Dongeng : Asal Mula Situ Bagendit
Dongeng : Asal Mula Situ Bagendit
Dahulu kala,
dibagian barat Pulau Jawa, tinggal seorang janda yang kaya raya. Janda itu
tinggal sendirian dirumahnya yang besar dan megah. Semenjak suaminya meninggal,
karena tak mempunyai anak, ia mengurus sendiri hartanya yang melimpah. Walaupun
sangat kaya, namun ia sangat pelit dan kikir. Sehingga, sebagian masyarakat
menjulukinya dengan nama Nyi Endit, yang artinya nyi (perempuan) yang pelit.
Waktunya hanya dihabiskan untuk menghitung kekayaan. Harta kekayaannya itu kian
lama kian menggunung. Sebab tidak pernah digunakan. Jangankan dipakai untuk
sedekah, dipakai untuk dirinya sendiri saja merasa sayang.
Suatu hari
Nyi Endit sedang mengitung uang dirumahnya yang sangat megah. Saat sedang
asyik-asyiknya menghitung, datanglah seorang kakek yang sangat lemah.“Tolonglah
saya, Nyi. Sehari in saya belum makan. Kasihani saya Nyi,” kata sang kakek
memohon.
Mendengar
rintihan kakek itu, Nyi Endit marah. Ia merasa terganggu. Hitungannya menjadi
kacau, sehingga ia harus memulainya dari awal.
“Pergi sana !
minta pada yang lain saja. Mengganggu kerjaan orang!” kata Nyi Endit mengusir
sang kakek.
Esok harinya,
kakek itu datang lagi.
“Beri saya
sedekah, Nyi. Tolonglah orang yang lemah dan papa ini, Nyi. Ingat Nyi, harta
benda tak akan di bawa mati,” kata si kakek.
Tetapi hati
Nyi Endit keras bagai batu. Ia malah marah-marah saat diingatkan.
“Hai kakek
tua Bangka ! kamulah yang akan segera mati. Tak usah kau minta sedekah. Umurmu
tak berapa lama lagi. Pergi sana !” diusirnya kembali kakek itu.
Ketiga
kalinya kakek itu datang lagi, dan Nyi Endit pun langsung mengusirnya. Karena
sakit hati, mata kakek itu berkaca-kaca. Ditancapkanlah tongkatnya dihalamanan
rumah Nyi Endit, lalu kakek itu pergi.
Melihat
tongkat itu, Nyi Endit bertambah marah. Ia merasa tongkat itu mengganggu pemandangan
tamannya yang indah. Lalu Nyi Endit memegang dan mencabutnya. Seketika, air
keluar dari lubang bekas tancapan tongkat itu. air itu begitu deras. Nyi Endit
mundur karena terkejut dan takut.
“Tolong . . .
tolong selamatkan hartaku. Tolong . . . ,” teroak Nyi Endit.air terus memancar
dengan derasnya. Di saat pun yang diingat Nyi Endit hanyalah harta bendanya. Ia
kemudian masuk ke dalam rumahnya untuk mengambil harta bendanya.
Tak lama
kemudian, ia keluar membawa sebuah bungkusan. Namun, air sudah menggenangi
sulurug halaman rumahnya. Orang-orang yang menyaksikan tak bisa berbuat
apa-apa, karena air terus meluap.
Lama-kelamaan
air itu menggenangi rumah Nyi Endit. Nyi Ndit yang serakah dengan harta dan
sangat pelit itu tak sempat menyelamatkan diri. Ia tenggelam bersama
kekayaannya. Lama-kelamaan, rumah itu berubah menjadi telaga. Telaga ini masih
dikenal hingga sekarang, dan disebut dnegan nama Situ Bagendit, yang diambil
dari nama Nyi Ndit. Telaga itu terletak di Kecamatan Banyuresmi Kabupaten Garut,
Jawa Barat.