Status dan Karaktaeristik Keilmuan Pedagogik
STATUS DAN KARAKTERISTIK
KEILMUAN PEDAGOGIK
ILMU
DEFINISI ILMU
Secara Etimologis,
istilah ilmu berasal dari kata ‘alima (bahasa arab) yang berarti tahu.
Menurut George Thomas White Patrik dalam bukunya “Introduction to Philosophy”
dalam bahasa latin dikenal pula kata scio, scire (sebagai asal kata science)
yang juga berarti tahu. Maka ilmu atau science adalah pengetahuan.
Pengetahuan memiliki
berbagai jenis, antara lain diklasifikasikan orang menjadi: 1) revealed
knowledge, yang artinya pengetahuan wahyu. Manusia memperoleh pengetahuan dan
kebenaran atas dasar wahyu yang diberikan tuhan kepada manusia. 2) Intuitif
knowledge (pengetahuan intuitif). Pengetahuan intuitif diperoleh manusia dari
dalam dirinya sendiri. Mengenai proses kerjanya, pribadi, dan memiliki watak
yang tidak komunikatif khusus memilikinya atau tidak. 3)Rational knowledge
yaitu pengetahuan rasional. Pengetahuan rasional merupakan pengetahuan yang
diperoleh dengan latihan ratio/akal semata, tidak disertai dengan observasi
tehadap peristiwa-peristiwa faktual. 4) Empirical knowledge yaitu pengetahuan
empiris, pengetahuan ini diperoleh atau bukti atau melalui sebuah observasi
atau peristiwa-peristiwa faktual. dan 5) authoritative (G.F Kneller,
1971:212-217).
Menurut studi akadenik
pada zaman modern ini, istilah ilmu atau science telah mengalami perubahan arti.
Ilmu memiliki arti yang lebih spesifik yaitu hanya tentang pengetahuan ilmiah.
(Scientific knowledge). Terdapat tiga kemungkinan penggunaan istilah ilmu
(science): 1) Istilah ilmu digunakan untuk menunjuk bodies of knowledge
misalnya fisika, kimia, psikologi, dll. 2) Istilah ilmu digunakan untuk
menunjuk a body of systematic knowledge, yaitu konsep-konsep,
hipotesis-hipotesis, hukum, teori-teori dsb. 3) Istilah ilmu digunakan untuk
menunjuk cara kerja tertentu yaitu scientific menthod atau metode ilmiah.
(Titus dkk.)
Pada dasarnya pengertian
istilah ilmu mempunyai dua dimensi yaitu:
1.
Sebagai hasil study (sebagaimana terkandung dalam penggunaan istilah ilmu
yang pertama dan kedua seperti yang dikemukakan oleh Titus, dkk.)
2.
Sebagai metode study, yaitu metode ilmiah.
Victor F.Lenzen
menyatakan bahwa batasan ilmu menunjukan suatu aktivitas kritis penemuan dan
juga sebagai pengetahuan yang sistematis yang didasarkan kepada aktivitas
krisis penemuan tersebut. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa istilah ilmu mengandung
arti sebagai cara kerja ilmiah dan hasil kerja ilmiah. Ilmu adalah pengetahuan
ilmiah yang dihasilkan melalui metode ilmiah.
Terdapat 3 syarat pokok
yang harus dipenuhi oleh suatu disiplin ilmu yang otonom. Syarat yang dimaksud
yaitu:
1.
Memiliki objek studi (studi formal) tersendiri yang membedakannya dari
objek studi disiplin ilmu lainnya.
2.
Metodis, yaitu menggunakan metode (metode penelitian ilmiah) tertentu yang
tepat dalam rangka mempelajari objek studinya.
3.
Sistematis, artinya bahwa hasil studi merupakan satu kesatuan pengetahuan
mengenai objek studinya, yang tersusun saling berhubungan secara terpadu.
Semua cabang ilmu pada
awalnya berasal dari 2 cabang utama, yaitu filsafat alam yang kemudian menjadi
rumpun ilmu-ilmu alam dan filsafat moral yang kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu
sosial. Wilhelm Dilthey mengelompokkan ilmu menjadi 2 rumpun,
yaitu: 1) ilmu kemanusiaan yang mencakup ilmu-ilmu sosial, dan 2) ilmu
kealaman.
STATUS KEILMUAN PEDAGOGIK
Dalam status keilmuan pedagogik terdapat
kriteria keilmuan pedagogik yaitu:
Objek Studi Pedagogik
a. Objek formal yaitu suatu
bentuk yang khas atau spesifik dari objek material yang dipelajari oleh suatu
ilmu.
b. Objek material yaitu seseuatu
yang dipelajari oleh suatu ilmu dalam wujud materinya.
Metode Studi (Penelitian)
Pedagogik
a.
Metode yang tergolong penelitian kualitatif antara lain fenomenologi, hermeneutika
dan etnometodolog
b.
