Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pendidikan Sebagai Ilmu dan Seni

 


Pendidikan Sebagai Ilmu dan Seni


Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi manusia, tanpa pendidikan maka hidup seseorang tidak akan terarah. Menurut KI Hajar Dewantara dalam (Marwah et al., 2018)  pendidikan adalah segala usaha dari orang tua terhadap anak-anak dengan maksud menyokong kemajuan hidupnya (1961 471). Pengertian pendidikan menurut KI Hajar Dewantara diungkapkan secara singkat, namun dalam kalimat singkat tersebut memiliki makna yang sangat luas. Pengertian lain diungkapkan oleh (Redja  Mudyahardjo dalam Noor, 2018) bahwa pendidikan adalah keseluruhan pengalaman belajar setiap orang sepanjang hidupnya. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu proses belajar yang ditempuh manusia sepanjang hidupnya.

 

Pendidikan disebut sebagai ilmu karena pendidikan meliputi berbagai keilmuan yang bersifat teori dan praktik dengan menggunakan metode ilmiah yang memiliki desain pembelajaran. Pendidikan sebagai ilmu memiliki sifat empiris, rokhaniah, normatif dan historis.

 

Pendidikan dikatakan sebagai seni karena proses dan hasilnya meliputi sebuah perasaan yang menghasilkan karya dan memiliki nilai. Sebagaimana yang diungkapkan oleh A.S Neil. Menurut beliau mendidik dan mengajar bukanlah suatu ilmu tetapi itu adalah seni, karena kita tau bagaimana dapt hidup dengan anak-anak sehingga seolah-olah kita menjadi seperti anak-anak.

 

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut

1.     Bagaimana karakteristik Pendidikan sebagai ilmu ?

2.     Bagaimana karakteristik Pendidikan sebagai seni ?

3.     Bagaimana Pendidikan sebagai paduan ilmu dan seni ?

 

Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut

1.   Mengetahui karakteristik Pendidikan sebagai ilmu .

2.   Mengetahui . karakteristik Pendidikan sebagai seni

3.   Mengetahui Pendidikan sebagai paduan ilmu dan seni.

 

Manfaat

Berdasarkan tujuan penulisan, diharapkan dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut

1.     Dapat menambahkan ilmu pengetahuan yang baru, khususnya bagi para pembaca mengenai pentingnya status keilmuan pendidikan, konsep pengetahuan dan ilmu pengetahuan, karakteristik dan kriteria ilmu pengetahuan, peran pendidikan sebagai ilmu pengetahuan, mendidik sebagai seni dan teknik, serta mempelajari seni didik dan teknik pendidikan secara ilmiah.

2.     Dapat dijadikan sebagai masukan dan sumber referensi bagi mahasiswa khususnya pada bidang pendidikan untuk ditelusuri lebih dalam terkait landasan pendidikan.

 

Pendidikan Sebagai Ilmu dan Seni

A. Karakteristik Pendidikan Sebagai Ilmu

1. Landasan Ilmu

Landasan ilmu dapat diartikan sebagai dasar atau titik tolak untuk patokan ilmuwan dalam penelitiannya juga berguna untuk dikembangkan pada penelitian selanjutnya dalam proses pemahaman fenomena. Biasanya paham ini bersumber pada aliran filsafat, sebab filsafat merupakan induk ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, landasan Iilmu terdalam adalah filsafat.

 

2. Objek Studi Ilmu

Objek ilmu merupakan bahan yang nyata untuk melakukan sebuah penelitian. Onjek ilmu dibedakan menjadi 2 yakni, objek material dan objek formal. Objek material merupakan materi yang menunjukkan bahan ilmu tersebut.garis besarnya onjek material ada dua macam 1) alam yang melahirkan ilmu kealaman seperti fisika, biologi dan kimia, 2) manusia yang melahirkan ilmu sosial seperti sosiologi, ilmu pendidikan, psikologi, dan ilmu politik. Objek formal ilmu meripakan bahan yang bisa menjadi pembeda dengan ilmu lain. Jika dalam ilmu alam materinya sama, namun yang dibahas memiliki objek formal berbeda seperti fisika membahas fenomena fisik sedangkan kimia membahas penelitian zat dan proses.

