Mendongeng Dalam Pembelajaran
Mendongeng Dalam Pembelajaran
Mengapa Anda Harus Mempelajari Ini ?
Bapak/Ibu Pendidik PAUD yang tercinta, kita
sampai pada topik ke-3 yaiyu mendongeng
dalam pembelajaran. Ada tiga tahapan utama dalam mendongeng yaitu kegiatan
pembuka, inti dan penutup. Adapun langkah-langkah mendongeng
dalam proses pembelajaran yang
dijelaskan oleh Abdul Aziz Abdul Majid
(dalam Eka Ratnawati, 2010: 20-24)
yaitu: pemilihan cerita, persiapan masuk kelas dan perhatian posisi
duduk siswa. Dalam mendongeng media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa
sehingga proses belajar terjadi yang memiliki
fungsi sebagai memudahkan dalam komunikasi, memotivasi anak,
kebermaknaan dan individualisme. Ada berbagai jenis media dan alat peraga yang
dapat digunakan oleh pendidik sebagai penutur saat mendongeng yaitu; dilihat
dari sifatnya media terbagi 3 yaitu media auditif, visual dan
audiovisual. Sedangkan menurut
bentuknya media terbagi menjadi media grafis, objek dan realistis. Selain media dongeng, bahan mendongeng juga menjadi hal yang utama
dalam persiapan mendongeng. Untuk mencapai tujuan mendongeng dalam
mengembangkan berbagai potensi anak usia dini,
ada tiga hal yang harus dijadikan landasan utama pemilihan bahan dongeng
yaitu isi, struktur dan keterpahaman dongeng.
Adapun tujuan dari pembelajaran ini adalah:
1. Peserta dapat mendongeng sesuai tahapan usia
2. Peserta dapat mendongeng sesuai dengan
aspek perkembangan anak usia dini;
3. Peserta dapat memahami hal-hal yang harus
diperhatikan saat mendongeng dalam proses pembelajaran;
4. Peserta dapat mengetahui kendala yang dihadapi
pendidik dalam mendongeng
5. Setelah mempelajari topik ini, Anda diharapkan
dapat memahami mendongeng dalam pembelajaran yang sesuai dengan tahapan usia
dan perkembangan usia anak.
Mendongen Sesuai Tahapan Usia
Bapak/Ibu pendidik PAUD, dalam
pemberian dongeng ada beberapa tahapan untuk anak mulai mendapatkan dongeng
sesuai dengan perkembangannya, yaitu :
Di Dalam Kandungan
Banyak penelitian yang membuktikan bahwa
mendongeng pada anak merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat. Bahkan
mendongeng telah dilakukan sejak anak dalam kandungan. Ketika sang ibu
bercerita pada si anak dan mengusap perut, janin akan memberikan reaksi berupa
tendangan.
Bayi Usia 6 Bulan hingga Anak Usia 2 tahun
Kegiatan mendongeng ketika anak berusia enam
bulan. Meskipun anak belum sepenuhnya mengerti tentang dongeng, namun anak
dapat belajar memahaminya dari ekspresi sang ibu. Pada usia satu tahun, anak
sudah dapat mengerti dan menangkap isi dari dongeng itu. Hingga pada usia dua
tahun anak mulai menghapal dan mampu mengulanginya lagi. Biarpun anak usia dua
tahun belum bisa berfantasi karena kemampuan bahasa masih terbatas.
Anak Usia 2 - 4 tahun
Anak usia 2-4 tahun sedang berada dalam fase
pembentukan. Banyak sekali konsep baru yang harus dipelajari pada masa-masa
ini. Anak sangat suka mempelajari manusia dan kehidupan. Itulah sebabnya anak
senang meniru tingkah laku orang dewasa.
Anak Usia 4 - 7 tahun
Ketika anak berada pada usia 4-7 tahun, orang
tua dapat memperkenalkan dongeng-dongeng yang lebih kompleks. Anak mulai
menyukai cerita-cerita tentang terjadinya suatu benda dan bagaimana cara kerja
sesuatu.
Mendongeng Sesuai Aspek Perkembangan
Bapak/Ibu pendidik PAUD, Mendongeng dipandang
memiliki beberapa keterhubungan dengan perkembangan anak usia dini. Hal inilah
yang kemudian menjadikan mendongeng dijadikan salah satu pola pendidikan anak
usia dini. Banyak ahli telah mengemukakan fungsi mendongeng bagi perkembangan
anak. Beberapa fungsi penting mendongeng bagi perkembangan anak usia dini
tersebut dikemukakan Musfiroh (2008); Majid (2005); dan Freeman (2010) sebagai
berikut :
Mengembangkan kesadaran moral bagi anak
Dongeng adalah cerita fiksi yang disusun
dengan tujuan utama sebagai media transfer moral. Menurut pandangan ilmu sastra,
dongeng sebenarnya merupakan karya sastra klasik yang tidak diketahui siapa
penulisnya.
Mengembangkan imajinasi anak
Dongeng merupakan karya fantasi yang sifatnya
imajinatif walaupun di sisi lain juga memiliki sifat kebermanfaatan. Bertemali
dengan sifat imajinatifnya yang sangat kuat, dongeng dapat digunakan untuk
mengembangkan daya imajinasi siswa (Parkinson, 2011).
Mengembangkan kemahiran berbahasa anak
Kemahiran berbahasa anak mencakup beberapa
komponen penting yakni : menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dalam
kaitannya dengan mendongeng, mendongeng dipandang memiliki potensi untuk
digunakan bagi pengembangan kemahiran menyimak
dan berbicara anak.
Mengembangkan Fisik Motorik Anak
Mendongeng dipandang hampir tidak memiliki
keterkaitan dengan perkembangan fisik motorik anak. Namun demikian, kegiatan
kreatif mendongeng sebenarnya memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan
fisik motorik anak.
