Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Penelitian Deskriptif Lengkap



Pengertian Deskriptif
Penelitian deskriptif dilakukan untuk mendiskripsikan suatu gejala, peristiwa, dan kejadian yang terjadi  secara faktual, sistematis, dan akurat. Pada penelitian ini, penulis berusaha mendeskripsikan peristiwa yang menjadi pusat penelitian tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut. Menurut Sugiyono (2008), Penelitian desktiptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain.

Penelitian deskriptif ini adalah salah satu jenis penelitian kunatitaif non eksperimen yang tergolong mudah. Penelitian ini menggambarkan data kuantitatif yang diperoleh menyangkut keadaan subjek atau fenomena dari sebuah pupulasinya. Sebagai contoh, penelitian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar materi fisika di salah satu sekolah. Penelitian yang sesuai untuk digunakan adalah penelitian kuantitaif deskriptif. Melelaui penelitian deskriptif akan diperoleh gambaran mengenai status subjek dalam kondisi tertentu. Subjeknya adalah populasi peserta didik di sekolah dan kondisinya adalah kesulitan belajar fisika.

Jenis-jenis Penelitian Deskriptif
Furchan (2004: 448-465) menjelaskan beberapa jenis penelitian deskriptif sebagai berikut.
1.    Survey Pendidikan
a.          Mengungkap jawaban pertanyaan tentang apa, bagaimana, berapa dan bukan pertanyaan mengapa. Jumlah siswa, guru, pendapat, persepsi, sikap, prestasi, motivasi dan lain sebagainya.
b.          Tujuannya untuk memperoleh penjelasan tentang kondisi dan praktek penyelenggaraan pendidikan sebagaimana adanya berdasarkan kenyataan yang dihadapi termasuk perumusan kebijakan pendidikan dan bukan untuk pengembangan ilmu pendidikan.
c.           Perumusan masalah dijabarkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian dan bukan hipotesis penelitian.
d.          Umumnya meneliti variabel-variabel lepas.
e.          Dilakukan terhadap sekelompok subyek/obyek penelitian dalam jumlah yang relatif besar dalam waktu yang bersamaan à sensus.
f.            Data yang dikumpulkan relatif terbatas.
g.          Umumnya menggunakan instrumen penelitian teknik angket.
h.          Teknik pengolahan data umumnya persentase

Studi Kasus
a.        Penelaahan secara intensif terhadap seorang/sekelompok individu yang dipandang mengalami kasus tertentu. Misal: ATG yang mampu mengingat berita dengan cepat; kesurupan masal, gagal dalam belajar, tidak bersosialisasi, siswa yang paling disukai teman-temannya atau sebaliknya, self-concept ATG dan sebagainya.
b.        Analisisnya mendalam (mengungkap semua variabel yang menyebabkan terjadinya kasus tersebut dari berbagai aspek yang mempengaruhi kasus.
c.         Tekanannya pada pertanyaan mengapa individu berperilaku demikian, bagaimana tingkah lakunya dalam kondisi itu, dan pengaruhnya terhadap lingkungannya, tidak untuk menguji hipotesis namun dapat menghasilkan hipotesis yang dapat diuji lebih lanjut.
d.        Perumusan masalah dijabarkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian.
e.        Data diperoleh dari berbagai sumber yang terkait dengan kasus yang diteliti.
f.          Teknik pengumpulan data sangat komprehensif à observasi, wawancara, analisis dokumenter, dan atau tes terhadap sampel penelitian bersifat purposif.
g.        Mengisyaratkan pada penelitian kualitatif à analisis kualitatif.

Studi Perkembangan.
Dalam penelitian studi perkembangan yaitu kita mempelajari karakteristik individu (seorang atau sekelompok) dan bagaimana karakteristik itu berubah dalam pertumbuhannya dalam kurun waktu tertentu.