Metode yang tergolong penelitian kuantitatif eksperimen, metode kuasi, eksperimen, metode
kolerasional dan sebagainya
Adapun menurut Kelompok filsuf dan ilmuan tertentu
berpendapat bahwa metode penelitian kualitatif merupakan metode penelitian
ilmu-ilmu kemanusiaan, sedangkan metode penelitian kuantitatif merupakan penelitian
ilmu kealaman. Sebaliknya, pada zaman keemasan sains modern (modern science),
yaitu zamah keemasa ilmu-ilmu yang dilandasi filsafat positivisme dan
pradigman.
Newtodian, ada di antara para filsuf dan ilmuan yang
berpendapat bawa ilmu-ilmu kealaman maupun ilmu kemanusiaan adau ilmu sosial
termasuk di dalamnya pedagogik, dalam rangka studinya seharusnya menggunakan
metode kuantitatif atau metode penelitian kealaman. Menurut mereka, sesuatu
“ilmu” (termasuk pedagogik) apabila tidak menggunakan metode penelitian ilmu
kealaman (metode kuantitatif) maka diragukan status keilmuannya.
KETERPADUAN HASIL STUDI PEDAGOGIK SISTEMATIS
Hasil
penelitian ilmiah yang dilakukan para ilmuwan pedagogik dalam rentang waktu
yang cukup panjang telah membangun suatu bangunan pengetahuan yang cukup
panjang dan sitematis. Contohnya, melalui studi terhadap fenomena.
Pendidikan
dengan menggunakan metode fienomenologi, Langeveld (Syaripudin & Kurniasih, 2008). membangun teori pendidikan anak (pedagogik
teoretis) yang berisikan berbagai konsep esensial yang saling berhubungan
secara terpadu, sehingga memberikan kejelasan pemahaman mengenai makna
pendidikan anak sebagai suatu tindakan/perbuatan insani yang tidak mekanistik.
KARAKTERISTIK KEILMUAN PEDAGOGIK
FUNGSI ATAU TUGAS PEDAGOGIK
a.
Menyatu padukan temuan hasil studi yaitu Suatu
ilmu yang merupakan suatu sistem
pengetahuan yang teratur. salah satu fungsi atau tugas pedagogik adalah
menyatupadukan temuan hasil studi mengenai fenomena pendidikan sehingga
merupakan suatu sistem pengetahuan yang teratur mengenai pendidikan anak.
b.
Fungsi deskriptif dan preskriptif Maksudnya
bahwa pedagogic, selain berfungsi untuk menggambarkan atau menjelaskan mengenai
apa, mengapa dan bagaimana sesunggunya pendidikan anak (deskriptif), juga
berfungsi untuk memberikan petunjuk tentang siapa seharusnya pendidik dan
bagaimana seharusnya pendidik bertindak dalam rangka mendidik anak
c.
Fungsi memprediksi maksudnya Penggambaran atau penjelasan mengenai pendidikan anak sebagai suatu
hasil studi dalma pedagogik mengimplikasikan bahwa pedagogik akan dapat memberi
kan prediksi-prediksi tertentu tentang apa yang mungkin terjadi da lam rangka
pendidikan anak.
d.
Fungsi mengontrol yaitu maksudnya pedagogik itu dapat dilakukan kontrol (pengendalian)
agar sesuatu yang baik/yang diharapkan berkenaan dengan pendidikan anak dapat
terjadi, sedangkan sesuatu yang tidak baik/yang tidak diharapkan yang berkenaan
dengan pendidikan anak tidak terjadi.
e.
Fungsi mengembangkan Maksudnya
bahwa pedagogik mempunyai fungsi untuk melanjutkan hasil penemuan yang lalu dan
berupaya untuk menghasilakan temuan-temuan yang baru.
PEDAGOGIK SEBAGAI ILMU EMPIRIS, ILMU KEMANUSIAAN, ILMU NORMATIF DAN
ILMU PRAKTIS
Pedagogik sebagai ilmu empiris
Objek formal Pedagogik adalah fenomena pendidikan
(situasi pendidikan) fenomena pendidikan (situasi pendidikan) tersebut berada
dalam pergaulan antara orang dewasa dengan anak yang berlangsung di berbagai
lingkungan seperti dalam lingkunga keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
Fenomena pendidikan tersebut jelas terdapat di dalam dunia pengalaman empiris.
Bersumber dari fenomena yang berada dalam pengalaman empiris itulah
konsep-konsep dan teori-teori pedagogik dibangun. Sebab itu, pedagogik termasuk ilmu empiris.
Pedagogik sebagai ilmu kemanusiaan
Objek material
pedagogik adalah manusia, adapun objek formalnya adalah fenomena pendidikan
atau situasi pendidikan. Situasi pendidikan berada dalam pergaualan antara
manusia, yaitu dalam pergaulan orang dewasa dengan anak. Seperti telah
dikemuakakn dan juga kita yakini, bahwa manusia bukanlah benda, bukan tumbuhan,
bukan pula hewan. Sebagi suatu kesatuan badan-rohani, manusia melampaui benda,
tumbuhan dan hewan. Sekalipun manusia adalah makhluk sosial, tetapi ia juga
adalah pribadi yang memiliki kedirisendirian dan bebas menentukan pilihan.
