Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pendekatan-pendekatan Pembelajaran IPS di Sekolah

 


PENDEKATAN-PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SD KELAS AWAL

 

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolok atau sudut pandang kita dalam mendefinisikan komponen dan proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Pendekatan pembelajaran memberikan gagasan-gagasan yang diterima secara ilmiah, dan ini merupakan salah satu upaya pendidik secara profesional. Seorang guru profesional tidak melaksanakan upaya pembelajaran tanpa landasan teoretis yang jelas. Hal ini merupakan tuntutan profesionalisme yang merupakan salah satu kompetensi guru selain kompetensi pedagogis, personal, dan sosial.

 

Pada konteks pembelajaran IPS di sekolah dasar kelas awal, pendekatan pembelajaran menjadi landasan teoritis dan paradigma pembelajaran. Meskipun tidak bersentuhan langsung dengan praktik pembelajaran di sekolah, pendekatan menjadi kerangka teoritis dan pandangan umum yang menentukan pemilihan metode, model, strategi, prosedur, dan teknik pembelajaran. Hal ini menentukan keberhasilan seorang guru melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai pendidik secara profesional.

 

Pendekatan pembelajaran didefinisikan sebagai seperangkat asumsi dan cara pandang tentang proses pembelajaran, meliputi belajar, mengajar, interaksi, hingga evaluasi. Ada banyak sekali pendekatan pembelajaran IPS di SD, tetapi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach) (Rusman, 2013).

 

Sifat pendekatan pembelajaran adalah teoritis, mendasar, dan abstraksi. Seperti halnya kita ingin mendefinisikan sesuatu, maka kita harus mendekati objek tersebut. Definisi kita terhadap objek akan ditentukan oleh sudut pandang kita terhadap objek. Jika ilustrasi ini diterapkan dalam pembelajaran, pendekatan pembelajaran akan menentukan peran siswa dan guru dalam pembelajaran. Misalnya pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa memiliki konsekuensi pembelajaran adalah usaha aktif siswa dalam belajar, sementara guru berperan sebagai pembimbing dan motivator. Berbeda dengan pendekatan pembelajaran berpusat pada guru, siswa didefinisikan sebagai objek pembelajaran, dimana proses belajar adalah aktivitas guru mentransfer ilmu dan siswa sebagai penerima ilmu (Supardan, 2015).

 

Pendekatan setidaknya membahas peran guru dan siswa dalam pembelajaran, proses belajar & cara mengajar, dan interaksi antara siswa dengan guru serta tujuannya. Susanto (2014) mengemukakan lima contoh pendekatan pembelajaran IPS SD, yaitu: (1) Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah; (2) Pendekatan Pembelajaran Kontekstual; (3) Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme; (4) Pendekatan Pembelajaran Inkuiri; dan (5) Pendekatan Pembelajaran Sains, Teknologi, dan Masyarakat (STM). Meski demikian, kita sering menemukan dalam referensi berbagai istilah yang serupa dengan pendekatan pembelajaran, meliputi istilah pendekatan, strategi, model, metode, prosedur, dan teknik pembelajaran.
Tabel 1. Perbedaan Istilah

Istilah

Definisi dan karakteristik umum

Pendekatan

Umum, general, teoritis, paradigma, asumsi, cara pandang

Strategi

Pertimbangan cara yang akan diterapkan untuk melaksanakan perencanaan pembelajaran

Model

Gambaran satu pembelajaran lengkap dan utuh mulai dari awal sampai akhir

Metode

Implementatif, praktikal; spesifik pada pencapaian tujuan atau keterampilan belajar tertentu

Prosedur

Urutan langkah pembelajaran

Teknik

Spesifik pada keterampilan mengajar seorang pendidik dalam menerapkan metode tertentu

 

Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, modelpembelajaran merupakan frame dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan strategi pembelajaran. Supardan (2015) mengelompokkan model-model pembelajaran IPS menjadi empat rumpun, yaitu:

 