Misalnya: perkembangan kognitif, emosi, sosial, bahasa, dan kepribadian individu. Ada dua teknik yang dapat digunakan yaitu studi longitudinal dan studi cross sectional. Studi Longitudinal adalah Metode jangka panjang yang menggunakan subyek yang tetap untuk mengetahui perkembangannya dalam kurun waktu yang relatif lama. Peneliti harus mengetahui kondisi awal subyek terlebih dahulu. Misalnya: Peneliti ingin mengetahui keterampilan berbahasa tulisan siswa SD yaitu peneliti melakukan hal-hal berikut:

a.            Peneliti mengukur keterampilan berbahasa siswa SD kelas 1pada sekolah tertentu untuk mengetahui kondisi awal.
b.            Peneliti mempelajari keterampilan tersebut dan keterampilan tersebut diukur kembali setiap tahun di kelas-kelas berikutnya untuk melihat perkembangan pada subyek penelitian.
c.             Sehingga peneliti dapat melihat perubahan dan perkembangan keterampilan dalam jangka waktu tertentu untuk kelompok tertentu

Studi cross sectional
Dilaksanakan dalam jangka waktu yang relatif pendek untuk mempelajari individu yang berbeda taraf umurnya dalam titik waktu yang sama. Misal: mempelajari keterampilan berbahasa pada siswa SD yang dilakukan pada siswa di setiap kelas (1 -6) dan pada titik dan kurun waktu tertentu diukur keterampilannya. Kemudian hasil pengukuran dibandingkan untuk setiap kelas yang berbeda tadi. Perbedaan dari subyek tiap kelas merupakan dasar dalam menarik kesimpulan tentang pertumbuhan dan perkembangan keterampilan tersebut

Studi Tindak Lanjut
Penelitian yang diarahkan untuk menindak lanjuti hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan sebagai umpan balik. Mempelajari perkembangan dan perubahan subyek setelah subyek diberi perlakuan tertentu dalam kurun waktu tertentu sampai selesai. Subyek terlebih dahulu mendapat perlakuan khusus sampai selesai, kemudian dilanjutkan bagaimana pengaruhnya terhadap perkembangan subyek.

Contoh Studi Tindak Lanjut:
a.        Sebelumnya subyek diberikan pengajaran dengan sistem modul selama kurun waktu tertentu sampai selesai.
b.        Pada tahun berikutnya subyek diukur kemampuan cara belajar dan hasil atau kemampuan tertentu yang diharapkan dari pengajaran modul tersebut (kemampuan belajar mandiri).
c.         Hasilnya dibandingkan dengan siswa yang lain yang tidak memperoleh pengajaran modul, maka perbedaan yang ditunjukkan merupakan efek atau akibat perlakuan pengajaran modul

Studi Kecenderungan
Bersifat prediktif dan meramalkan keadaan masa depan berdasarkan keadaan, gejala yang ada pada masa lalu dan saat sekarang. Merupakan perpaduan antara metode sejarah, dokumenter, dan survey. Digunakan untuk memperkirakan kemungkinan munculnya suatu gejala berdasarkan gejala lain yang sudah muncul dan diketahui sebelumnya. Dapat digunakan untuk membuat perencanaan tertentu dalam PLB. Misalnya: Memperkirakan kemungkinan keberhasilan siswa dalam bidang studi tertentu berdasarkan pada hasil tes inteligensi yang diperoleh siswa yang bersangkutan.

Cenderung menggunakan pendekatan longitudinal: Pengolahan dapat menggunakan analisis regresi atau standar error estimasi. Sebagaimana teknik korelasi, prediksi penafsiran hasil analisis statistik didasarkan pada koefisien yang diperoleh yaitu untuk mengetahui apakah munculnya suatu gejala itu ada hubungannya dengan gejala lain, dan sampai seberapa besar derajat hubungan itu.

Dalam bidang Psikologi dan Pendidikan digunakan terutama untuk:
a.              Membuat perkiraan suatu atribut (sifat-ciri) dari atribut lain. Misalnya memperkirakan munculnya tindakan kriminal dari tingkat pengetahuan remaja tentang seks.
b.              Membuat perkiraan terhadap suatu pengukuran dari satu atribut. Misalnya memperkirakan hasil yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok siswa pada suatu bidang tertentu dari status ekonomi sosial siswa yang bersangkutan.
c.              Membuat perkiraan terhadap pengukuran dari pengukuran. Misalnya memperkirakan skor tes hasil belajar dari skor tes bakat

Studi Korelasional
Mempelajari hubungan dua variabel atau lebih yaitu sejauh mana variabel yang satu berhubungan dengan variabel yang lainnya. Derajat hubungan variabel-variabel dinyatakan dalam indeks “koefisien korelasi yaitu bilangan biasa yang bergerak antara -1 sampai dengan +1 yang tidak dapat ditafsirkan menjadi persen. Studi ini menuntut adanya hipotesis yang mana peneliti menduga dan mengharapkan terdapatnya hubungan diantara variabel-variabel yang ditelitinya. Hipotesis yang diuji didasarkan atas teori yang telah ada.

