Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Berbagai Aksi Heroik Mendukung Proklamasi Kemerdekaan Indonesia



Berbagai Aksi Heroik Mendukung Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


Sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan, bendera Merah Putih berkibar di seluruh pelosok negeri. Selain itu, pekik "Merdeka menjadi salam nasional. Keadaan tersebut menggambarkan betapa besamya dukungan rakyat terhadap proklamasi kemerdekaan. Selain itu, dukungan terhadap proklamasi kemerdekaan Indonesia juga ditunjukkan dengan berbagai aksi heroik di berbagai daerah. Berikut beberapa di antaranya.


1. Peristiwa Heroik di Yogyakarta

Pada tanggal 26 September 1945 di Yogyakarta, para pegawai pemerintah dan perusahaan yang dikuasai Jepang mengadakan aksi mogok. Mereka memaksa pihak Jepang untuk menyerahkan semua kantor kepada pihak Indonesia. Tindakan itu diperkuat oleh Komite Nasional Indonesia Daerah Yogyakarta yang mengumumkan berdirinya pemerintah RI di Yogyakarta. Pada tanggal 7 Oktober 1945, rakyat dan BKR merebut langsi/barak Otsukai Butai.


2. Insiden Bendera di Surabaya

Insiden bendera di Surabaya terjadi pada tanggal 19 September 1945. Insiden ini diawali oleh beberapa orang Belanda yang mengibarkan bendera Belanda, Merah Putih Biru, di tiang bendera Hotel Yamato. Tindakan tersebut menimbulkan kemarahan rakyat, yang kemudian membanjiri hotel itu dan menurunkan bendera tersebut serta merobek bendera yang berwarna biru dan mengibarkan kembali sebagai bendera Merah Putih. Peristiwa itu disebut Insiden Bendera atau Insiden Tunjungan.


3. Pertempuran Lima Hari di Semarang Pertempuran Lima Hari di Semarang terjadi pada tanggal 15 sampai 20 Oktober 1945. Pertempuran Lima Hari di Semarang diawali dari peristiwa kaburnya para tawanan bekas tentara Jepang yang akan dijadikan buruh pabrik di daerah Cepiring. Kaburnya tentara-tentara Jepang ke wilayah Semarang ini menimbulkan ketakutan pada diri rakyat Semarang. Kemudian Jepang menguasai pusat persediaan air yang ada di daerah Candi. Keadaan makin meresahkan rakyat saat tersiar desas-desus bahwa Jepang telah meracuni persediaan air minum di daerah Cand Untuk membuktikan desas-desus itu, dr. Karyadi memberanikan diri untuk memeriksa air minum tersebut. Ketika sedang melakukan pemeriksaan, ia ditembak Jepang dan kemudian gugur. Peristiwa terbunuhnya dr. Karyadi menimbulkan amarah rakyat, sehingga berkobarlah pertempuran Lima Hari di Semarang, Sebanyak 2.000 rakyat Semarang menjadi korban dan 100 orang Jepang tewas. Pertempuran ini berhasil diakhiri setelah pimpinan TKR berunding dengan pasukan Jepang. Usaha perdamaian tersebut akhirnya lebih dipercepat setelah pasukan Sekut (Inggris) mendarat di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945. Untuk selanjutnya, pasukan Sekutu menawan dan melucuti senjata Jepang.



4. Peristiwa Heroik di Kalimantan

Dukungan terhadap proklamasi kemerdekaan di Kalimantan dilakukan dengan berdemokrasi, pengibaran bendera Merah Putih, dan mengadakan rapat-rapat. Pada tanggal 14 November 1945, sekitar 8,000 orang berkumpul di komplek NICA (Belanda) dengan mengarak bendera Merah Putih.


5. Peristiwa Heroik di Makassar, Gorontalo, dan Sumbawa

Pemuda dan rakyat mendukung Gubernur Sulawesi, Dr. Sam Ratulangi, dengan merebut gedung-gedung vital dari tangan polisi. Di Gorontalo, para pemuda berhasil merebut senjata dari markas-markas Jepang pada 13 Sepember 1945. Bulan Desember 1945 di Sumbawa, rakyat berusaha merebut markas-markas Jepang. Pada 13 Desember 1945, secara serentak para pemuda melakukan penyerangan terhadap Jepang.


6. Peristiwa Heroik di Aceh

Pada tanggal 6 Oktober 1945 di Aceh, para pemuda dan tokoh masyarakat membentuk Angkatan Pemuda Indonesia. Enam hari kemudian, Jepang meminta agar organisasi tersebut ibubarkan. Pemuda menolak permintaan Jepang, dan timbullah pertempuran. Para pemuda mengambil alih kantor-kantor pemerintah Jepang, melucuti senjatanya, dan mengibarkan bendera Merah Putih.


7. Peristiwa Heroik di Palembang

Pada tanggal 8 Oktober 1945 di Palembang, dr. A. K. Gani memimpin rakyat mengadakan upacara pengibaran bendera Merah Putih. Perebutan kekuasaan di Palembang dilakukan tanpa insiden, karena Jepang berusaha menghindari pertempuran.