 

3. Metode Ilmu

Metode ilmu (metode ilmiah) merupakan proses kerja secara sistematis berdasarkan pengalaman dengan hipotesis tertentu. Bertujuan untuk mendapatkan produk yang logis, sah, dan tepat juga dapat dipercaya sesuai aturan dan fakta empiris.

Pendekatan empiris merupakan pendekatan untuk memastikan apakah hipotesis sesuai dengan pengalaman. Maka, ada pembeda antara pendekatan empiris dengan pengetahuan sesuai dengan fakta, dan pengetahuan yang tidak sesuai dengan fakta.

Pengelompokan metode ilmiah berdasarkan pendekatan empiris yaitu metode kualitatif (data deskriptif, hasil evaluasi teori sebelumnya, teknik penelitian studi kasus, penelitian tindakan, observasi, dan instrumen utamanya yakni peneliti itu sendiri) dan metode kualitatif (berkarakter jumlah, menguji teori, memproses data dalam bentuk angka, perhitungan menggunakan statistik, teknik penelitian eksperimen, survey, dan obeservasi terstruktur).

 

B. Pendidikan Sebagai Ilmu Pengetahuan

1.     Konsep Ilmu Pendidikan

Sejarah lahirnya pendidikan sebagai satu cabang ilmu yang berdiri sendiri, persisnya tidak diketahui. Namun menurut Jusuf A.Faisal, dalam Yusuf, M. (1982) bahwa kehadiran ilmu pendidikan adalah masih tergolong ilmu yang relatif muda. Walau tergolong muda, ilmu pendidikan menjadi cabang ilmu yang demikian penting, karena menyangkut kelanjutan kehidupan umat manusia.. Ada dua istilah penting yang hampir sama dengan ilmu pendidikan, yaitu paedagogie dan paedagogiek. Menurut Ngalim Purwanto dalam Rasyidin, W. (2017) Paedagogie artinya pendidikan, sedangkan Paedagogiek berarti ilmu pendidikan.

Menurut Driyarkara dalam Siswoyo, D. (1996). “Ilmu pendidikan adalah pemikiran ilmiah (pemikiran yang bersifat kritis, metode dan sistematis) tentang realita yang kita sebut pendidikan (mendidik dan didik)”. Kritis berarti juga seseorang harus menerima suatu pengetahuan atas dasar penelaahan berdasarkan argumen kuat. Orang kritis adalah orang yang mengerti betul, ingin mengetahui seluk beluk dan dasar-dasarnya. Memiliki metode berarti bahwa dalam proses berpikir dan menyelidiki, orang menggunakan suatu cara tertentu. Sistematis berarti dalam suatu proses. pemikir ilmiah dijiwai oleh ide yang menyeluruh dan terpadu , dapat juga dikatakan merupakan satu kesatuan (saling berkaitan).

 

2.   Karakteristik Ilmu Pendidikan

Menurut Rasyidin, W. (2017) suatu disiplin atau suatu hasil bidang kajian, dapat dipandang sebagai ilmu, dimana bila disiplin tersebut memiliki karakteristik pokok yang menjadi kriteria sehingga dapat dikategorikan sebagai ilmu pengetahuan. Salah satu ciri ilmu pendidikan adalah memiliki landasan keilmuan yang tepat, ilmu yang bersifat normatif, dan ilmu bersifat teoritis praktis. Selain itu sesuai dengan teori ilmu pengetahuan (epistemologi), yang mempersyaratkan bahwa suatu disiplin dapat dikategorikan sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri (otonom) apabila memenuhi tiga persyaratan, yaitu memiliki obyek material dan obyek formal, memilki sistematika yang jelas dan memiliki metode yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

 

a.     Landasan ilmu Pendidikan

Pendidikan berhubungan langsung dengan tujuan hidup dan kehidupan individu maupun masyarakat yang menyelengarakan pendidikan. Pendidikan tidak dapat dipahami seluruhnya, tetapi memahami tujuan akhir, yang bersumber kepada tujuan serta pandangan hidup manusia.. Oleh karena itu ilmu pendidikan hanya akan dapat berdiri kokoh dan berkembang dengan pesat apabila berlandaskan agama, pandangan hidup, filsafat hidup sertu ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pendidikan juga menapakan ilmu yang normatif, senantiasa terikat dengan nilai-nilai luhur dan norma-norma yang bersumber dari agama, norma masyarakat, filsafat dan pandangan hidup. Nilai-nilai yang bersumber dari agama merupakan landasan yang paling kuat. karena dengan berlandaskan agama, maka norma-norma yang diemban oleh ilmu pendidikan tidak mudah goyah dan tidak terlalu subjektif.