Pengertian Penelitian Deskriptif Kuantatif
Penelitian dekriptif kuantitatif merupakan bagian dari penelitian kuantitatif non-eksperimental. Menurut Sugiyono (2013: 13) metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/ statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Menurut Wallace dalam Susanti (2013: 135) penelitian kuantitatif adalah penelitan yang melibatkan lima komponen informasi ilmiah, yaitu teori, hipotesis, observasi, generalisasi empiris, dan penerimaan atau penolakan hipotesis. Selain itu, mengandalkan adanya populasi dan teknik penarikan sampel, menggunakan kuesioner untuk pengumpulan datanya, mengemukakan variabel-variabel penelitian dalam analisis datanya, dan berupaya menghasilkan kesimpulan secara umum, baik yang berlau untuk populasi dan/ atau sampel yang diteliti.

Adapun pengertian deskriptif menurut Sugiyono (2013: 29) adalah metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum.

Menurut Arikunto (2010) penelitian deskriptif tidak memiliki kekuatan untuk mengontrol hal-hal yang sementara terjadi, dan hanya dapat mengukur apa yang ada (exists). Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.

Scott W. Vanderstoep and Deirdre D. Johnston (2009) menyatakan, kendati bervariasi, pendekatan penelitian dapat dikelompokkan ke dalam 2 bagian besar: Pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif menekankan pada penilaian numerik atas fenomena yang dipelajari. Pendekatan kualitatif menekankan pada pembangunan naratif atau deskripsi tekstual atas fenomena yang diteliti. Ringkasan perbedaan kedua pendekatan penelitian ini sebagai berikut.

Mark R. Leary (1995) membagi studi perilaku ke dalam 4 kategori besar yaitu: (1) Penelitian deskriptif; (2) Penelitian korelasional; (3) Penelitian eksperimental; dan (4) Penelitian kuasi-eksperimental. Penelitian deskriptif menggambarkan perilaku, pemikiran, atau perasaan suatu kelompok atau individu. Contoh umum dari penelitian deskriptif adalah jajak pendapat, yang menggambarkan sikap suatu kelompok orang. Dalam Penelitian Deskriptif, peneliti kecil upayanya untuk menghubungkan perilaku yang diteliti dengan variabel lainnya ataupun menguji atau menjelaskan penyebab sistematisnya. Seperti namannya, Penelitian Deskriptif hanya mendeskripsikan.

Tujuan Penelitian Deskriptif adalah menggambarkan karakteristik atau perilaku suatu populasi dengan cara yang sistematis dan akurat. Biasanya, Penelitian deskriptif tidak didesain untuk menguji hipotesis, tetapi lebih pada upaya menyediakan informasi seputar karakter fisik, sosial, perilaku, ekonomi, atau psikologi dari sekelompok orang.
Jenis Penelitian deskriptif yang biasa diterapkan adalah: (1) Penelitian survey, (2) Penelitian demografis, dan (3) Penelitian epidemiologis.

Ciri-Ciri Penelitian Kuantitatif Deskriptif
Secara umum peneletian deskriptif kuantitatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.          Cenderung menggnakan 1 variabel dalam operasionalnya.
b.          Tidak menutup kemungkinan menggunkan dua variabel atau lebih tetapi tidak untuk dihubungkan, dibandingkan atau dicari sebab-akibat.
c.           Anilisi data diarahkan pada pencarian mean, persentase, atau modus.
d.          Analisis data dilakukan setelah semua data terkumpul.
e.          Kegiatan data dimungkinkan untuk dilakukan.

