> Pergaulan Pendidikan - IrfanMalikA
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pergaulan Pendidikan

 


Pergaulan Pendidikan

 

Latar Belakang

Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam lingkunganlah anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang disebut ekosistem. Saling ketergantungan antara lingkungan biotic dan abiotik tidak dapat dihindari. Itulah hukum alam yang harus dihadapi oleh anak didik sebagai makhluk hidup yang tergolong kelompok biotic. Orang sering mengartikan lingkungan secara sempit, seolah-olah lingkungan hanyalah alam sekitar di luar diri manusia / individu. Secara harfiah lingkungan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mengitari kehidupan, baik berupa fisik seperti alam jagat raya dengan segala isinya, maupun berupa nonfisik, seperti suasana kehidupan beragama, nilai-nilai, dan adat istiadat yang berlaku di masyarakat, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan yang berkembang, kedua lingkungan tersebut hadir secara kebetulan, yakni tanpa diminta dan direncanakan oleh manusia.

 

Pendidikan juga merupakan seluruh aktivitas atau upaya secara sadar yang dilakukan oleh pendidik/guru kepada peserta didik terhadap semua aspek perkembangan kepribadian baik jasmani maupun rohani, secara formal, informal maupun non-formal yang berjalan terusmenerus untuk mencapai kebahagiaan dan nilai yang tinggi, baik nilai insaniyah atau ilahiyah. Lingkungan Pendidikan adalah segala sesuatu yang mencakup iklim, geografis, adat istiadat, tempat tinggal atau istiadat dan lainnya yang dapat memberikan penjelasan serta mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan, perkembangan anak untuk menjadi manusia yang lebih baik yang mempunyai nilai tinggi, baik nilai insaniyah dan ilahiyah. Sejauh manakah seseorang berhubungan dengan lingkungan, sejauh itu pula terbuka peluang masuknya pengaruh pendidikan kepadanya.Tetapi keadaan itu tidak selamanya bernilai pendidikan, artinya mempunyai pengaruh positif dan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak, sikapnya, akhlaknya, dan perasaan agamanya. Positif apabila memberikan dorongan terhadap keberhasilan proses pendidikan itu. Dikatakan negative apabila lingkungan menghambat keberhasilan. Pengaruh tersebut terutama datang dari teman sebaya dan masyarakat lingkungannya.

 

Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Pergaulan sebagai Tempat Fenomena Pendidikan?

2. Apa saja Sifat-Sifat Pergaulan Pendidikan?

3. Apa yang dimaksud dengan Kepercayaan sebagai Teknik Pendidikan?

4. Apa saja Tiga Jenis Lingkungan Pendidikan?

5. Apa saja Sifat/Karakteristik Pendidikan?

 

Tujuan

1. Untuk mengetahui tentang Pergaulan sebagai Tempat Fenomena Pendidikan

2. Untuk mengetahui Sifat-Sifat Pergaulan Pendidikan

3. Untuk mengetahui tentang Kepercayan sebagai Teknik Pendidikan

4. Untuk mengetahui Tiga Jenis Lingkungan Pendidikan

5. Untuk mengetahui Sifat/Karakteristik Pendidikan

 

Pergaulan sebagai Tempat Fenomena Pendidikan

1. Pengertian Pendidikan

Sebelum mendalami lebih jauh tentang pengertian pergaulan pendidikan, terlebih dahulu kita harus mengetahui pengertian dari pendidikan itu sendiri. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, kemandirian, kemanusiaan, dan kerohanian, budi pekerti, akhlak mulia, dan kecerdasan yang diperlukan diri dan masyarakat.