 

Menurut pendapat Madjid Noor dalam Rasyidin, W. (2017) harus diakui juga bahwa banyak ilmuwan pendidikan yang belum menyadari betapa pentingnya peran agama sebagai landasan bagi pengembangan ilmu pendidikan dan bagi praktek pendidikan. Hal ini tampak dalam berbagai tulisan atau buku-buku tentang ilmu pendidikan, baik dari dalam maupun luar negri. Pada umumnya para ilmuwan atau filsuf pendidikan hanya mengemukakan filsafat sebagai landasan pendidikan. pandangan ini benar apabila filsafat yang dijadikan landasan pendidikan bersumber dari agama. Walaupun tilsafat dijadikan landasan pendidikan, maka cabang-cabang filsafat yang tepat memberikan landasan bagi ilmu pendidikan adaläh filsafat pendidikan, filsafat etika/filsafat moral, dan filsafat ilmu.

 

b.     Obyek ilmu Pendidikan

Selaras dengan pandangan Anggraeni, A. (2020) bahwa setiap ilmu pengetahuan memiliki objek yang dapat dibedakan kepada objek material dan objek formal. Objek material merupakan objek yang dilihat dari wujud bendanya, sedangkan objek formal adalah objek yang dilihat dari apa yang dibahas dalam ilmu itu sendiri. Obyek formal pedagogik, menurut M.J. Langeveld dalam Rasyidin, W. (2017) adalah situasi pendidikan situasi pedagogis. Situasi pendidikan adalah kegiatan mendidik yang terjadi dalam pergaulan antara orang dewasa (pendidik) dengan orang yang belum dewasa (anak didik), dengan kewibawaannya pendidik secara sengaja membantu anak didik agar terarah pada tujuan pendidikan yakni mencapai kedewasaan

 

Adapun menurut D. Sudjana dalam Rasyidin, W. (2017) objek formal ilmu pendidikan adalah perkembangan pengalaman manusia sebagai makhluk individual, sosial dan unik sepanjang hayatnya yang dapat dan harus dibelajarkan sehingga terwujud sikap dan perilaku yang kondusif untuk meningkatkan kualitas hidup dan kehidupannya.

 

Dari kedua pendapat tersebut nampak jelas bahwa pendapat pertama lebih menekankan pada situasi pendidikan yang menjadi garapan ilmu pendidikan anak. Situasi pendidikan tidak lain adalah interaksi edukatif antara pendidik sebagai orang dewasa yang berupaya sengaja mempengaruhi membantu anak didik yang belum dewasa agar terarah pada tujuan pendidikan. Sedangkan pendapat yang kedua memandangkan bahwa pendidikan itu tidak hanya terbatas pada kegiatan mendidik yang terjadi dalam pergaulan antara pendidik (orang dewasa) dengan peserta didik (anak belum dewasa) yang tertuju pada kedewasaan, tetapi mencakup kegiatan kegiatan pendidikan dalam bentuk pengalaman belajar sepanjang hayat. Dari lapangan pembahasan ilmu pendidikan tersebut saya berpandangan bahwa dari segi objek material ilmu pendidikan adalah manusia, sedangkan objek formalnya (sudut pandangannya) adalah kegiatan menusia dalam membimbing perkembangan kepribadian dan kemam- puan manusia lain ke arah tujuan yang diharapkan.

 

c.      Metode ilmu pendidikan

“Ilmu pendidikan sebagaimana ilmu-ilmu lain menggunakan metode penelitian ilmiah, yakni prosedur yang menggunakan pola pikir dan pola kerja yang sistematis untuk mendapatkan kebenaran pengetahuan yang sah (valid) dan dapat dipercaya (reliabel)”. Rasyidin, W. (2017)

“Metode Ilmiah dari Ilmu pendidikan adalah keadaan nyata yang dilakukan, dialami manusia, dan harus dipahami oleh manusia. Untuk sampai kepada pemahaman tersebut dibutuhkan cara menganalisis tertentu (metode tertentu)” Yusuf, M. (1982).