Menurut Furchan (2004) bahwa penelitian deskriptif mempunyai karakteristik menggambarkan suatu fenomena yang ada dengan cara menelaah secara teratur-ketat, mengutamakan obyektivitas dan dilakukan secara cermat. Selain itu, tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan, serta tidak adanya uji hipotesis.

Tahap-tahap Penelitian Kuantitatif Deskriptif
Menurut Sutinah (2013) Penelitian kuantitatif dapat dilakukan dalam lima tahap. Tahap-tahap tersebut dilakukan secara konsisten.
a.    Pemaparan latar belakang
b.    Perumusan masalah penelitian
c.    Mengemukakan tujuan penelitian
d.    Mengemukakan teori yang digunakan dalam penelitian
e.    Mengemukakan metodologi penelitian yang digunakan

Menurut Suryabrata (2014) langkah-langkah pokok pada penelitian deskriptif adalah sebagai berikut.
a.            Defnisikan dengan jelas dan spesifik tujuan yang akan dicapai. Fakta-fakta dan sifat-sifat apa yang perlu diketemukan?
b.            Rancangkan cara pendekatannya! Bagaimana kiranya data akan dikumpulkan? Bagaimana caranya menentukkan sampelnya untuk menjamin supaya sampel representative bagi populasinya? Alat atau teknik observasi apa yang tersedia atau perlu dibuat? Apakah metode pengumpulan data itu perlu di-tryout-kan? Apakah para pengumpul data perlu dilatih terlebih dahulu?
c.             Kumpulkan data
d.            Susun laporan

Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian kuantitatif deskriptif mempunyai tahap-tahap yaitu, (1) Pemaparan latar belakang, (2) Perumusan masalah penelitian, (3) Mengemukakan tujuan penelitian, (4) Mengemukakan teori penelitian, (5) Mengemukakan metodologi penelitian yang digunakan, (6) Kumpulkan data, (7) Susun laporan dengan cara menggambarkan karakteristik atau perilaku suatu populasi dengan cara yang sistematis dan akurat.

Kelebihan dan Keterbatasan Penelitian Kuantitatif Deskriptif
Menurut Purwanto (2012) penelitian kuantitatif mempunyai kekuatan digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang bersifat hasil dari proses yang dihentikan, namun tidak efektif digunakan dalam penelitian yang mempersoalkan tentang proses yang berjalan, dinamika, dan interaksi. Penelitian kuantitatif mempunyai kebenaran yang diterima secara sepakat oleh para pengamat, sehingga kesimpulan yang dicapainya kuat. Adapun kelemahannya adalah perlakuannya pada manusia sebagai makhluk biologis yang pasif dan dapat dikendalikan oleh alam, sehingga perilakunya dapat dimanipulasi dengan memanipulasi lingkungannya.

Savela (2017) menjelaskan bahwa penelitian pendekatan kuantitatif berbeda dengan pendekatan kualitatif, mereka gagal dalam detail. Tidak dapat disangkal bahwa. Setiap item hanya dapat diperiksa sampai batas tertentu, hanya menyediakan jenis informasi tertentu yang berlaku untuk semua item. Karena item harus disisipkan ke dalam sejumlah kategori terbatas, perbedaan halus antara item dalam kategori tersebut tidak dapat diatasi. Di sisi lain, pendekatan kuantitatif dapat menjelaskan tren dan pola penting, sesuatu yang tidak dapat dilakukan pendekatan kualitatif, pendekatan kuantitatif dapat memberikan gambaran luas dan melindungi penelitian dari generalisasi yang salah. Selain itu, pendekatan kuantitatif mungkin juga bahkan menjadi prasyarat dalam penelitian LL.

Secara umum kelbihan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu :
1.           Dapat digunakan untuk menduga atau meramal.
2.           Hasil analisis dapat diperoleh dengan akurat bila digunakan sesuai aturan.
3.           Dapat digunakan untuk mengukur interaksi hubungan antara dua atau lebih variabel.
4.           Dapat menyederhanakan realitas permasalahan yang kompleks dan rumit dalam sebuah model.