Manusia bukan makhluk yang pasif, melainkan aktif dan kreatif. Pergaulan antar
manusia bukanlah suatu interaksi yang bersifat teknis
mekanistik yang tunduk kepada hukum-hukum teknis yang berlaku pada benda-benda.
Karena situasi pendidikan dilandasi oleh pemahaman tentang manusia sebagai
suatu kesatuan yang utuh yang melampuai objek kebendaan, dan karena tujuan
pendidikan anak adalah untuk mendewasakan anak yang pada hakikatnya adalah
memanusiakan manusia, maka pedagogik tergolong ke dalam ilmu kemanusiaan.
Pedagogik sebagai ilmu normatif
Pedagogik
berfungsi mempelajari fenomena pendidikan (situasi pendidikan) dengan maksud
untuk memahami situasi pendidikan (fenomena pendidikan) tersebut sebagai objek
studinya. Selain itu, pedagogik juga sekaligus berfungsi untuk mempelajar
tentang bagaimana seharusnya pendidik bertindak dalma rangka mendidika anak.
Sebab itu, pedagogik tidak hanya berisi deskripsi pemahaman tentang situasi
pendidikan apa adanya, melainkan juga berisi tentang bagaimana seharusnya
(sebaiknya) tentang pendidikan, bagaimana seharusnya pendidi dan bagaimana
seharusnya pendidik bertindak dalam rangka mendidik anak. Dalam hal ini dapat
dipahami bahwa pedagogik tidak bebas dari nilai-nilai tertentu. Pedagogik
didasarkan pada pemilihan yang membedakan antara mana yang baik dan mana yang
baik dalma rangka mendidik anak. Pedagogik berbeda dengan ilmu-ilmu yang
menganut asumsi bebas nilai, yang hanya mendekripsikan sesuatu objek apa
adanya. Sebab itu, pedagogik termasuk ilmu yang bersifat normatif
Pedagogik sebagai ilmu praktis
Pedagogik sebagai
ilmu yang bersifat normatif terkandung makna bahwa pedagogik bukanlah ilmu
untuk ilmu, pedagogik juga bukanlah ilmu yang bebas nilai. Sebaliknya, bahwa
pedagogik merupakan – suatu – ilmu untuk diamalkan, suatu ilmu yang memberikan
pemahaman dan arahan untuk bertindak atau untuk dipraktikkan, sebab itu, pedagogik tergolong ke dalam ilmu yang
bersifat praktis atau ilmu praktis.
HUBUNGAN PEDAGOGIK DENGAN DISIPLIN LAIN
Pedagogik
mengadopsi konsep atau teori dari ilmu-ilmu lain dalam memperlajari fenomena
pendidikan. Misalnya, pedagogik mengadopsi teori perkembangan
anak dan teori belajar dari psiko logi; pedagogik mengadopsi filsafat tentang
manusia (antropologi), dan sebagainya. Sekalipun demikian, sebagai ilmu yang
bersifat otonom, pedagogik berperan sebagai “tuan rumah”, sedangkan ilmu-ilmu lain berperan sebagai
“tamu”-nya. Dengan demikian, tidak semua teori dari disiplin ilmu lain atau
dari filsafat dapat diadopsi/diterimanya. Pedagogik (ilmuwan pedagogik)
mempunyai peranan untuk memiliah dan memilih teori mana dari ilmu-ilmu lain
atau dari filsafat tersebut yang cocok/tepat sesuai dengan karakteristik
keilmuan pedagogik.
STRUKTUR DAN
SISTEMATIKA PEDAGOGIK
Pedagogik teoritis yaitu cabang dari
pedagogik yang bertugas untuk menyusun system pengetahuan yang bersifat
teoritis mengenai penadidikan anak, pedadodik teroritis terdidri atas Pedagogik
Sistematis dan Pedagogik Historis. Pedagogik Historis terdiri atas: Sejarah
Pendidikan dan Pedagogik Komparatif. Adapun Sejarah Pendidikan dibedakan
menjadi Sejarah Teori Pendidikan dan Sejarah Praktik Pendidikan.
Pedagogik praktis berkenaan dengan cara cara bertindak
dalam situasi pendidikan. Pedagogik praktis terdiri atas: Pedagogik di Keluarga; (2) Pedagogik di
Sekolah; dan (3) Pedagogik di Masyarakat.
Referensi:
Adib,
H. M. (2011). Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemol ogi, Aksiologi, dan Logika
Ilmu Pengetahuan.
Herlambang,
Y. T. (2021). Pedagogik: Telaah Kritis Ilmu Pendidikan Dalam Multiperspektif.
Bumi Aksara. Siswoyo, D. (1996). Ilmu pendidikan dalam tantangan. Jurnal
Cakrawala Pendidikan, 1(1).
Purba,
S., Iskandar, A., Khalik, M. F., Syam, S., Purba, P. B., Saputro, A. N. C., ...
& Chamidah, D. (2021). Landasan Pedagogik: Teori dan Kajian. Yayasan Kita
Menulis.
Tersedia di : https://dokumen.tips/documents/referensi-n-o-1.html?page=8