Model Project Based Learning (PjBL)
Model Project Based Learning (PjBL)
Pengertian Model Project Based Learning (PjBL)
Menurut Karagoca dkk dalam (Kosasih 2014, hlm.
96) Pembelajaran berbasis proyek (project
based learning) adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan
sebagai tujuannya. Pembelajaran berbaris proyek memfokuskan pada aktivitas
siswa yang berupa pengumpulan informasi dan pemanfaatannya untuk menghasilkan
sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan siswa itu sendiri ataupun bagi orang
lain, namun tetap terkait KD dalam kurikulum.
Sama halnya dengan pembelajaran discovery
ataupun PBM, model project based learning (PjBL) pun menggunakan masalah sebagai
langkah awal pembelajarannya. Hanya
saja masalah yang dimaksud berupa pertanyaan yang mengarah kepada kebutuhan
siswa akan kegiatan ataupun barang tertentu. Kebutuhan itulah yang selanjutnya
dijadikan sebuah proyek, sesuatu yang harus digarap, diperbuat, atau dihasilkan
siswa melalui proses pembelajarannya. Dengan demikian, akhir dari pembelajaran
ini berupa produk, entah itu berupa kegiatan ataupun berwujud karya.
Jadi
model Project Based Learning (PjBL)
adalah model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu
konteks bagi siswa untuk belajar dengan
melakukan investigasi dan mencari solusi yang relevan serta dapat
diimplementasikan dalam sebuah proyek, sehingga siswa mengalami proses
pembelajaran yang bermakana. Project
Based Learning memiliki proses pembelajaran yang panjang dan melibatkan
siswa secara aktif bekerja secara kolaboratif, dimulai dari merancang, membuat
dan menampilkan sebuah proyek yang dikerjakan.
Karakteristik
Model Project Based Learning (PjBL)
Simkins, dkk dalam (Abidin, 2013, hlm. 168), model pembelajaran Project
Based Learning (PjBL)
memiliki tujuh karakteristik sebagai berikut:
1.
Melibatkan
siswa secara langsung dalam pembelajaran;
2.
Menghubungkan
pemebelajaran dengan dunia nyata:
3.
Dilaksanakan
dengan berbasis penelitian;
4.
Melibatkan
berbagai sumber belajar;
5.
Bersatu
dengan pengetahuan dan keterampilan;
6.
Dilakukan
dari waktu ke waktu;
7.
Diakhiri
dengan sebuah produk tertentu.
Senada
dengan karakteristik di atas, Kemdikbud (2013) menjelaskan bahwa model PjBL memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1.
Peserta
didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja;
2.
Adanya
permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik untuk mendesain
proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan;
3. Peserta
didik secara kolaboratif bertanggung jawab untuk mengakses dan mengelola
informasi untuk memecahkan permasalahan;
4.
Proses
evaluasi dijalankan secara kontinu;
5.
Peserta
didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan;
6.
Produk
akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif;
7.
Situasi
pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.
Berdasarkan
karakateristik tersebut, dapat disimpulkan bahwa model ini memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menentukan sendiri proyek yang akan
dikerjakannya, memilih topik yang akan diteliti, maupun menentukan kegiatan
penelitian yang akan dilakukan. Peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai
fasilitator, menyediakan bahan dan pengalaman bekerja, mendorong siswa
berdiskusi dan memecahkan masalah, dan memastikan siswa tetap bersemangat
selama mereka melaksanakan proyek.
Langkah-Langkah Project
Based Learning (PjBL)
Menurut
Karagoca dkk dalam Kosasih (2014, hlm. 98) juga mengemukakan pendapatnya
mengenai langkah-langkah model project
based learning (PjBL), diantaranya:
Penentuan Proyek
Siswa
menentukan jenis kegiatan atau karya yang akan mereka kerjakan, sesuai dengan
kebutuhan masing-masing. Minat, kemampuan, serta ketersediaan sarana dan
prasarana harus menjadi bahan pertimbangan siswa dalam langkah ini. Adapun
tugas guru adalah mengarahkan pilihan-pilihan siswa agar tetap berada pada
koridor pembelajaran, tetap relevan
dengan kompetensi dasar (KD) yang sedang dikembangkan. Dalam hal ini, perlu ada
kompromi antara misi guru untuk menuntaskan kompetensi dasar (KD) dengan minat
siswa untuk berkreativitas. Selain itu, faktor waktu dan biaya pun tidak boleh
luput dalam perhatian siswa dan guru agar dalam langkah penyelesaian tidak
menjadi kendala.
Perancangan Proyek
Siswa merancang langkah-langkah kegiatan
pelaksanaan proyek, dari awal sampai akhir penyelesaiannya.
1) Pada tahap awal, berupa perencanaan alat,
bahan, waktu yang diperlukan, dan hal-hal lainnya. Termasuk dalam tahap ini
adalah pembagian tugas di antara mereka kalau proyek yang dimaksud dilakukan
secara berkelompok.