Menurut Sumanto (2014:179) Kelemahan penelitian deskriptif antara lain.
1.        Tidak menuntut adanya perlakuan/manipulasi variabel.
2.        Pada studi tertentu hasil penelitian dapat dijadikan pertimbangan dalam meramalkan situasi mendatang.
3.        Menuntut ketajaman berpikir dalam menjelaskan fenomena.
4.        Umumnya hasil penelitian hanya berlaku pada saat ini dan belum tentu berlaku pada masa yang akan datang.
5.        Untuk jenis studi tertentu memerlukan waktu yang relatif lama, konsekuensinya biaya dan tenaga akan lebih besar.

Penelitian deskriptif tidak hanya mencari kebenaran namun lebih kepada pemahan subyek terhadap dunia sekitar. Hal yang dominan dalam penelitian deskriptif, alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa kontrol, dan sumber data kualitatif yang kurang kredibel akan mempengaruhi akurasi hasil penelitian. Menurut Patton dalam Sutopo (2006: 92) triangulasi merupakan cara pemeriksaan keabsahan data yang paling umum digunakan. Cara ini dilakukan dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Pemeriksaan keabsahan data dengan mengkonfirmasikan data yang telah yang diperoleh dengan sumber data dan ahli untuk memastikan keabsahan data yang ada.

Pengertian Penelitian Deskriptif Kualitatif
Penelitian Deskriptif kualitatif merupakan bagian dari jenis penelitian kualitatif. Menurut Nazir (1988), metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki. Sedangkan menurut Sugiyono (2005) menyatakan bahwa metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Menurut Whitney (1960), metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat.

Adapun masalah yang dapat diteliti dan diselidiki oleh penelitian deskriptif kualitatif ini mengacu pada studi kuantitatif, studi komparatif (perbandingan), serta dapat juga menjadi sebuah studi korelasional (hubungan) antara satu unsur dengan unsur lainnya. Kegiatan penelitian ini meliputi pengumpulan data, analisis data, interprestasi data, dan pada akhirnya dirumuskan suatu kesimpulan yang mengacu pada analisis data tersebut.

Dalam penelitian ini, pada umumnya akan terjadi 3 hal kemungkinan masalah yang dibawa oleh peneliti ke penelitian tersebut, diantaranya sebagai berikut :
1.           Masalah yang dibawa peneliti adalah masalah tetap, yaitu judul dari penelitian deskriptif kualitatif mulai awal pengajuan proposal hingga akhir laporan tetap sama.
2.           Masalah yang diajukan oleh peneliti menjadi berkembang serta lebih mendalam sesudah peneliti melakukan penelitian tersebut di lapangan, dalam hal ini tidak terlalu banyak hal yang berubah, hanya butuh penyempurnaan saja.
3.           Masalah yang diajukan oleh peneliti sesudah melakukan penelitian tersebut di lapangan akan berubah total, akan terjadi pergantian objek masalah secara menyeluruh dan akan berbeda dari penelitian awal sebelum memasuki lapangan penelitian.

Setiap penelitian tentunya mempunyai tujuan yang berbeda-beda, termasuk juga penelitian deskriptif kualitatif ini. Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah tidak hanya untuk menjelaskan secara menyeluruh masalah yang akan diteliti dan diamati saja, namun juga ada tujuan lainnya. Tujuan dari penelitian deskriptif kualitatif akan menjadi pedoman bagi kita ketika akan melakukan suatu penelitian

Menurut Bogdan dan Taylor penelitian kualitatif merupakan suatu prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa kata- kata tertulis atau lisan dari orang- orang berprilaku yang dapat diamati dan pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh).
Sementara Kirk dan Miller mendefenisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya.

Menurut Willams peenelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar ilmiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah. Sedangkan Denzim dan Lincon berpendapat pula bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Menurut Jane Richie, penelitian kualitatif adalah upaya untuk menyajikan dunia sosial, dan persfektifnya di dalam dunia, dari segi konsep, perilaku, persepsi, dan persoalan tentang manusia yang diteliti.

