tahap ini,
bagaimana guru mempertahankan perhatian siswa yang sudah tumbuh melalui
kegiatan tahap pertama agar mereka dapat memahami arah kegiatan secara jelas.
c. Tahap
ketiga
1) Menggunakan
prinsip-prinsip secara terintegrasi;
2) Meningkatkan
keaktivitas pembelajaran;
3) Mengembangkan
pendekatan-pendekatan kritis guna memperjelas materi pembelajaran.
2. Sistem
Sosial
Model ini dapat
disusun dengan baik. Namun model ini mengharuskan adanya kerja sama aktif
antara guru dan siswa.
3. Peran
atau Tugas Guru
a. Merundingkan
makna
4. Sistem
Pendukung
Materi yang disusun dengan baik.