Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Contoh Proposal Lomba Inovasi terbaru

 


Contoh Proposal Lomba Inovasi terbaru

A. IDENTITAS

B. RANCANG BANGUN DAN POKOK PERUBAHAN

Kelompok Pemuda Tani Raharja dan Kelompok Wanita Tani Rahayu berlokasi di Desa Dewasari Kecamatan Kecamatan Cijeungjing yang berdiri sejak tahun 2014 dan sekaligus sebagai organisasi pelopor dan penggerak pertanian yang mendorong petani dan aktivitas pertanian agar lebih produktif dan memberikan dampak ekonomi yang dirasakan secara langsung. Permasalahan utama yang dihadapi saat ini oleh kedua mitra adalah dalam hal pengelolaan budidaya ikan lele yang tidak berjalan secara produktif, hal ini karena  pola budidaya yang masih dilakukan secara konvensional atau tradisional dan kurang memperhatikan kondisi situasi kolam (kebersihan, kesehatan dan kelayakan) serta pakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan untuk pembudidayaan ikan lele.


Berdasarkan permasalahan tersebut, selanjutnya solusi yang ditawarkan, yaitu dengan menerapkan inovasi teknologi berupa integrasi budidaya ikan lele dengan maggot Black Soldier Fly (BSF) sebagai bahan pakan altenatif melalui pemanfaatan kolam bioflok dan aplikasi Pekarangan Pangan Lestari (P2L). Selama enam bulan masa uji coba penerapan inovasi tersebut, telah menunjukan adanya perubahan terutama dalam mengatasi kebutuhan pakan alternatife untuk menunjang produktivitas budidaya ikan lele. Kemudian dari hasil pelaksanaan inovasi tersebut yang telah berjalan selama duabelas bulan dari tahun duaribu duapuluh, telah terjadinya trasfer IPTEK berupa peningkatan kapasitas soft skill maupun hard skill bagi kedua mitra dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

BAB I. PENDAHULUHUAN

1.1 Latar Belakang

Aktivitas budidaya ikan lele yang dikembangkan oleh Kelompok Pemuda Tani Raharja dan Kelompok Wanita Tani Rahayu sebagai usaha tani produktif belum dapat memberikan dampak secara ekonomi dan menghasilkan sumber kesejahteraan bagi masyarakat. Hal ini karena masih terkendala dalam manajemen produksi yang masih minim dalam pemanfaatan teknologi tepat guna. Mengingat pola budidaya ikan lele yang dilakukan oleh kedua kelompok tani tersebut masih bersifat tradisional. Berikut ini potret keadaan lokasi budidaya ikan lele yang dilakukan oleh Kelompok Pemuda Tani Raharja dan Kelompok Wanita Tani Rahayu divisualisasikan dalam gambar sebagai berikut :

Gambar 1. Keadaan kolam ikan lele Kelompok Pemuda Tani Raharja dan Kelompok Wanita Tani Rahayu


Sebagaimana dari hasil analisa situasi, beberapa kendala dalam aspek produksi dan produktivas budidaya ikan lele, terutama dalam mengusahakan budidaya ikan lele agar memiliki nilai jual dan berdampak terhadap kesejahteraan kelompok dan masyarakat, diantaranya :

1. Pola budidaya ikan lele yang tidak terawat dibiarkan apa adanya;

2. Pemberian pakan dan pemeliharaan yang kurang tepat karena hanya menggandalkan sisa makanan dapur dan bahkan tidak memperhatikan pola kesehatan karena sengaja dipelihara dalam kolam septic tank rumah, sehingga produktivitas ikan lele kurang laku dipasaran;

3. Kondisi kolam yang tidak mengunakan sirkulasi air, sehingga menimbulkan bau tidak sedap (busuk) akibat dari sisa-sisa pakan ikan lele dan limbah kotoran yang tidak terbuang dalam kolam dan  menyebabkan terjadinya pencemaran air dan udara terhadap lingkungan;

4. Ketergantungan penggunaan pakan pabrikan (pellet) yang cenderung meningkat karena menyesuaikan dengan tumbuh kembang ikan dalam perminggu menyebabkan kenaikan beban biaya produksi (belum mengunakan pakan alternative yang ramah lingkungan).

Berdasarkan gambaran kondisi tersebut memuculkan pemikiran sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan dengan mengalihkan kolam budidaya ikan lele dengan memanfaatkan kolam bioflok (kolam buatan) dengan tujuan agar mempermudah dalam mengontrol standar kelayakan, kebersihan dan kesehatan baik dari segi kadar air kolam maupun hasil produksi yang dintegrasikan dengan budidaya Maggot Black Soldier Fly (BSF) sebagai bahan pakan yang bersifat alami (organik) sekaligus menciptakan efektivitas dan efisiensi biaya produksi terutama untuk menghilangkan ketergantungan pada pakan pabrikan (pellet).