Dari beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif adalah  penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motovasi, tindakan dan lainnya, secara holistic dan dengan deskripsi dalam bentuk kata- kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.[1]

1.    Karakteristik Penelitian Deskriptif
Adapun kareteristik penelitian deskriptif yaitu:
1.        Lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung. Penelitian kualitatif mengadakan penelitian pad konteks dari suatu kebutuhan adanya (alami) tanpa dilakukan perubahan dan intervensi oleh peneliti.
2.        Manusia merupakan alat (instrumen) utama pengumpulan data.kualitatif menghendaki peneliti atau dengan bantuan orang lain sebagi alat utama pengumpulan data. Hal ini dimaksudkan agar lebih mudah mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan- kenyataan yang ada di lapangan.
3.        Analisis data dilakukan secara induktif. Penelitian kualitatif tidak dimulai dari deduksi teori, tetapi dimulai dari fakta empiris. Penelitian terjun ke lapangan, mempelajari, menganalisis, menafsirkan, dan menarik kesimpulan dari fenomena yang ada dilapangan.
4.        Penelitian bersifat deskriptif analitik. Data yang diperoleh (berupa kata-kata, gambar, perilaku) tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka statistik, melainkan tetap dalam bentuk kualitatif yang memiliki arti lebih kaya dari sekedar angka atu frekuensi. Peneliti segera nelakukan analisis data dengan member pemaparan gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif.
5.        Tekanan penelitian berada pada proses. Penelitian kualitatif lebih banyak mementingkan segi proses dari pada hasil. Pertanyaan apa (yang dilakukan),  mengapa (hal itu dilakukan) dan bagimana (cara melakukannya) uraian naratif merajut pemaparan suatu fenomena.

6.        Pembatasan penelitian berdasarkan fokus. Penelitian kualitatfi menghendaki ditetapkannya bats atas dasar fokus. Dalam pemikiran fokus terliput di dalam perumusan latar belakang studi dan permasalahan. Fokus juga berarti penentuan keluasan permasalahan dan batas penelitian.
7.        Perencanaan bersifat lentur dan terbuka. Perencanaan (desain) dalam penelitian kualitatif tidak bersifat ketat atau kaku, sehingga sulit untuk diubah. Perencanaan penelitian disusun bersifat lentur dan terbuka disesuaikan dengan kondisi sebenarnya yang ada di lapangan studi.
8.        Hasil penelitian merupakan kesepakatan bersama. Pemaparan sebagai hasil interpretasi dalam penelitian kualitatif dikehendaki merupakan kesepakatan yang diperundingkan dengan subjek-subjek yang dijadikan sumber data.
9.        Pembentukan teori berasal dari dasar. Penelitian kualitatfi manakankan pada kepercayaan terhadap apa adanya yang dilihat, sehingga bersifat netral. Analisis induktif memeberi makna bukan maksud menjaring data untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan.
10.    Pendekatan penelitian menggunakan metode kualitatif. Metode ini digunakan karena lebih mudah mengadakan penyesuaian dengan kenyataan yang berdimensi ganda dan lebih mudah menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan subjek penelitian.
11.    Penelitian yang bersifat menyeluruh (holistik). Penelitian kualitatif mamandang bahwa keseluruhan sebagai suatu kesatuan lebih penting dari pada satu-satu bagian. Karena itu berbagai masalah penelitian tidak dipandang saling lepas.
12.    Makna sebagai perhatian utama penelitian. Penelitian kualitatif mengarahkan pusat perhatiannya kepada cara bagimana orang memberi makna pada kehidupannya.[2]

Menurut Moleong, ciri-ciri metode kualitatif yaitu:
1.               Latar alamiah (penelitian dilakukan pada situasi alamiah dalam suatu kebutuhan).
2.               Manusia sebagai alat (manusia/ peneliti merupakan alat pengumpulan data yang utama).
3.               Analisa data secara induktif (mengacu pada temuan lapangan)
4.               Teori dari dasar/ grounded theory (menuju pada arah penyusunan teori berdasarkan data).
5.               Deskriptif (data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka).
6.               Lebih mementingkan proses daripada hasil.
7.               Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data (punya versi lain tentang validitas, reliabilitas dan obyektivitas).
8.               Adanya batas yang ditentuka ole fokus (perlunya batas penelitian atas dasar fokus yang timbul sebagai masalah dalam penelitian).
9.               Desain yang bersifat sementara (desain penelitian terus berkembang sesuai dengan kenyataan lapangan).
10.           Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama (hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama antara peneliti dengan sumber data).[3]