 

Jadi, pendidikan adalah suatu proses memajukan pertumbuhan dan perkembangan seseorang individu dari semua aspek yaitu Jasmani , akal , emosi, sosial , seni dan juga moral untuk mengembangkan individu agar hidup dengan sempurna serta mengembangkan bakatnya untuk kepentingan diri dan menjadi ahli dalam masyarakat. Pendidikan berlaku dalam pergaulan antara orang dewasa dan anak anak. Pergaulan antara orang dewasa dan orang dewasa tidak disebut pergaulan Pendidikan (pergaulan pedagogis) sebab didalam pergaulan itu orang dewasa menerima dan bertanggung jawab sendiri terhadap pengaruh yang terdapat dalam pergaulan itu. Pergaulan pedagogis itu bersifat:

 

a. Dalam pergaulan ini asosiasi tercipta pengaruh.

b. Niat untuk menganggap ahwa pengaruh orang dewasa (dalam berbaagai bentuk misalnya sekolah pengajian buku pelajaran dll.).

c. Pengaruh ini secara sadar diberikan atau dilakukan dan diarahkan pada tujuan dalam bentuk nilai-nilai atau standar yang aik untuk ditanamkan pada siswa atau individu yang belum dewasa.

 

2. Lingkungan Pendidikan

Pendidikan di masyarakat adalah pendidikan nonformal, yang dibedakan dari pendidikan keluarga (informal) dan pendidikan sekolah (formal). Menurut UndangUndang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 26, pendidikan nonformal adalah bagi mereka yang membutuhkan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai alternatif, pelengkap atau pelengkap pendidikan formal untuk mendukung pembelajaran sepanjang hayat.

 

Fungsi pendidikan nonformal adalah mengembangkan potensi peserta didik dengan mengutamakan penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta mengembangkan sikap dan karakter profesional. Pendidikan nonformal yang terdapat di masyarakat meliputi :

a. Pendidikan kecakapan hidup adalah program pendidikan yang ditujukan untuk mengembangkan dan mewujudkan potensi atas dasar minat dan bakat peserta didik, sesuai dengan kondisi, potensi, dan kebutuhan sekolah dan daerah.

b. Pendidikan Anak Usia Dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar, yang merupakan upaya pembinaan anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dicapai melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental sehingga anak-anak siap untuk melanjutkan studi mereka.

 

c. Pendidikan kepemudaan adalah program pendidikan yang diselenggarakan untuk mempersiapkan kontingen kader kepemimpinan nasional, seperti organisasi kepemudaan, pendidikan pramuka, olahraga, palang merah, pelatihan, pemimpin, pecinta alam dan startup. Pendidikan Pemberdayaan Perempuan adalah program pendidikan yang diselenggarakan untuk mendukung dan mendorong tercapainya kesetaraan kualitas hidup dan pasangan bagi laki-laki dan perempuan.

d. Keaksaraan bertujuan untuk meningkatkan keaksaraan di semua tingkatan (dasar, fungsional dan lanjutan) di antara orang dewasa yang buta huruf secara luas, adil dan merata untuk mendorong peningkatan kesehatan dan produktivitas penduduk.

 

e. Pendidikan keterampilan dan pelatihan kejuruan untuk meningkatkan keterampilan dan
produktivitas tenaga kerja, mengurangi pengangguran. Adapun dalam ruang lingkup pendidikan terdapat Satuan pendidikan nonformal yang terdiri atas:

a. Lembaga kursus adalah Lembaga yang memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang suatu mata pelajaran tertentu untuk lebih memfokuskan dan mendalami topik/keterampilan yang dimaksud.

b. Fasilitas pelatihan adalah fasilitas persiapan khusus untuk calon pekerja di area tertentu perusahaan.

c. Studygroup adalah program pendidikan publik yang dipimpin oleh pemerintah untuk siswa yang tidak bersekolah atau untuk siswa yang belajar di sekolah berdasarkan kurikulum LSM seperti Cambridge dan IB (International Baccalaureate).

d. Pusat kegiatan pembelajaran masyarakat, khususnya lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang pendidikan. PKBM ini tetap berada di bawah pengawasan dan pengawasan Pendidikan Nasional. PKBM ini bisa di tingkat desa, desa atau kecamatan.

e. Majelis taklim adalah pendidikan nonformal yang bertujuan membina dan mengembangkan ajaran Islam untuk membentuk masyarakat yang bertaqwa kepada Allah SWT.

