Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cerita Rakyat : Ki Banteng Loreng



KI BANTENG LORENG

(Cerita Rakyat dari Kota Banjar)

 

Diceritakan ada sebuah taman di perbatasan antara Desa Cibeureum dan Desa Jajawar, Kota Banjar, Jawa Barat, yang menjadi simbol atau ikon, yaitu legenda tentang "Ki Banteng Loreng".

 

Ki Banteng Loreng atau Eyang Jaga Lama, mempunyal nama asli Kyai Kholeludin, merupakan seorang sesepuh yang arif, bijaksana, berilmu tinggi, dan memiliki banyak harta. Kekayaan yang dimilki Ki Banteng Loreng berasal dari usahanya sebagai pembuat senjata, seperti pedang dan tombak yang dipesan dari kerajaan-kerajaan di sekitar wilayah Nusantara. Bijih besi sebagai bahan baku dari senjata tersebut berasal dari Curug Wangi, sedangkan pembuatan senjatanya dilakukan di sekitar lapangan berumput tempat para kerbau berkeliaran, dan penyepuhan senjata dilakukan di sekitar Sumur Siuk Ciloa yang airnya sangat jernih dan tak pernah mengering. Sampai saat ini, Sumur Siuk Ciloa masih dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air warga.

 

Trong... tring.. trang... tring

 

Bunyi dentangan besi yang ditempa. Kepulan asap dan percikan api tak henti-hentinya keluar dari tempat pembuatan senjata, Ki Banteng Loreng juga memiliki banyak hewan ternak berupa kerbau yang dibiarkan mencari makan sendiri tanpa penggembalaan, Namun, konan menurut cerita para kerbau itu dijaga oleh makhluk berwujud seekor banteng yang kulitnya bercorak atau berloreng.

 

Pada suatu ketika, ada seseorang yang berniat jahat hendak mencuri hewan ternak milik Kyai Kholeludin.

 

"Wah, ada banyak sekali kerbau di sini! Sepertinya ini hari keberuntunganku! Karena sedang sepi begini, aku bisa dengan leluasa mengambilnya, hahahahaha..." Kata si pencuri kegirangan sambil mulai menggiring para kerbau tersebut.

 

Akan tetapi, sebelum berhasil mengambil hewan ternak itu, dengan seketika si pencuri tidak bisa pergi ke mana-mana. Hanya mondar-mandir di tempat, tanpa arah tujuan, seperti orang yang lupa ingatan.

 

Setelah berhari-hari, datanglah seekor banteng berwarna loreng menghampirinya. Pencuri itu sangat ketakutan, namun apa daya, dia tidak bisa bergerak untuk melarikan diri. Dengan suara yang lantang dan sikapnya yang bijaksana, Banteng Loreng itu kemudian berkata,

 

"Hei, apa yang sedang kamu lakukan?! Mau apa kamu di sini?!" teriak Banteng Loreng.

 

Si pencuri sangat terkejut mendengar seekor banteng dapat berbicara. Sambil terbata-bata pencuri itu pun menjawab,

 

"Sa... sa... sa... saya sedang mencari rumput..."

 

"Jangan bohong! Kenapa malah mendekati kerbau-kerbauku?!?! Kamu hendak mencuri kerbau-kerbauku, ya!" Seru Banteng Loreng sambil berjalan mendekati si pencuri.

 

"Tidak! Saya tidak berniat mencuri kerbau. Saya hanya mencari rumput!" Si pencuri mengelak.

 

"Jangan bohong kamu! Semakin kamu berbohong, maka kamu akan semakin lupa, bahkan menjadi gila selamanya. Tapi, kalau kamu mau mengakui perbuatanmu, maka akan kusembuhkan ingatanmu."

 

Mendengar perkataan Ki Banteng Loreng, pencuri tersebut menjadi semakin ketakutan dan akhirnya berkata,

 

"Maafkan saya, Ki Banteng... Awalnya saya memang mau mencuri kerbau-kerbau itu. Tapi entah kenapa saya mendadak lupa arah jalan pulang, akhirnya saya hanya berputar-putar di sekitar sini. Tolonglah saya Ki Banteng, saya ingin pulang. Saya menyesal dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi." Ucap si pencuri sambil berlutut memohon ampun dan pertolongan.

 

"Baiklah, jika kamu benar-benar menyesal dan berjanji tidak akan mencuri lagi, maka aku akan menolongmu." Jawab Ki Banteng Loreng.

 

Ki Banteng Loreng kemudian memanjatkan doa, membakar sintung atau kulit bunga kelapa yang sudah kering dan mengibaskannya ke wajah pencuri itu. Dengan izin Allah, ingatan si pencuri akhirnya pulih dan dapat pulang kembali ke rumahnya.

 

Kisah tersebut membuat Ki Banteng Loreng sebagai jelmaan dari Kyai Kholeludin dikenal sebagai sosok perkasa yang menjadi benteng dan pelindung warga melalui kebijaksanaan dan ketinggian ilmu yang beliau miliki.

Waktu terus bergulir, tahun demi tahun berganti, hingga sebuah peristiwa pun terjadi. Suatu hari ada seorang anak yang hendak mencarikan kambing peliharaannya makanan berupa daun imba atau daun mamangkokan. Lokasi daun imba tersebut berada di tempat Ki Banteng Loreng pernah tinggal. Orang tuanya sudah menasihati dan melarangnya mengambil daun imba di sana, tetapi anak itu justru tidak mendengarkan dan tetap mengambil daun tersebut.

 

Hingga di malam harinya, terdengar suara kambing yang mengembik sambil berlari keluar dari kandangnya lalu hilang begitu saja di tengah gelapnya malam. Setelah dua hari pencarian dibantu oleh seorang tokoh yang ada di sana, akhirnya kambing tersebut ditemukan di atas pohon Kiara. Peristiwa ini kemudian membuat masyarakat yang ada di sana semakin percaya dan berusaha untuk selalu menjaga kelestarian alam, tempat Ki Banteng Loreng pernah hidup. Karena akan berakibat buruk bagi siapapun yang berusaha untuk merusaknya.

 

Hikmah/pesan moral dari cerita:

·        Jangan pernah mengambil hak orang lain (mencuri atau berbuat jahat) karena akan mendapatkan akibat yang buruk.

·        Keteladanan sikap yaitu berilmu, bijaksana, rendah hati, dan pemaaf.

·        Jangan melanggar nasihat orang tua karena akan merugikan diri sendiri.

·        Mencintai dan menjaga alam serta makhluk hidup di dalamnya.