Prosedur Pengumpulan Data dalam Penelitian Kualitatif
Tehnik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui tehnik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapat data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, sumber dan cara. Bila dilihat dari settingnya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting), pada laboratorium dengan metode eksperimen, di sekolah dengan tenag pendidikan dan kependidikan, di rumah dengan berbagai reponden, pada suatu seminar, diskusi, di jalan dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekumder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau tehnik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi dan gabungan kempatnya.[4]

a.      Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala-gejala dalam objek penelitian. Dalam penelitian, observasi dibutuhkan untuk dapat memahami proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya. Observasi yang dilakukan adalah observasi terhadap sujek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.

Tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian yang dilihat dari perspektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut. Hasil observasi menjadi data penting karena beberapa hal, antara lain:
1.        Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dalam hal yang diteliti.
2.        Observasi memungkinkan peneliti untuk bersifat terbuak, berorientasi pada penemuan dari pada pembuktian dan mempertahankan pilihan untuk mendelati masalah secara induktif.
3.        Observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh subjek penelitian sendiri kurang sadari.
4.        Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek penelitian secara terbuka dalam wawancara.
5.        Observasi memungkinkan peneliti merefleksikan dan bersikap introsfektif terhadap penelitian yang dilakukan. Kesan dan pesan pengamatan akan menjadi bagian dari data pada gilirannya dapat dimanfaaatkan untuk memahami fenomena yang diteliti . [5]

Observasi dibedakan menjadi dua, yaitu observasi partisispan, observasi yang dilakukan oleh peneliti yang berperan serta sebagi anggota serta dalam kehidupan bermasyarakat topik penelitian. Observasi non-partisipan adalah observasi yang menjadikn peneliti sebagai penonton atu penyaksi terhadap gejala atau kejadian yang menjadi topik penelitian. Dalam observasi jenis ini peneliti melihat atau mendengarkan pada situasi sosial tertentu tanpa partisipasi aktif di dalamnya. [6]

Suharsimi Arikunto juga berpendapat observasi dapat dilkukan dengan dua cara, yaitu:
1.        Observasi non- sistematis, observasi yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrument pengamatan.
2.        Observasi sistematis, observasi yang dilakukanoleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrument pengamatan.[7]

Wawancara
Wawancara merupakan alat pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawncara dengan informan dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara. Wawancara harus difokuskan pada kandungan isi yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Keunggulan dan Kelemahan Penelitian kualitatif
Keunggulannya penelitian kualitatif yaitu:
1.        Deskripsi dan interpretasi dari informan dapat diteliti secara mendalam.
2.        Mempunyai landasan teori yang sesuai fakta.
3.        Penelitian  lebih berjalan subyektif.
4.        Sangat efektif digunakan dalam mencari tanggapan dan pandangan karna bertemu langsung.
5.        Adanya pemahaman khusus dalam menganalisa.

Adapun kelemahan dari penelitian kualitatif yaitu:
1.        Peneliti bertanggung jawab besar terhadap informasi yang disampaikan oleh informan.
2.        Bersifat sirkuler.
3.        Perbedaan  antara fakta dan kebijakan kurang jelas.
4.        Ukuran penelitian kecil.
5.        Tidak efektif jika ingin meneliti secara keseluruhan atau besar-besaran.

Keragaman Data
Dalam penelitian untuk skripsi, mahasiswa sering kali kebingungan tentang jenis-jenis data yang digunakan. Padahal untuk mengetahui formula apa yang akan digunakan dalam suatu penelitian kuantitatif baik untuk menentukan formula pengukuran validitas dan reliabilitas instrument, hingga analisis data untuk uji hipotesis, adalah sangat berkaitan erat dengan jenis data yang dimiliki. Untuk itu mahasiswa atau si peneliti harus dapat menengenaljenis data apa yang dimiliki sebagai skala pengukuran.

Berikut ini adalah jenis-jenis variabel yang sering digunakan ditinjau dari jenis-jenis data yang ada. Apa saja variabel tersebut? Yakni Variable Diskrit dan Variabel Kontinyu. Kedua variabel ini termasuk dalam data kuantitatif.