2) Pada tahap pelaksanaan, berupa perancangan
inti kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa, termasuk memetakan kendala yang
mungkin mereka hadapi beserta kemungkinan-kemungkinan cara mengatasinya.
3) Pada tahap akhir, berupa perancangan tindak
lanjut apabila proyek itu terselesaikan. Misalnya berupa pameran, presentasi,
diskusi kelas.
Penyusunan Jadwal
Di bawah
bimbingan guru, para siswa melakukan penjadwalan semua kegiatan yang telah
dirancangnya. Jadwal tersebut menunjukkan berapa lama proyek itu harus
diselesaikan tahap demi tahap. Jadwal yang dimaksud disesuaikan dengan program
yang tersedia pada guru itu sendiri, serta kesangggupan siswa di dalam
menyelesaikan proyek yang telah dirancangnya.
Penyelesaian Proyek
Pada tahap ini setiap siswa mengerjakan tugas
sesuai dengan pembagian tugas yang telah dirancang sebelumnya. Guru berperan
memotivasi, mengarahkan, mengoordinasikan sehingga kegiatan dan proyek siswa
dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Bersamaan dengan itu, guru
perlu melakukan monitoring terhadap aktivitas siswa dalam rangka penilaian.
Penyampaian Hasil Kegiatan
Langkah
ini termasuk kedalam langkah mengomunikasikan. Siswa menunjukkan dan memamerkan
karyanya dengan menjelaskan proses pembuatan sampai hambatan-hambatan yang
dihadapi saat membuat proyek tersebut.
Evaluasi Proses dan Hasil Kerja
Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap
serangkaian kegiatan yang telah mereka jalani. Pada tahap ini, para siswa
mendapat kesempatan mengemukakan pengalamannya, kesan-kesan, beserta
kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi selama proses pembelajaran. Guru
kemudian memberikan berbagai masukan dan pertimbangan-pertimbangan terkait
dengan kualitas kerja mereka.
Keunggulan
Model Project Based Learning (PjBL)
Keunggulan model PjBL
menurut Moursund (dalam Wena, 2011, hlm. 147) di
antaranya:
1) Increased
motivation. Pembelajaran
bebasis proyek dapat meningkatkan motivasi belajar siswa terbukti dari beberapa
laporan penelitian tentang pembelajaran berbasis proyek yang menyatakan bahwa siswa
sangat tekun, berusaha keras untuk menyelesaikan proyek, siswa merasa lebih
bergairah dalam pembelajaran, dan keterlambatan dalam kehadiran sangat
berkurang.
2) Increased
problem-solving ability.
Beberapa sumber mendeskripsikan bahwa lingkungan belajar pembelajaran berbasis
proyek dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, membuat siswa lebih
aktif dan berhasil memecahkan problem problem yang bersifat kompleks.
3) Improved
library research skills.
Karena pembelajaran berbasis proyek mempersyaratkan siswa harus mampu secara
cepat memperoleh informasi melalui sumber-sumber informasi, maka keterampilan
siswa untuk mencari dan mendapatkan informasi akan meningkat.
4) Increased
collaboration. Pentingnya
kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikkan
keterampilan komunikasi. Kelompok kerja kooperatif, evaluasi siswa, pertukaran
informasi online adalah aspek-aspek kolaboratif dari semua proyek.
5) Increased
resource-management skills.
Pembelajaran berbasis proyek yang diimplementasikan secara baik memberikan
kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat
alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan
tugas.
Sedangkan
menurut kemdikbud (2013) keunggulan
PjBL adalah sebagai berikut:
1)
Memberikan
pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi
proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan
untuk menyelesaikan tugas.
2)
Menyediakan
pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang
untuk berkembang sesuai dunia nyata.
3)
Melibatkan
para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan
pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.
4)
Membuat
suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik
menikmati proses pembelajaran.
Kendala
dalam Model Project Based Learning (PjBL)
Menurut
Kemdikbud (2013) model PjBL
juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya:
1) Membutuhkan banyak waktu untuk menyelesaikan
masalah dan menghasilkan produk;
2) Membutuhkan biaya yang cukup banyak;
3) Membutuhkan guru yang terampil dan mau
belajar;
4) Membutuhkan fasilitas, bahan dan alat yang
memadai;
5) Tidak sesuai untuk siswa yang mudah menyerah
dan tidak memiliki pengetahuan serta keterampilan yang dibutuhkan;
6) Kesulitan melibatkan semua siswa dalam kerja
kelompok.
Kekurangan
ini dapat diatasi oleh guru dengan cara memaksimalkan pemanfaatan fasilitas
yang ada atau bisa dengan cara mendesain proyek sesuai dengan keadaan siswa,
kelas, dan sekolah masing-masing. Dalam hal ini, peran guru menjadi sangat
penting agar pembelajaran yang dilakukan dapat tetap bermakna dan memberi
motivasi kepada siswa walaupun dalam kondisi yang kurang memadai.