 

Metode penelitian yang digunakan ilmu pendidikan menurut Rasyidin, W. (2017) terdiri atas metode kuantitatif, dan metode kualitatif, bahkan menggabungkan keduanya. Metode-metode penelitian yang dominan dalam pengembangan keilmuan dan program pendidikan adalah survey, eksperimen, studi kasus, kaji tindak (action research), dan penelitian masa depan (futures research). Metode-metode tersebut penting sehingga ilmu pendidikan dapat mengimplementasikan fungsi menggambarkan (description), menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction), dan pengendalian (control) terhadap fenomena dan gejala-gejala pendidikan.

 

C. Karakteristik Pendidikan Sebagai Seni

Dalam kehidupan manusia, seni selalu ikut andil dan tidak pernah absen dalam perkembangannya, termasuk dalam dunia pendidikan. Seni pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu merupakan sinonim dari ilmu. (Ardipal, 2012) mengemukakan bahwa seni dalam kehidupan manusia ikut mendidik manusia dan masyarakat menjadi beradab, agar kehidupan manusia menjadi lebih harmonis serta seni juga menjadikan manusia berbudi luhur. (Highet, 1951) mendefinisikan mengajar sebagai sebuah seni, mengajar seperti melukis dan mengajar melibatkan emosi, penghayatan, inspirasi, improvisasi dan hati sanubari. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa mendidik atau mengajar erat kaitanya dengan sebuah seni atau memerlukan seni dalam prosesnya. Mendidik dan mengajar bukan hanya suatu ilmu tapi juga sebuah seni. Sebagai sebuah seni, mendidik tidak cukup dengan memiliki pengalaman, menguasai ilmu pengetahuan, dan menerapkan teknologi, tetapi juga perlu melibatkan aspek seni.

 

Pendidikan sebagai paduan ilmu dan seni dikemukakan oleh A.S. Neil (1996) Menurutnya “mendidik dan mengajar bukanlah suatu ilmu, tapi adalah seni. Mendidik yang diartikan sebagai seni ialah bagaimana kita dapat hidup dengan anak-annak dan dapat mengerti anak-anak sehingga seolah-olah kita menjadi seperti anak-anak. Gramophone dapat menyajikan pelajaran dengan baik, tapi hal seperti itu tak dapat menemukan suatu hubungan yang vital dengan anak-anak. Sydney J. Haris mengemukakan “Bagaimana caranya beberapa guru dapat menguasai kelasnya dengan sangat mudah, dan tidak mempunyai kesulitan-kesulitan mengenai disiplin,sedangkan guru-guru lain harus berteriak,memohon,mengancam, dan masih tidak dapat apa-apa dengan murid-murid yang suka ribut?”. Haris menyatakan bahwa hal ini sangat banyak hubungannya dengan ke-“authentic”-an guru,sangat berhubungan dengan kewibawaan guru,karena kewibawaan adalah lebih dari sekedar kedudukan resmi dan kemampuan untuk memberikan hadiah itu muncul dari dalam kepribadian seseorang. Hanya seseorang yang berkepribadian yang menggetarkan orang lain.pengetahuan tidaklah cukup. Teknik tidaklah cukup. Sekedar pengalaman juga tidak cukup. Ini adalah suatu misteri di dalam suatu proses mengajar dan sama dengan misteri yang terdapat di dalam proses penyembuhan (kedokteran). Masing-masing adalah seni lebih dari sekedar pengetahuan atau keterampilan, dan seni itu melandasi kemampuan untuk “berlagu dengan panjang gelombang orang lain” (Battle dan Shannon,1982).

 

Selain itu, paham konstruktivisme juga mengakui bahwa pendidikan bukan sekedar ilmu,melainkan juga seni.Dalam analisis implikasi konstruktivisme terhadap proses mengajar Paul Suparno (1997) mengemukakan bahwa “Tugas guru adalah membantu agar siswa dapat mengkonstruksi pengetahuannya sesuai dengan situasinya yang konkret maka strategi mengajar perlu juga disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi murid. Oleh karena itu, tidak ada suatu strategi yang satu-satunya yang dapat digunakan dimanapun dan dalam situasi apapun. Strategi yang disusun selalu hanya menjadi tawaran dan saran,bukan suatu menu yang sudah jadi.Setiap guru yang baik akan memperkembangkan caranya sendiri. Mengajar adalah suatu seni yang menuntut bukan hanya penguasaan teknik,melainkan juga intuisi”.