Variabel Diskrit (Discreet Variable)
Variabel Diskrit adalah variabel yang berupa data pengkategorian atau membedakan atau mengelompokkan jenis tertentu. Data jenis ini disebut Data Nominal atau Data Dikotomik. Misalnya: Data dikotomik 1 untuk kategori benar dan 0 untuk kategori salah. Data dikotomi ini sering kali digunakan mahasiswa untuk mengkatogorikan jawaban benar dan salah dari tes-tes jenis objektif semisal pilihan ganda (Multiple Choice Question (MCQ). Contoh lainnya adalah simbol 1 untuk pria dan 2 untuk wanita. Angka 1 0, atau 1 2 hanya merupakan label untuk penanda kategori. Jadi bukan berarti bahwa angka 2 lebih tinggi nilainya dari 1 atau 0. Data tersebut bersifat tetap (setara) dan tentu tidak dapat digunakan dalam operasi hitung.

Selain itu, data yang termasuk dalam Variabel Diskrit (Data Diskrit) adalah data bilangan bulat. Bilangan bulat adalah bilang yang tidak dalam bentuk pecahan/ desimal. Misalnya jumlah penjualan mobil tahun 2016 adalah 300 buah. Data tersebut selalu bulat. Jadi tidak ada 2,5 buah mobil. Contoh lainnya adalah jumlah manusia. Tidak akan ada pernyataan “jumlah penduduk di Jalan G. Obos XVI adalah 101,6 orang”.

Variabel Kontinyu (Continuous Variable)
Berbeda dengan variabel diskrit yang mana data hanya berfungsi sebagai label, maka variabel kontinyu merupakan data yang dapat digunakan untuk operasi hitung. Data kontinyu adalah data yang diperoleh dari hasil penghitungan atau pengukuran, sehingga data tidak hanya berupa bilangan bulat, tetapi juga bisa dalam bentuk desimal, misalnya 2,5.

Data kontinyu juga bisa dalam bentuk bilangan bulat, namun kelompok data tersebut memungkinkan variasinya ke dalam bentuk pecahan. Contoh dari data untuk variabel ini adalah jumlah benar atau salah dalam suatu tes, skor nilai, ranking, tinggi badan, berat badan, panjang, jarak dll. Data tersebut dapat berubah-ubah atau bervariasi.
Berikut ini jenis-jenis data dalam Variabel Kontinyu:
a.    Data Ordinal
Data ordinal merupakan data peringkat. Misalnya juara 1, juara 2 dan juara 3. Angka tersebut mempunyai makna, lebih dari sekedar label seperti pada data nominal di atas. Juara 1 tentu lebih pintar dari juara 2 dan seterusnya.

b. Data Interval(Rentangan)
Data interval merupakan data jenis rentangan yang sudah dapat digunakan dalam operasi hitung. Selain itu, data interval mempunyai adanya jarak yang jelas di antara masing-masing data.
Misalnya, Jika MK I bernilai 1 sks diberikan waktu 50 menit, MK II bernilai 2 sks diberikan waktu 100 menit, dan MK III bernilai 3 sks diberikan waktu 150 menit. Disederhanakan menjadi 50 – 100 – 150. Maka terlihat bahwa masing-masing data mempunyai rentangan sebesar 50.
Contoh lainnya, Berapa kali Anda pergi pulang ke kampong halaman dalam satu tahun? a. 1 kali, b. 2 kali, c. 3 kali, d. 4 kali.  Angka-angka tersebut menggunakan interval 1.

c. Data Rasio
Data rasio merupakan data pengukuran yang paling kompleks dan tentu dapat digunakan dalam opreasi hitung. Angka dalam data rasio merupakan angka yang sesungguhnya, bukan hanya sebagai simbol. Apabila ada angka 0 berarti memang angka 0 yang sebenarnya atau mutlak. Contoh dari data ini adalah data hasil pengukuran/ penghitungan massa, panjang dan waktu.
Misalnya, data berat badan, berat badan A mempunyai berat 45 kg, B mempunyai berat 90 kg. Jika dilihat menggunakan skala rasio berat badan A adalah setengahdari berat badanB.