Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Persiapan Dalam Mendongeng



Persiapan Dalam Mendongeng

 

Sekarang Anda memasuki  topik yang kedua yaitu persiapan dalam mendongeng. Menjadi seorang pendongeng tidaklah sulit namun juga sebenarnya tidak juga mudah. Perlu beberapa upaya agar mampu menjadi pendongeng yang baik. Seiring digunakannya dongeng dalam pembelajaran terkadang dijumpai beberapa masalah diantaranya dari pendidik maupun anak didik. Dari pendidik merasa kesulitan saat akan memulai cerita dan menutup cerita. Beberapa upaya yang bisa dilakukan  oleh seorang pendidik dalam persiapan mendongeng yaitu dengan mengikuti tahapan dalam mendongeng, langkah-langkah yang tepat dalam mendongeng, pemilihan bahan dongeng yang tepat bagi anak usia dini, termasuk pemilihan media juga penting yang bisa digunakan dalam mendongeng.

 

Tujuan dari pembelajaran ini adalah:

1.      Peserta dapat mendongeng sesuai tahapan usia;

2.      Peserta dapat memahami langkah-langkah mendongeng

3.      Peserta  dapat menjelaskan pentingnya media dalam mendongeng

4.      peserta dapat menjelaskan pemilihan bahan dongeng

 

Dengan mempelajari topik  ini, Anda diharapkan dapat mendongeng sesuai tahapan usia; memahami langkah-langkah mendongeng, menjelaskan pentingnya media dalam mendongeng, menjelaskan pemilihan bahan dongeng, dan dapat diaplikasikannya  pada persiapan mendongeng di dalam pembelajaran.

 

Tahapan Mendongeng

Bapak/Ibu pendidik PAUD, mendongeng adalah bagian dari storytelling yang memiliki kesamaan dalam tahapan pelaksanaanya. Storytelling Menurut Geisler (1997) menyebutkan ada tiga tahapan dalam storytelling, persiapan sebelum acara storytelling dimulai, saat proses storytelling berlangsung, hingga kegiatan storytelling selesai. Untuk lebih jelasnya berikut ini langkah-langkahnya:

 

Kegiatan Pembuka

Pada awal kegiatan, storyteller akan menarik fokus anak-anak dengan sebuah permainan konsentrasi, sehingga tercipta sebuah kontak dua arah antara storyteller dan audience, hal ini karena Geisler mensyaratkan adanya kontak mata antara storyteller dan audience.

Kegiatan Inti

Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan inti yaitu storytelling. Storyteller akan membawakan cerita dengan memperhatikan kata-kata, gesture tubuh, dan permainan suara sehingga menampilkan gambaran visual dalam alam pikir anakanak sebagai audience. Cerita yang akan diberikan adalah satu judul cerita yang akan diberikan selama satu hari. Intensitas pemberian cerita sebanyak satu kali dan satu hari dikaitkan dengan pengalaman yang telah dilalui oleh guru pada sekolah tersebut bahwasanya anak dapat mengingat satu materi atau tema pelajaran saja membutuhkan 4 sampai 6 kali pertemuan. Oleh karena itu, pemberian cerita sebanyak satu kali dan satu hari adalah untuk menghindari bias pengaruh selain treatment storytelling, karena perkembangan anak di usia tersebut sangat cepat. 130

 

Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup adalah memberikan kesempatan kepada audience untuk mengungkapkan pendapatnya secara lisan mengenai cerita yang sudah didengarkan, lalu memberikan kesempatan pula untuk menunjukkannya secara visual di kertas bergambar yang telah dipersiapkan. Kegiatan ini sebagai operasional dari aspek yang ada di dalam teori storytelling dari Geisler yaitu memberikan pengalaman yang bermakna setelah mendengarkan storytelling.

 

Langkah-langkah Mendongeng

Bapak/Ibu pendidik PAUD, pada sub topik ini kita akan membahas tentang Langkah-langkah dalam mendongeng….yuk kita bahas !

Langkah-langkah Mendongeng Abdul Aziz Abdul Majid (dalam Eka Ratnawati, 2010: 20-24) menjelaskan langkah-langkah mendongeng dalam proses pembelajaran yaitu:

 

Pemilihan Cerita

Sebagian orang, secara piawai, mampu menceritakan satu bentuk cerita tertentu dengan baik dibandingkan jenis cerita lain. Seperti penguasaan terhadap cerita-cerita humor, binatang, misteri, dan sebagainya. Memang sebaiknya, pendongeng memilih jenis cerita yang sangat ia kuasai.

 

Persiapan Sebelum Masuk Kelas

Perlu diketahui bagi para pendidik bahwa setiap menit waktu yang digunakan untuk berfikir dan mengolah cerita sekaligus mempersiapkannya sebelum pelajaran dimulai, akan membantu dalam penyampaian cerita dengan mudah. Begitu juga saat menggambarkan berbagai peristiwa di hadapan anak-anak, ia dapat melakukannya dengan jelas. Ia mampu karena ia telah memikirkannya, merancang gambaran alur cerita secara jelas, dan menyiapkan kalimat-kalimat yang akan disampaikannya sebelum masuk kelas.