 

Selain pendidikan yang dapat dikategorikan ke dalam pendidikan formal, nonformal, dan informal, ada pendidikan yang dapat diselenggarakan baik formal, nonformal, meupun informal. Macam-macam pendidikan itu adalah:

 

a. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Pendidikan anak usia dini berlangsung sebelum sekolah dasar agar anak lebih dewasa dan siap untuk jenjang pendidikan berikutnya. Pendidikan anak secara formal berupa Taman Kanak-kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA) atau bentuk lain yang sederajat.

b. Pendidikan prasekolah informal dalam bentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) atau bentuk lainnya.

c. Pendidikan agama diselenggarakan oleh pemerintah dan kelompok masyarakat pemeluk agama sesuai dengan undang-undang. Pendidikan agama berupa PAUD, ponderren, pasraman, pabhaja samanera dan bentuk lain yang sejenis.

d. Pendidikan khusus/layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam proses belajar mengajar karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

 

3. Lingkungan Makro Pendidikan

Lingkungan makro pendidikan yaitu lingkungan yang lebih besar atau lebih luas yang berpengaruh terhadap semua lingkungan mikro tersebut dan bersifat global. Lingkungan makro pendidikan mempunyai arti luas terhadap:

 

a. Ideologi

Ideologi mempengaruhi dunia pendidikan karena ideologi merupakan landasan sekaligus tujuan dari segala bentuk pendidikan. Misalnya, bangsa Indonesia dengan pancasila sebagai ideologi, falsafah, pandangan hidup, jati diri, kepribadian tentu akan menjadikan pancasila sebagai dasar dari tujuan pendidikan nasional. Keyakinan atau agama menjadi dasar dan tujuan dari setiap usaha pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat dan dijamin oleh undang-undang.

 

b. Politik

Politik suatu negara mempengaruhi dunia pendidikan. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kepentingan politik, karena kebijakan pendidikan ditentukan oleh kelompok politik di lembaga legislatif. Pendidikan yang terkait dengan latihan kewarganegaraan jelas tidak bisa dilepaskan dari kepentingan politik, karena saat ini ada gagasan “legalisme”, yaitu menyerahkan sepenuhnya hak siswa kepada siswa.

 

c. Sosial ekonomi

Masyarakat yang menmedukung kesejahteraan sosial dan pendidikan mempunyai pengaruh yang besar terhadap pendidikan, salah satu masalah utama pendidikan Indonesia selain masalah pemerataan dan mutu pendidikan. Tingkat ekonomi yang rendah membuat banyak orang tidak terdidik secara penuh. Tingkat kesejahteraan berkorelasi dengan tingkat kebahagiaan hidup. Dengan demikian, perpecahan sosial terbentuk dan bahkan cenderung berubah menjadi diskriminasi.

 

d. Kebudayaan

Pendidikan dimulai dengan kebudayaan dan diakhiri dengan kebudayaan. Karena budaya meramaikan seluruh proses pendidikan. budaya panduan pendidikan. Semakin banyak seseorang dididik, semakin dia berkultivasi.

 

e. Militer dan Pertahanan Negara

Proses pendidikan memerlukan ketahanan dan keamanan fisik (eksternal) dan mental (mental). Dalam gejolak negara seperti perang, pendidikan tidak bisa berjalan secara alami, tetapi dalam keadaan anarki, itu bisa menjadi pelajaran yang berarti. Pertahanan dan keamanan suatu negara merupakan bahan untuk mendidik warga negara dan membentuk warga negara yang baik.

 

f. Era globalisasi

Era globalisasi telah melahirkan humanisasi dan menguatnya materialisme. Di sisi lain, perkembangan teknologi yang canggih membuat siswa dijadikan seperti robot. Sekolah tidak lagi mendidik dan kreatif tetapi hanya menyiapkan tenaga kerja atau mesin industri. Dalam era globalisasi, lingkungan pendidikan di satu sisi mengarah pada modernisasi, namun di sisi lain dapat menyebabkan dominasi negara maju atas
negara berkembang. Demikian lingkungan global tehadap dunia pendidikan. Hal ini menjadi tantangan yang tidak ringan bagi dunia pendidikan di Indonesia, maka dalam rangka menghadapi era modernisasi dan postmodernisme pendidikan harus bangkit dan kembali pada jalur yang benar.