Nampaknya apabila dilihat berdasarkan kemampuan dan pengalaman dalam budidya ikan lele yang dilakukan oleh kedua kelompok tani tersebut sangat berpotensi untuk dikembangkan dan diintensifkan sebagai aktivitas usaha tani produktif apabila dilakukan dengan pola-pola budidaya yang memperhatikan pemeliharaan, pembesaran, dan pemberian pakan yang dibantu dengan adanya penerapan inovasi teknologi dalam bidang pertanian dan perikanan. Mengenai inovasi teknologi yang dirasakan sesuai dengan kondisi tersebut, adalah melalui penerapan program integrasi budidaya ikan lele dengan budidaya maggot BSF sebagai alternatif pakan yang diterapkan melalui aplikasi Pekarangan Pangan Lestari (P2L).


1.2 Tujuan Pelaksanaan Inovasi

Inovasi ini, bertujuan sebagai berikut : 

1. Untuk menunjang pelaksanaan program ketahanan pangan di masyarakat.

2. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama bagi para petani ikan lele di Desa Dewasari.

3. Untuk mengatasi kesulitan dalam pemenuhan pakan alternatife agar memenuhi standar kebutuhan produktivitas budidaya ikan lele.


1.3 Manfaat Pelaksanaan Inovasi 

Pelaksanaan inovasi ini, bermanfaat sebagai :

1. Meningkatkan produktivitas budidaya ikan lele melalui pemanfaatan pakan alternatife yang mudah dan hemat biaya.

2. Mendukung pembangunan bidang pertanian dan ketahanan pangan;

3. Mengurangi sampah dan melestarikan lingkungan.




BAB II. METODOLOGI 

Metode yang digunakan dalam menerapkan inovasi integrasi budidaya ikan lele dengan budidaya maggot BSF sebagai alternatif pakan yang diterapkan melalui aplikasi Pekarangan Pangan Lestari (P2L), meliputi : 

Tahap I (Persiapan Awal)

Pada tahapan ini, dilakukan sosialisasi dan penyamaan persepsi dengan kedua kelompok tani yang akan menerapkan inovasi teknologi tersebut. Ditahapan ini melibatkan berbagai pihak terutama dari unsur pemerintah desa dan para tokoh setempat khususnya agar memberikan dukungan dalam pelaksanaan inovasi tersebut. 

Tahap II (Uji Coba)

Pada tahapan ini, dilakukan pengujian untuk penerapan inovasi oleh kedua kelompok tani untuk mengukur keberhasilan dan kendala yang dihadapi. Ditahapan ini dilakukan selama enam bulan dengan  meliputi langkah-langkah sebagai berikut : 

1. Penyediaan dempot (lahan uji coba) dan pembuatan media bioflok

2. Praktek pembuatan pakan alternatife untuk ikan lele dengan bahan dasar dari larva maggot BSF.

3. Praktek percobaan pemberian pakan alternatife pada ikan lele;

4. Proses pengukuran tumbuh kembang ikan lele setelah diberikan pakan alternatife.

5. Evaluasi pelaksanaan untuk mengetahui hambatan dan kendala dalam proses budidaya ikan lele dengan memanfaatkan pakan alternatife maggot BSF.

Tahapan III (Penerapan/Implementasi)

Pada tahapan ini, dilakukan setelah melihat hasil ujicoba dilapangan bahwa penerapan pakan alternatife memberikan hasil yang signifikan. Pada tahapan ini lebih diarahakn pada pencapaian hasil akhir berupa peningkatan produktivitas budidaya ikan lele dengan menggunakan media bioflok yang memanfaatkan Aplikasi Pekarangan Pangan Lestari (P2L). Tahapan ini dimulai sejak bulan Januari tahun duaribu duapuluh. Selama proses pelaksanaan ditahapan ini, ditiga bulan pertama sudah menunjukan adanya perubahan tumbuh kembang ikan lele yang cukup signifikan dimana biasanya dalam tiga bulan ikan lele yang hanya menggadalkan pakan pabrikan mampu tumbuh 3 Cm dalam tiga minggu, namun setelah menggunakan pakan alternative tumbuh kembangnya menjadi 6 cm dalam tiga minggu. Sehingga dalam waktu lima bulan sudah dapat dijadikan sebagai bahan konsumsi atau bahkan dapat dipanen untuk di jual.