 

Ada dua pandangan mengenai pendidikan yang masih kuat pengaruhnya sampai sekarang. Pandangan yang pertama yakni mendidik bersifat kreatif atau mencipta karena melalui pendidikan manusia dapat mengembangkan kepribadiannya sehingga menjadi manusia baru dengan kemungkinan baru yang lebih baik. Sementara pandangan yang kedua ialah sebagaian orang mendukung pendidikan dasar namun pendidikan dasar yang tidak terlalu bermutu. Berdasarkan pandangan pertama, pendidik tidak harus menguasai semua faktor dalam situasi pendidikan. Namun, pendidik harus menciptakan situasi-situasi baru yang menyebabkan terdidik akan mencapai hal-hal baru yang lebih baik. Sementara itu, berdasarkan pandangan kedua, pendidikan dasar yang tidak terlalu bermutu itu mencakup menulis, membaca dan berhitung. Jika hanya mencakup hal tersebut semua orang bisa mendidik tanpa harus menguasai seni didik. Mendidik pada dasarnya sama dengan mengajar dan berlatih yang bersifat lahiriyah, asalkan menguasai alat dan metodenya maka pendidik akan membentuk dan mempengaruhi terdidik dengan sebaik-baiknya. (Basri dalam Lanadasan Pendidikan, 2022). Pendidikan sebagai sebuah teknik artinya pendidikan termasuk ke dalam sebuah teknologi. Siapapun yang menguasai alat dan metode untuk mendidik beliau akan dapat menjadi seorang pendidik yang efektif.

 

D. Pendidikan Sebagai Paduan Ilmu Dan Seni

Pendidikan merupakan sebuah sistem. Sebagai sistem, aktivitas pendidikan terbangun dalam beberapa komponen, yaitu pendidik, peserta didik, tujuan pendidikan, alat pendidikan, dan lingkungan pendidikan (Saat, 2015). Pendidikan adalah segala daya upaya dan semua usaha untuk membuat masyarakat dapat mengembangkan potensinya agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, berkepribadian, memiliki kecerdasan, berakhlak mulia, serta memiliki keterampilan yang diperlukan sebagai manusia (Rini & Tari, 2013). Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan sebuah sistem yang melibatkan banyak komponen dan dilakukan sebagai usaha untuk mengembangkan potensi diri agar menjadi manusia yang ideal. Dalam aktivitasnya, pendidikan melibatkan berbagai aspek seperti pendidik, peserta didik, tujuan, alat dan lingkungan. Setiap pendidik merupakan seseorang yang mendidik atau melakukan pendidikan kepada terdidik atau peserta didik.

 

Mendidik adalah suatu proses menghantarkan seorang anak menuju tahap demi tahap perkembangannya dan memastikan anak dapat melaluinya dengan baik (Trianingsih, 2016). Mendidik merupakan suatu proses "transfer" ilmu yang bukan saja memerlukan ketekunan dan kesabaran tetapi juga merupakan sebuah seni yaitu inspirasi (Tea dan Tauhid, 2009). Sehingga dapat disimpulkan bahwa mendidik merupakan proses mentransfer ilmu pengetahuan atau proses mengantarkan anak menuju tahap perkembangan. Orang tua memiliki peranan utama dalam mendidik anak. Sementara guru memiliki peran yang dibatasi oleh waktu. Namun, guru dan orang tua sama-sama memiliki peran penting dalam mendidik anak.

 

Pandangan bahwa mengajar (mendidik) tidaklah seni semata, tetapi juga ilmu dikemukakan oleh Charles Silberman. Silberman antara lain menyatakan “Yakin mengajar-seperti praktek kedokteran-banyak merupakan suatu seni, yang memerlukan latihan bakat dan kreativitas. Tetapi seperti kedokteran,mengajar adalah juga menjadi sebuah ilmu, karena berkenaan dengan suatu perbendaharaan teknik-teknik, prosedur-prosedur, dan kecakapan-kecakapan yang dapat dipelajari dan diterangkan secara sistematis, dan oleh karena itu ditransmisikan dan dikembangkan”(Redja Mudyahardjo, 1995).