 

B. Sifat-sifat Pergaulan Pendidikan

Fenomena pendidikan (educational situasi) terjadi dalam hubungan antara orang dewasa dan anak-anak. Namun, tidak semua hubungan antara orang dewasa dan anak-anak mencakup situasi pengasuhan. Oleh karena itu, tidak semua hubungan antara orang dewasa dan anakanak dapat digolongkan sebagai pendidikan pengasuhan.

Pendidikan yang dilakukan orang dewasa sebagai pendidik kepada anak diupayakan secara sengaja, maka dalam hal ini pendidik tentunya telah memiliki tujuan tertentu pula. Dari uraian di atas, dapat didefinisikan adanya enam unsur yang terlibat dalam pendidikan atau pergaulan pendidikan, yaitu:

1. Tujuan Pendidikan.

2. Pendidik.

3. Anak didik.

4. Isi Pendidikan.

5. Alat Pendidikan.

6. Lingkungan pendidikan.

 

Didalam pergaulan, tidak setiap tindakan atau pengaruh orang dewasa yang diberikan kepada anak adalah mendidik. Artinya, pengaruh itu secara disadari diciptakan atau diberikan oleh orang dewasa kepada anak; selain itu isi tindakan bersifat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri yang terarah mencapai kedewasaan. M.J. Langeveld (1980;20-21) mengemukakan adanya dua sifat pergaulan dalam rangka pendidikan, yaitu:

1. Bahwa dalam pergaulan orang berusaha mempengaruhi.

2. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa atau sekolah, buku, peraturan, hidup sehari hariyang ditujukan kepada anak untuk mencapai kedewasaan.

 

C. Kepercayaan sebagai Syarat Teknik Pendidikan

Dalam mengubah situasi pergaulan biasa menjadi situasi Pendidikan berbagai hal baik dan berguna bagi anak didik ibaratnya “dimasukkan” ke dalam pergaulan oleh pendidik. Sebaliknya berbagai hal yang tidak baik, tidak berguna dan berbahaya bagi anak didik “dikeluarkan” oleh pendidik dari pergaulan tersebut., tentunya pendidik perlu “mengawasi” segala sesuatu yang terjadi dalam pergaulan. Adapun “pangawasan” ini hendaknya dilakukan secara wajar, agar pergaulan pun berlangsung secara wajar denngan hati terbuka dari kedua belah pihak.

 

Mengapa “pemantauan” ini perlu dilakukan dengan baik? Berkaitan dengan hal tersebut, perlu diperhatikan bahwa “pengawasan yang berlebihan” oleh pendidik menyebabkan peserta didik lari dari sifat pergaulan yang terbuka. Bisa jadi seseorang yang suka menyembunyikan isi hatinya, seseorang yang suka berbohong, dll. Memang, tidak menutup kemungkinan seorang siswa “mengunci” pendidik ketika siswa tersebut merasa “tertekan” dari pengawasan yang berlebihan.

 

Terjadinya hal ini merupakan gejala bahwa anak didik merasa tidak aman karena ia selalu merasa “diawasi”, dan selalu takut segala perbuatannya disalahkan oleh pendidik. Siswa akan merasa kehilangan hak untuk menentukan sikap dan tindakannya sendiri. Lebih jauh, semua ini juga menunjukkan bahwa siswa tidak lagi percaya bahwa pendidiknya adalah orang yang menyayanginya, orang baik yang dapat memberikan perlindungan atau rasa aman, yang dapat membantunya,. Di sisi lain, pendidik yang “memantau hubungan yang tidak wajar atau berlebihan” juga menunjukkan ketidakpercayaan pendidik bahwa siswanya akan mampu berbuat baik atau melindungi diri sendiri. Pendeknya, dalam pergaulan seperti ini, tidak ada lagi kepercayaan pendidik pada siswa atau siswa pada pendidik. Karena tidak adanya percaya memperccayai dari kedua belah pihak itulah maka pergaulan tersebut tidak kondusif untuk pendidikan, sehingga pendidikan tidak dapat berlangsung sesuai dengan harapan.Sehubungan dengan itu M.J. Langeveld (1980:30) menyatakan bahwa “perhubungan yang berdasarkan percaya mempercayai merupakan syarat tehnik bagi pendidikan”.