Tahap IV (Monitoring dan Evaluasi)

Pada tahap ini dilakukan pula pengukuran produktivitas hasil dari budidaya ikan lele dengan menggunakan pakan alternatif dari budidaya maggot BSF secara ekonomi untuk disesuikan dengan kebutuhan pasar

BAB III. PELAKSANAAN INOVASI

3.1 Langkah dan Tahapan Inovasi

Pelaksanaan inovasi mengenai integrasi budidaya ikan lele dengan budidaya maggot BSF sebagai alternatif pakan yang diterapkan melalui aplikasi Pekarangan Pangan Lestari (P2L) yang dilaksanakan pada Kelompok Pemuda Tani Raharja dan Kelompok Wanita Tani Rahayu, dilakukan dengan mengacu kepada kerangka kerja mengenai budidaya ikan air tawar yang diintegrasikan dengan pemanfaatan pekarangan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut : 

a. Penetapan Lokasi Pelaksanaan Inovasi

b. Pendampingan Dan Pelatihan

c. Penyusunan Rencana Kegiatan Inovasi

d. Pembuatan Dan Pengelolaan Bibit 

e. Pengembangan Demplot

f. Pengolahan Hasil

g. Penataan Dan Pengelolaan Pekarangan Pangan Lestari (P2L)

3.2 Keterlibatan pemangku kepetingan 

Pengintegrasian budidaya ikan lele dengan budidaya maggot BSF, dapat dijadikan sebagai suatu komoditas yang sama-sama memberikan keuntungan secara bersamaan, untuk itu agar pelaksanaan inovasi tersebut dapat memberikan dampak yang positif, maka dalam hal ini melibatkan beberapa pihak diantaranya : 

1. Pemerintah Desa Dewasari Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis;

2. Kelompok tani Giri Harja 2 Desa Dewasari Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis;

3. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Galuh;

4. Kampung Manggot Desa Pawindan Kecamatan Ciamis;


BAB IV. HASIL INOVASI DAERAH

4.1 Cara Kerja Inovasi 

Pengintegrasian budidaya ikan lele dengan budidaya maggot BSF, dapat dijadikan sebagai suatu komoditas yang sama-sama memberikan keuntungan secara bersamaan. Integrasi ternak dengan ikan mungkin akan menguntungkan jika dipilih jenis ternak dan ikan yang mampu menggunakan bahan pakan yang murah dan mudah diperoleh (Putri, Priandi, dan Sriati., 2014; Markisman Palampangan, dan Lutfi., 2016). Mengingat ciri utama dari sistem integrasi adalah adanya keterkaitan yang saling menguntungkan, yang dapat dilihat dari pembagian lahan yang saling terpadu dan pemanfaatan limbah secara optimal.

Budidaya ikan lele yang sifatnya sangat praktis dan sederhana yang selama ini banyak dilakukan oleh masyarakat selain sebagai bagian dari tradisi kearifan lokal, dapat pula dibentuk sebagai pelaksanaan konsep program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) yang memanfaatkan lahan pekarangan untuk kolam yang dipadukan dengan tanaman palawija, seperti cabai rawit atau tanaman lainnya. Disamping itu, dengan adanya budidaya lalat BSF sebagai pakan alternatif ikan lele, yang sekaligus bermanfaat sebagai pengurai sampah organik untuk menjaga kebersihan lingkungan juga dapat dijadikan sebagai pupuk tanaman. Prinsip keterpaduan dalam sistem pertanian terpadu, yaitu agrosistem yang beranekaragam dan memberi jaminan yang lebih tinggi bagi petani secara berkelanjutan (Dewi, Mulyo, 2015; Suciati, Faruq, 2017).

Pemanfaatan teknologi bioflok pada budididaya ikan lele, bertujuan untuk mengurangi penggunaan air dalam budidaya, mengurangi pembuangan air kelingkungan serta untuk meningkatkan produktifitas. Bioflok  berasal  dari  kata bios  yang artinya  kehidupan  dan flock  yang  bermakna gumpalan, sehingga bioflok adalah kumpulan dari  berbagai  jenis  organisme  seperti  jamur, bakteri, algae, protozoa, cacing, dan lain lain, yang  tergabung  dalam  gumpalan.  