 

Dalam proses pembelajaran di sekolah dasar, praktek pendidikan merupakan suatu paduan dari ilmu dan seni. Karena dalam praktek pendidikan tersebut seorang guru selain memiliki ilmu juga harus memiliki kreatifitas atau seni. Di sekolah dasar, ketika dalam proses pembelajaran seorang guru hanya mengandalkan ilmu tanpa menggunakan kreatifitasnya dalam mengajar maka tidak dapat dipungkiri para siswa yang masih dalam usia bermain akan merasa jenuh. Seorang guru di sekolah dasar, sebaiknya menggunakan beberapa kreatifitas dalam mengajar. Misalnya dengan cara menyisipkan permainan atau nyanyian dalam proses praktek pendidikan. Karena dengan cara seperti itu anak sekolah dasar yang masih tergolong usia bermain akan lebih merasa nyaman ketika mereka melakukan proses pembelajaran dan mereka akan lebih mudah menerima pelajaran tersebut.

 

Demikianlah, pandangan pendidikan sebagai seni tidak perlu dipertentangkan dengan pandangan pendidikan sebagai ilmu. Pendidik merupakan ilmu pendidikan dalam rangka memahami dan mempersiapkan suatu praktek pendidikan, namun dalam prakteknya pendidik harus kreatif, scenario atau persiapan mengajar hanya dijadikan rambu-rambu saja, pendidik perlu melakukan improvisasi. Dalam hal ini pendidik harus memperhatikan karakteristik peserta didik. Esensinya, bahwa praktek pendidikan itu hendaknya merupakan paduan ilmu dan seni.

 

A. Kesimpulan

Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran yang ditempuh manusia sepanjang hidup. Pendidikan merupakan suatu cabang ilmu yang berdiri sendiri. Sebagai sebuah ilmu, pendidikan terdiri seperangkat pengetahuan, pendapat atau pandangan mengenai gejala atau fenomena pendidikan yang disusun secara sistematis sebagai hasil pemikiran kritis dengan menggunakan metode riset tertentu. Pendidikan bercorak teoritis yang artinya bersifat normatif dan bercorak praktis yang artinya pendidikan harus dilaksanakan. Karakteristik ilmu pendidikan yakni memiliki landasan keilmuan yang tepat, ilmu yang bersifat normatif, teoritis dan praktis. Pendidikan memiliki hubungan langsung dengan kehidupan individu manusia yang menyelenggarakan pendidikan. Sebagai suatu ilmu pengetahuan, pendidikan memiliki objek kajian tertentu yakni manusia sebagai objek material dan kegiatan manusia dalam membimbing perkembangan kepribadian sebagai objek formal.

 

Proses yang terjadi dalam pendidikan melibatkan banyak komponen yakni adanya pendidik, peserta didik, tujuan pendidikan, alat pendidikan dan lingkungan pendidikan. Pendidik merupakan tenaga ahli di bidang pendidikan yang berperan untuk mendidik peserta didik. Sedangkan peserta didik ialah seseorang yang dididik. Mendidik merupakan proses mentransfer ilmu pengetahuan atau proses mengantarkan anak menuju tahap perkembangan. Mendidik sering dikatakan sebagai sebuah seni dan teknik. Hal ini dikarenakan dalam mendidik diperlukan adanya teknik atau metode agar tujuan pedidikan dapat tercapai. Selain itu, mendidik juga memerlukan sebuah seni atau sentuhan seni dalam prosesnya. Hal ini bertujuan agar proses mendidik dapat memberikan kesan karena dilakukan dengan kreatif, inovatif dan menyenangkan. Diperkuat oleh pendapat (Ardipal, 2012) yang mengemukakan bahwa seni dalam kehidupan manusia ikut mendidik manusia dan masyarakat menjadi beradab, agar kehidupan manusia menjadi lebih harmonis serta seni juga menjadikan manusia berbudi luhur. Oleh karena itu, mendidik memerlukan sentuhan seni dan sebuah teknik. Siapapun yang menguasai alat dan metode untuk mendidik akan menjadi seorang pendidik yang efektif.