 

Perhatikan Posisi Duduk Siswa

Ketika bercerita, yang diharapkan adalah perhatian dan pikiran  para siswa dengan sepenuh hati. Oleh karena itu, pendidik harus dapat menguasai cerita yang disampaikan dengan baik, sehingga mereka dapat mengikuti jalan cerita. Posisi duduk yang baik bagi para siswa dalam mendengarkan cerita adalah berkumpul mengelilingi pendidik dengan posisi setengah lingkaran atau mendekati setengah lingkaran.

 

Pentingnya Media Mendongeng

Bapak/Ibu pendidik PAUD,

Media dalam mendongeng adalah salah satu yang bisa digunakan dalam mendongeng, lalu apa fungsi dan manfaat media dalam mendongeng,   media seprti apa yang bisa digunakan dalam mendongeng dan klasifikasi media dalam mendongeng.. yuk kita bahas!

 

Fungsi Media dalam Mendongeng

1) Fungsi Komunikatif

2) Fungsi Motivasi

3) Fungsi Kebermaknaan

4) Fungsi Individualitas

 

Manfaat Media dalam Mendongeng

Kehadiran media menjadi sumber kedua bagi anak untuk menganalisis fakta-fakta cerita. Ikut berperan sebagai pengait antara bentuk dan makna cerita, antara kata-kata dan makna yang tersimpan di dalamnya. Secara garis besar, manfaat media atau alat peraga saat mendongeng antara lain:

1) Bagi pendidik atau penutur

2) Bagi anak atau audience

Klasifikasi Media dalam Mendongeng

1) Dilihat dari sifatnya, media mendongeng dibagi ke dalam:

a. Media auditif

b. Media visual.

c. Media audiovisual

 

2) Dilihat dari bentuknya, media mendongeng dapat diklasifikasikan menjadi:

a. Media Grafis

b. Media Objek

c. Media Realistis.

 

3) Dilihat dari cara atau teknik pemakaian, media mendongeng dibagi menjadi:

Media yang membutuhkan perangkat atau pemutar lain seperti musik ilustrasi, slide powerpoint, dan lain sebagainya.

Media yang tidak membutuhkan perangkat lain, bisa langsung digunakan dan dimainkan pada saat berada di hadapan anak-anak seperti buku, boneka, gambar / kartu cetak, alat musik, dan benda-benda lain.

Kriteria Memilih Media Mendongeng

Kriteria yang dimaksud antara lain:

Sesuai dengan kebutuhan dan taraf berpikir anak

Menarik minat dan sesuai dengan tujuan atau pesan yang ingin disampaikan

Dapat mendukung alur cerita sehingga mudah dipahami anak.

 

Efektif dan fleksibel, mudah diperoleh atau dibuat sendiri dengan atau tanpa melibatkan anak-anak menyesuaikan dengan waktu persiapan, biaya, kualitas, situasi dan kondisi yang ada.

Sesuai dengan keterampilan yang dimiliki guru sebagai penutur, sehingga diharapkan mampu menjalin interaksi dengan anak saat menggunakan media tersebut ketika menyampaikan cerita

 

Pemilihan Bahan Mendongeng

Pada bagian ini Anda akan mempelajari bagaimana pemilihan bahan mendongeng. Yuk kita bahas !

Ada tiga hal yang harus dijadikan landasan utama dalam pemilihan bahan dongeng, yaitu:

 

Isi

Sebuah dongeng yang baik haruslah dongeng yang isinya mengajarkan karakter, moral, dan pengetahuan keilmuan. Aspek moral dalam dongeng hendaknya tidak menyiratkan kesan ambiguitas moralitas. Beberapa dongeng seperti ini banyak ditemui dalam konteks ke Indonesiaan, misalnya dongeng tentang kancil dan buaya, cerita anak yang membangkitkan dendam, dan cerita tentang ibu tiri yang kejam, dongeng semacam ini hendaknya tidak dipilih pendidik sebagai bahan ajar mendongeng.

 

Struktur

Dongeng yang baik haruslah memiliki struktur yang jelas dan lengkap. Artinya, dongeng tersebut harus memiliki tokoh yang memiliki daya hidup, alur yang memiliki sifat plausibilitas, suspensi, surprise, dan misterius; seting yang mengandung metafora dan bukan hanya sekedar atmosfer cerita, dan sudut pandang yang jelas (Abidin, 2012). Selain itu, struktur dongeng secara utuh juga hendaknya dapat dikembangkan melalui kegiatan lain pasca mendongeng semisal bermain peran, games, ataupun kegiatan lain (Abidin, 2010).

 

Keterpahaman

Dongeng yang dipilih juga hendaknya dongeng yang dapat dipahami anak. Ini berarti dongeng haruslah sesuai dengan perkembangan psikologis anak dan sesuai pula dengan latar belakang anak. Dongeng-dongeng yang terlalu bersifat dewasa, jauh dari daya jangkau anak, dan memiliki jalan cerita yang terlalu kompleks hendaknya tidak dipilih untuk dijadikan bahan mendongeng bagi anak usia dini (Davies, 2007).