 

D. Tiga Jenis Lingkungan Pendidikan

Manusia sepanjang hidupnya sesalu akan menerima pengaruh dari tiga lingkungan pendidikan yang utama yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ketiganya disebut sebagai tripusat pendidikan. Dilihat dari segi anak didik, tampak bahwa anak didik secara tetap hidup di dalam lingkungan masyarakat tertentu tempat ia mengalami pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara lingkungan tersebut meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah an lingkungan masyarakat, yang disebut tripusat pendidikan.

 

1. Keluarga

Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang karena hubungan semenda dan sedarah. Keluarga itu dapat berbentuk keluarga inti ( ayah, ibu dan anak ). Menurut Ki Hajar Dewantoro, suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan orang-seorang (pendidikan individual) maupun pendidikan sosial.

 

2. Sekolah

Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan. Semakin maju suatu masyarakat semakin penting peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam proses pembangunan masyarakat. Oleh karena itu, sekolah seharusnya menjadi pusat pendidikan untuk menyiapkan manusia indonesia sebagai individu warga masyarakat, warga negara dan warga dunia di masa depan, yang mana secara bertahap sekolah dikembangkan menjadi suatu tempat pusat latihan (training centre) manusia Indonesia di masa depan. Suatu alternatif yang mungkin dilakukan sesuai situasi dan kondisi sekolah antara lain :

a. Pengajaran yang mendidik.

b. Peningkatan dan pemantapan pelaksanaan program bimbingan dan penyuluhan (BP) di sekolah.

c. Pengembangan perpustakaan sekolah menjadi suatu pusat/sumber belajar (PSB).

d. Peningkatan dan pemantapan program pengeloalaan sekolah.

 

3. Masyarakat

Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan lingkungan keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah mulai ketika anak-anak untuk beberapa waktu setelah lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari pendidikan sekolah. Dengan demikian, berarti pengaruh pendidikan tersebut tampaknya lebih luas.

 

Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali, ini meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertiapengertian (pengetahuan), sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan. Kaitan antara masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari tiga segi, yaitu :

a. Masyarakat sebagai penyelenggara Pendidikan.

b. Lembaga-lembaga kemasyrakatan dan/atau kelompok sosial dimasyarakat.

c. Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar baik yang dirancang (by design), maupun yang dimanfaatkan (utility).

 

E. Sifat/Karakteristik Pendidikan

Dalam buku Pengantar Pendidikan, Redja Mudyahardjo (hal.191) membagi empat bagian Karakteristik Pendidikan Nasional Indonesia, diantaranya:

1. Karakteristik sosial budaya

Sistem Pendidikan Nasional Indonesia berakar pada kebudayan bangsa Indonesia yaitu kebudayan yang timbul sebagai usaha budi daya rakyat Indonesia yang berbentuk kebudayaan lama dan asli, kebudayaan baru yang dikembangkan menuju ke arah kemajuan adab, budaya, dan persatuan dengan tidak menolak kebudayaan asing yang dapat mengembangkan dan memperkaya kebudayaan sendiri serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia. Sistem Pendidikan Nasional Indonesia berakar pada kebhinekaan yang satu atau Bhineka Tunggai Ika. Sistem Pendidikan Indonesia harus menyerap dan mengembangkan karakteristik geografi, demografis, sosial budaya, sosial politik, dan sosial ekonomi daerah-daerah di seluruh wilayah Indonesia dalam kerangka persatuan dan kesatuan Indonesia.

 

2. Karakteristik Dasar

Dasar yuridis formal dari sistem pendidikan nasional Indonesia yang bersifat idiil adalah pancasila sebagai dasar negara seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 dan yang bersifat regulasi/mengatur bersumber pada pasal 31 ayat (1) dan (2) UUD 1945. Pasal 31 ayat 2 berbunyi “Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.” Ayat ini secara khusus berbicara tentang pendidikan dasar 9 tahun (tingkat SD dan SLTP), bahwa target yang dikehendaki adalah warga negara yang berpendidikan minimal setingkat SLTP. Ada dua kata "wajib" dalam ayat ini yang berimplikasi terhadap pelaksanaan lebih lanjut program wajib belajar. Di antaranya adalah setiap anak usia pendidikan dasar (6-15 tahun) wajib bersekolah di SD dan SLTP. Karena sifatnya wajib, bila tidak, semestinya ada sanksi hukum terhadap keluarganya dan juga bagi anaknya. Sanksi apa yang dikenakan kepada mereka, haruslah jelas. Tidak boleh lagi ada alasan bahwa seorang anak tidak bersekolah karena ia tidak ingin bersekolah atau keluarganya tidak mampu membiayainya karena pemerintah wajib membiayainya.