 

Pandangan pendidikan sebagai seni tidak perlu dipertentangkan dengan pandangan pendidikan sebagai ilmu. Pendidik merupakan ilmu pendidikan dalam rangka memahami dan mempersiapkan suatu praktek pendidikan, namun dalam prakteknya pendidik harus kreatif, scenario atau persiapan mengajar hanya dijadikan rambu-rambu saja, pendidik perlu melakukan improvisasi. Dalam hal ini pendidik harus memperhatikan karakteristik peserta didik. Esensinya, bahwa praktek pendidikan itu hendaknya merupakan paduan ilmu dan seni.

 

B. Saran

Pendidikan menjadi aspek terpenting untuk mengembangkan ilmu pengetahuan di dunia. Kemampuan seorang pendidik dalam memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik sangatlah berperan dalam tercapainya tujuan pendidikan. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari sebuah seni dan sebuah teknik. Makalah ini menyajikan berbagai konsep dan argumen-argumen penulis mengenai pendidikan sebagai ilmu, pendidikan sebagai seni dan pendidikan sebagai paduan ilmu dan seni. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya. Namun, penulis menyadari banyak sekali kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis menyarankan agar pihak-pihak yang membaca makalah ini dapat memberikan kritik yang membangun serta melakukan penelitian lebih mendalam mengenai hal-hal yang dikemukakan dalam makalah. Hal ini bertujuan untuk menambah ilmu pengetahuan baru yang tidak tersampaikan dalam makalah ini.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Marwah, S. S., Syafe’i, M., & Sumarna, E. (2018). Relevansi Konsep Pendidikan Menurut Ki Hadjar Dewantara Dengan Pendidikan Islam. TARBAWY  Indonesian Journal of Islamic Education, 5(1), 14. https//doi.org/10.17509/t.v5i1.13336

Noor, T. (2018). Rumusan Tujuan Pendidikan Nasional Pasal 3 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003. Wahana Karya Ilmiah Pendidikan, 2(1), 123–144.

Rasyidin, W., Sadulloh, U., Suyitno, Y., Kesuma, D., Somarya, D., Kurniasih, Robandi, B., Setiasih, O., Hendriani, A., Nuryani, P., & Syaripudin, T. (2020). Landasan pendidikan (M. D. Haryadi (ed.); kedua). UPI Press. http//upipress.upi.edu/produk/buku_detail/256/LANDASAN_PENDIDIKAN

AFNIS, T. (2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan Masyarakat Dengan Perilaku Masyarakat Dalam Manajemen Stres Di Dukuh Tengah Desa Nambangrejo Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Ponorogo).

Faot, M. I. (2019). Hubungan Pengetahuan Tentang Karies Gigi Dengan Motivasi Untuk Melakukan Penumpatan Karies Gigi (Pada Pasien di Poli Gigi Puskesmas Kota Soe) (Doctoral dissertation, Jurusan Keperawatan Gigi).

Rasyidin, W. (2017). Landasan Pendidikan. Bandung UPI Press.

Yusuf, M. (1982). Pengantar ilmu pendidikan. Jakarta Ghalia Indonesia.

Siswoyo, D. (1996). Ilmu pendidikan dalam tantangan. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 1(1).

Anggraeni, A. (2020). Menegaskan Manusia sebagai Objek dan Subjek Ilmu Pendidikan. Pelita Bangsa Pelestari Pancasil

Saat, S. (2015). Faktor-Faktor Determinan Dalam Pendidikan (Studi Tentang Makna Dan Kedudukannya Dalam Pendidikan). Al-TA'DIB Jurnal Kajian Ilmu Kependidikan, 8(2), 1-17.

Rini, Y. S., & Tari, J. P. S. (2013). Pendidikan hakekat, tujuan, dan proses. Jogyakarta Pendidikan Dan Seni Universitas Negeri Jogyakarta.

Trianingsih, R. (2016). Pengantar praktik mendidik anak usia sekolah dasar. Al Ibtida Jurnal Pendidikan Guru MI, 3(2), 197-211.

Tea, T., & Tauhid, D. I. (2009). Inspiring Teaching mendidik penuh inspirasi.

Ardipal, A. (2012). Peran Seni dalam Pengajaran. Komposisi Jurnal Pendidikan Bahasa, Sastra, Dan Seni, 9(2). https//doi.org/10.24036/komposisi.v9i2.91

Highet, G. (1951). The art of teaching.

Landasan Pendidikan. (2022). (n.p.) Yayasan Kita Menulis.