Teknologi bioflok  atau  lumpur  aktif  merupakan  adopsi dari    teknologi  pengolahan    biologis    air  limbah   lumpur   aktif   dengan   menggunakan aktivitas mikroorganisme untuk meningkatkan carbon dan nitrogen (Suprapto, 2013).  Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa penggunaan sistem bioflok dalam budidaya ikan lele terbukti dapat meningkatkan produktifitas (Setiawan et al., 2016), menurunkan nisbah konversi pakan, menghambat pertumbuhan bakteri Aeromonas hydrophylla, sekaligus dapat meningkatkan sistem imun (Sukendar et al., 2016).


Gambar 2. Sistem Bioflok untuk budidaya ikan lele

P

Gambar 3. Media Kolam Bioflok




Pembudidayaan ikan lele dengan menggunakan sistem bioflok memberikan keuntungan  yang  lebih  banyak  dari  metode konvesional. Dapat dilihat dari kapasitas tebar bibit  lele  yang  lebih  banyak 20  kali  dari konvensional (Suparno, 2016). Dengan kematian  yang  cukup  kecil  sebesar 18,  75 % pada   kegiatan   ini.   Selain   itu,   ikan  yang dihasilkan  lebih sehat dan baik dengan penyerapan  nutrisi  sebesar  25%  dari  metode konvesional/tradisional.

Selanjutnya pengaplikasian teknologi untuk pemenuhuan kebutuhan pakan budidaya ikan lele penganti pakan pabrikan, adalah pembuatan pakan organik secara mandiri. Tujuan pembuatan pakan lele secara mandiri, adalah untuk meningkatkan efisiensi biaya produksi. Untuk membuat pakan mandiri, tertuama untuk memenuhi kebutuhan budidaya ikan lele, dapat digunakan maggot Black Soldier Fly (BSF).  Maggot BSF atau Hermatia illucens adalah jenis lalat family Stratiomydae yang umum dan secara luas dapat ditemukan di rumput-rumput dan daun-daun, maggot bekerja mengkonversi limbah organikmenjadi biomassa yang lebih sederhana (Salman, Ukhrawi dan Azim, 2020). 

Proses pembuatan pakan alternatif untuk budidaya ikan lele dengan menggunakan maggot BSF, pada prinsipnya merupakan proses biokonversi. (Pathiassana, Izzy, Harynadi dan Nealma, 2020) menyatakan bahwa biokonversi sebagai perombakan sampah organikmenjadi sumber energi metan melalui prosesfermentasi yang melibatkan organisme hidup. Untuk membudidayakan maggot BSF, dimulai dengan penyediaan tempat budidaya sebagai mediabudidaya yang sebelumnya telah dibuat. Tempat budidaya diharapkan dapat menjaga kondisimedia budidaya agar tetap lembab dan terlindung dari hujan dan sinar matahari secara langsung.




Gambar 4. Proses Pembentukan Pakan Ikan Maggot BSF



Sebagaimana menurut Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Direktorat Produksi ditegaskan bahwa Cara budidaya Ikan Yang Baik (CBIB) penerapan cara memelihara dan atau membesarkanikan serta mamanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol sehingga memberikanjaminan pangan dari pembudidayaan dengan memperhatikan sanitasi, pakan obat ikan danbahan kimia serta bahan biologi. Keberhasilan budidaya untuk menciptakan nilai secara ekonomis sangat ditentukan oleh ketersedian pakan yang berkualitas. Selain itu, kombinasi dari kedua budidaya tersebut yang dirancang dengan memanfaatkan Pekarangan Pangan Lestari (P2L) memiliki sifat saling melengkapi, berhubungan dalam interaksi sinergetik, dan positif.

Priyadi, Azwar, Subamia dan Hem (2009) menyebutkan bahwa maggot bisa menggantikan tepung ikan kualitas tinggi dan memberikan pertumbuhan yang sama walaupun diberikan dengan kondisi larva.Maggot yang diperoleh dapat di berikan ikan lele dengan beberapa cara, yaitu bisa diberikan secaralangsung, dikeringkan terlebih dahulu, juga dapat dicampurkan dengan bahan pakan lain (Fauzi, Sari, 2018)

Suciati, Faruq (2017) menyebutkan beberapa keunggulan dari Maggot BSF, yaitu memiliki tekstur yang kenyal dan memiliki kemampuan untuk menghasilkan enzim alami yang dapat meningkatkan kemampuan daya cerna ikan terhadap pakan.Pakan buatan yang mengandung nilai nutrisi tinggi dapat mendorong pertumbuhan lele menjadi lebih cepat (Dewi, Mulyo, 2015).