 

3. Karakteristik Fungsi dan Tujuan

Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Kehidupan bangsa yang cerdas adalah kehidupan bangsa dalam segala sektor, politik, ekonomi, keamanan, kesehatan dan sebagainya. Yang makin menjadi kuat dan berkembang dalam memberikan keadilan dan kemakmuran bagi setiap warga negara dan negara sehingga mampu menghadapi gejolak apapun.

 

Tujuan yang kedua adalah mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur. Memiliki pengetahuan dan keterampilan. Memiliki kesehatan jasmani dan rohani. Memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebanggaan.

 

Di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 disebutkan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

 

4. Karakteristik Kesisteman

Pendidikan Nasional merupakan satu keseluruhan kegiatan dan satuan pendidikan yang dirancang dilaksanakan dan dikembangkan untuk ikut berusaha mencapai tujuan nasional. Pendidikan nasional mempunyai tugas utama agar tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran (Pasal 31 UUD 1945). Untuk membuka kesempatan yang seluas luasnya lewat jalur pendidikan sekolah dan luar sekolah yang menganut asas pendidikan seumur hidup.

 

Pendidikan Nasional mengatur bahwa jalur pendidikan sekolah terdiri atas tiga jalur utama yakni pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Kurikulum, peserta didik, dan tenaga kependidikan tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan belajar mengajar.

 

Kesimpulan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, kemandirian, kemanusiaan, dan kerohanian, budi pekerti, akhlak mulia, dan kecerdasan yang diperlukan diri dan masyarakat. Pendidikan juga merupakan hal utama dalam menentukan sifat-sifat pergaulan, dan lingkungan juga berpengaruh untuk menentukan sifat dari peserta didik. Lingkungan tersebut meliputi lingkungan keluarga (tempat yang baik untuk melakukan Pendidikan individual), lingkungan sekolah (tempat untuk melaksanakan pendidikan secara formal), dan lingkungan masyarakat (perpaduan antara lingkungan keluarga dan sekolah).

 

Tentunya Pendidikan memiliki sifat ataupun karakteristik, dalam Karakteristik Pendidikan Nasional Indonesia terdapat 4 bagian meliputi karakteristik sosial budaya, karakteristik dasar, karakteristik fungsi dan tujuan dan karakteristik kesisteman.

 

Oleh karena itu untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab harus melakukan Pendidikan.

 

Saran

Penulis harap setiap warga negara bisa mengikuti ataupun melaksanakan Pendidikan guna mencerdaskan kehidupan bangsa sehingga mampu menghadapi gejolak apapun. Agar dalam pelaksanaan pendidikan serta pembelajaran guru harus berperan aktif sehingga bisa mewujudkan suasana belajar yang nyaman dan bisa berkomunikasi secara lebih baik bersama peserta didik.

 

DAFTAR PUSTAKA

https://cecephendras.blogspot.com/2017/02/makalah-pedagogika-tentang-pergaulan.html

https://nuraisyah-pgsdupi.blogspot.com/2013/01/pedagogik-pergaulan-dan-pendidikan.html

http://gudangilmu79.blogspot.com/2021/05/karakteristik-pendidikan-di-indonesia.html

http://nasibnatal.blogspot.com/2013/11/pergaulan-pendidikan_9.html

Wijaya, T., Elihami, E., & Ibrahim, I. (2019). STUDENT AND FACULTY OF ENGAGEMENT IN NONFORMAL EDUCATION. JURNAL EDUKASI NONFORMAL, 1(1), 139-147

https://cecephendras.blogspot.com/2017/02/makalah-pedagogika-tentang-pergaula n.html adoc.pub_bab-v-pengertian-fungsi-dan-jenis-lingkungan-pendi. (n.d.)