Mengembangkan Keterampilan Sosial Emosional
Anak
Keterampilan sosial emosional merupakan salah
satu standar perkembangan yang penting dipenuhi oleh anak usia dini.
Keterampilan ini berhubungan erat dengan kontrol diri, motivasi, sikap, percaya
diri, empati, sosial, kerja sama, dan berbagai keterampilan sosial emosional
lainnya.
Mengembangkan Kognitif Anak
Isi sebuah dongeng tidak selalu hal yang
bersifat imajinatif dan fiksional. Sebuah dongeng juga dapat berisi muatan
sains, matematis, kewarganegaraan, maupun ilmu pengetahuan yang lain. Bertemali
dengan isi dongeng yang diperdengarkan kepada anak usia dini ini, mendongeng
sebenarnya akan efektif untuk digunakan mengembangkan aspek kognitif anak
(Brand dan Danato, 2001).
Hal Yang Perlu Diperhartikan Saat
Mendongeng Dalam Pembelajaran
Bapak/Ibu pendidik PAUD, menurut Al Qudsy dan
Nurhidayah (2010) terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan saat mendongeng
diantaranya:
1. Cerita harus sesuai dengan tahapan
perkembangan anak.
2. Mengandung unsur nilai-nilai pendidikan dan
hiburan.
3. Usahakan selalu tercipta suasana gembira saat
mendongeng.
4. Bahasa harus sederhana, sesuai tingkat
pengetahuan anak.
5. Pendongeng menghayati benar isi cerita yang
dibawakan dan meresapi seluruh bagian dari cerita yang didongengkan.
6. Selalu mengamati perkembangan reaksi emosi
pada diri anak tetap mempertahankan kesan menyenangkan.
7. Kata-kata yang diucapkan harus jelas tidak
seperti bergumam.
8. Melibatkan anak-anak secara aktif dalam cerita
yang didongengkan.
9. Pendongeng berusaha menjaga kerahasiaan jalan
cerita agar anak tetap terpusat pada tiap adegan.
10. Durasi dongeng disesuaikan dengan situasi dan
kemampuan anak dalam mendengarkan dongeng.
Kendala Guru dalam Mendongeng
Bapak/Ibu pendidik PAUD, Mendongeng merupakan
salah satu media yang bisa digunakan dalam proses pembelajaran. Sebagai
pendidik, guru sebisa mungkin menyiapkan diri untuk meningkatkan
keterampilannya dalam mendongeng. Sama halnya dengan keahlian lain, kreativitas
dalam mendongeng dapat dikuasai melalui berbagai proses yang dilakukan secara
terus menerus, dan pendidik memiliki kesempatan ini karena lebih banyak
berinteraksi dengan anak-anak sebagai audience dari dongeng yang akan kita
sampaikan.
Sebagai makhluk sosial, manusia merupakan
makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Secara naluri, manusia
senang bercerita untuk mengkomunikasikan pemikiran dan perasaannya. Naluri dan
kebiasaan ini sebaiknya menjadi modal awal untuk mengikis semua keraguan dan
ketidakpercayaan diri yang sering menjadi kendala untuk mulai mendongeng.
Rasa ragu dan kurangnya kepercayaan diri;
merasa diri tidak mampu adalah keadaan yang kerap muncul setiap kali kita tidak
menguasai satu bidang, termasuk mendongeng. Artinya, jika hal-hal yang
dibutuhkan dalam proses mendongeng, seperti bahan cerita dan media yang akan
digunakan, sudah kita persiapkan dan kita kuasai, maka seharusnya rasa ragu dan
sikap pesimis seperti itu hilang dengan sendirinya.
Keterampilan mendongeng, sebagai salah satu
media pembelajaran yang akan sering digunakan di hadapan anak-anak, dapat
diperoleh melalui proses latihan secara terus-menerus dengan mengacu pada
tahapan dan langkah-langkah yang tepat.
Bapak/Ibu pendidik PAUD, Mendongeng merupakan
salah satu media yang bisa digunakan dalam proses pembelajaran. Sebagai
pendidik, guru sebisa mungkin menyiapkan diri untuk meningkatkan
keterampilannya dalam mendongeng. Sama halnya dengan keahlian lain, kreativitas
dalam mendongeng dapat dikuasai melalui berbagai proses yang dilakukan secara
terus menerus, dan pendidik memiliki kesempatan ini karena lebih banyak
berinteraksi dengan anak-anak sebagai audience dari dongeng yang akan kita
sampaikan.
Sebagai makhluk sosial, manusia merupakan
makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Secara naluri, manusia
senang bercerita untuk mengkomunikasikan pemikiran dan perasaannya. Naluri dan
kebiasaan ini sebaiknya menjadi modal awal untuk mengikis semua keraguan dan
ketidakpercayaan diri yang sering menjadi kendala untuk mulai mendongeng.
Rasa ragu dan kurangnya kepercayaan diri;
merasa diri tidak mampu adalah keadaan yang kerap muncul setiap kali kita tidak
menguasai satu bidang, termasuk mendongeng. Artinya, jika hal-hal yang
dibutuhkan dalam proses mendongeng, seperti bahan cerita dan media yang akan digunakan,
sudah kita persiapkan dan kita kuasai, maka seharusnya rasa ragu dan sikap
pesimis seperti itu hilang dengan sendirinya.
Keterampilan mendongeng, sebagai salah satu
media pembelajaran yang akan sering digunakan di hadapan anak-anak, dapat
diperoleh melalui proses latihan secara terus-menerus dengan mengacu pada
tahapan dan langkah-langkah yang tepat.