Tabel 1. Kandungan Nutrisi Maggot BSF



Keunggulan maggot sebagai pengganti pakan ikan yaitu mudah dibudidayakan baik dalam kapasitas  kecil  maupun  besar,  mengandung nutrisi yang tinggi, mengandung antimikroba,   anti   jamur,   tidak   membawa penyakit serta pemanfaatannya tidak bersaing dengan manusia (Fahmi, Hem, dan Subamia, 2009). Tingginya nutrisi yang terkandung pada maggot, ketersediaannya yang melimpah, pemanfaatannya yang tidak bersaing dengan manusiaserta media tumbuhnya yang mudah dibuat menunjukkan potensi yang baik sebagai alternative kombinasi pakan ikan (Fauzi, Sari, 2018).


4.1 Replikasi 

Penerapan inovasi mengenai integrasi budidaya ikan lele dengan budidaya maggot BSF sebagai alternatif pakan yang diterapkan melalui aplikasi Pekarangan Pangan Lestari (P2L) yang dilaksanakan oleh Kelompok Pemuda Tani Raharja dan Kelompok Wanita Tani Rahayu di Desa Dewasari Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis, telah dapat di replikasi atau di kembangkan pada kelompok tani di Desa Patimuan Kecamatan Patimuan Kabupaten Cilacap. Dimana para anggota kelompok tani dari Desa Patimuan pada Bulan Agustus tahun duaribu duapuluh mengadakan kunjungan dan sakaligus belajar cara pembuatan pakan alternatif untuk pembudidayaan ikan gabus. Berikut ini dokumentasi atas kunjungan yang dilakukan oleh kelompok tani dari Desa Patimuan Kecamatan Patimuan Kabupaten Cilacap.

Gambar 5 Dokumentasi Kunjungan Kelompok Tani Desa Patimuan Kecamatan Patimuan Kabupaten Cilacap



BAB V. PENUTUP

5.1 Strategi Keberlanjutan

Tahapan tindak lanjut hasil dari pelaksanaan inovasi ini, yaitu  menyebarluaskan informasi mengenai integrasi budidaya ikan lele dengan budidaya maggot BSF sebagai alternatif pakan yang diterapkan melalui aplikasi Pekarangan Pangan Lestari (P2L) agar dapat terus direplikasi dan dikemangkan oleh para petani yang bergerak pada bidang budidaya perikanan. Disamping itu, menyampaikan hasil secara keseluruhan ke pihak pemerintah setempat, agar dapat ditindaklanjuti sebagai bahan sosialisasi kemasyarakat tentang inovasi teknologi yang diterapkan dimasyarakat sebagai Teknologi Tepat Guna yang bernilai ekonomi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam merealisasikan keberlanjutan dari pelaksanaan inovasi ini, diantaranya melakukan langkah-langkah sebagai berikut : 

1. Mendorong pemerintah desa setempat untuk senantiasa dapat menjadi pelopor dalam membuat dan menerapkan teknologi tepat guna berupa integrasi budidaya ikan lele dengan budidaya maggot BSF sebagai alternatif pakan yang diterapkan melalui aplikasi Pekarangan Pangan Lestari (P2L) agar dijadikan sebagai keunggulan yang dimiliki oleh desa.

2. Berkoordinasi dengan pemeritah Kabupaten Ciamis, yang dalam hal ini dengan berbagai pihak instansi terkait, agar senantiasa umenjadi pendamping dalam pelaksanaan inovasi ini, dan berharap menghasilkan berbagai terobosan sebagai inovasi selanjutnya.


5.2 Evaluasi

Pelaksanaan evaluasi atas pelaksanaan inovasi teknologi  integrasi budidaya ikan lele dengan budidaya maggot BSF sebagai alternatif pakan yang diterapkan melalui aplikasi Pekarangan Pangan Lestari (P2L), dilakukan secara terus menerus yang tujuannya untuk menilai dan mengukur kualitas hasil produktivitas yang dihasilkan sebagai dampak yang dihasilkan terutama sebagai wujud dari aktivitas yang bernilai ekonomi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.


Untuk metode evaluasi yang selama ini dilakukan dengan berdasarkan pendekatan input dan output, yaitu dengan melihat atau mengukur setiap pelaksanaan per tiga bulan agar mengetahui dampak perubahannya yang sekaligus mengukur kendala dan hambatan yang selama ini dihadapi dalam inovasi teknologi  integrasi budidaya ikan lele dengan budidaya maggot BSF sebagai alternatif pakan yang diterapkan melalui aplikasi Pekarangan Pangan Lestari (P2L). Adapun dari hasil evaluasi yang selama ini dilakukaan berhasil menunjukan beberapa hal sebagai berikut :