1. Rumpun model pembelajaran pemrosesan informasi

2. Rumpun model pembelajaran sosial

3. Rumpun model pembelajaran perilaku

4. Rumpun model pembelajaran personal

 

Metode pembelajaran diartikan sebagai cara untuk mengimplementasikan rencana pembelajaran yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Supriatna et al (2010) mengemukakan beberapa contoh metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPS di SD, yaitu:

1. Metode ceramah/ekspositori

2. Metode tanya-jawab

3. Metode diskusi

4. Metode penugasan

5. Metode kerja kelompok

6. Metode demonstrasi

7. Metode karyawisata

8. Metode simulasi

9. Metode sosiodrama

10. Metode bermain peran

11. Metode inquiry-discovery

12. Metode observasi

 

Strategi pembelajaran didefinisikan sebagai “…a sequential arrangement of instructional activities that is employed over time and is intended to achieve a desired student learning outcome” (Costa, et al., 1985). Definisi ini menggambarkan strategi pembelajaran sebagai keseluruhan pilihan usaha guru mulai dari perencanaan, cara, dan taktik yang akan digunakan untuk melaksanakan pembelajaran IPS di SD. Misalnya, jika sebelumnya siswa sudah memahami materi dan relatif menguasai keterampilan faktual, konseptual, dan prosedural, maka pilihan metode dan model yang relevan untuk digunakan adalah inkuiri, tanya jawab, problem solving, atau project-based learning. Dalam hal ini, guru berperan secara nondirektif, hanya menyajikan stimulus-stimulus pembelajaran tertentu di awal. Mengenai urutan langkah dan distribusi beban belajar ditentukan berdasarkankomponen-komponen pembelajaran IPS yang tersedia dan yang bisa disediakan dalam pembelajaran, mulai dari fasilitas, media, jumlah guru, sumber pembelajaran, dan waktu
yang tersedia.

 

Mempertimbangkan berbagai pertimbangan yang perlu dipikirkan oleh guru, Edwin Fenton (1967) mengemukakan kontinum pembelajaran antara upaya guru dan kondisi siswa sebagai berikut.

Strategi pembelajaran memuat aktivitas guru dalam mengidentifikasi prior knowledge yang sebelumnya dikuasai siswa, terutama jika materi IPS yang akan dipelajari mengharuskan siswa menguasai pengetahuan prasyarat terlebih dahulu. Misalnya, materi tentang transaksi jual beli mensyaratkan siswa harus menguasai materi jenis-jenis alat tukar terlebih dahulu. Lebih lanjut, penentuan strategi pembelajaran IPS SD meliputi aktivitasaktivitas sebagai berikut (1) menyatakan tujuan; (2) mengembangkan kemampuan metakognitif; (3) menyediakan interaksi sosial; (4) memasukkan konteks-konteks realistik; (5) melibatkan siswa dalam aktivitas relevan; (6) menyediakan umpan balik yang konstruktif, terus-menerus, dan tepat waktu. Costa, et al (1985) mengidentifikasi empat jenis strategi pembelajaran IPS, yaitu: (1) directive strategies; (2) mediative strategies; (3) generative strategies; (4) collaborative strategies. Perbedaan keempat klasifikasi strategi pembelajaran ini dapat diamati dalam tabel berikut.

Tabel 2. Klasifikasi Strategi Pembelajaran

Strategi
pembelajaran

Penentu tujuan
pembelajaran

Penentu
metode dan
materi

Penentu
evaluasi

Sumber motivasi
belajar

Directive
strategies

Guru

Guru

Guru

Guru

Mediative
strategies

Guru

Siswa

Siswa

Rasa ingin tahu terhadap materi

Generative
strategies

Guru dan siswa

Siswa

Siswa

Kompetensi dan keuletan

Collaborative
strategies

Guru dan kelompok siswa

Kelompok siswa

Kelompok siswa

Interdependensi dan rasa komunitas

 

Berdasarkan keempat klasifikasi strategi pembelajaran tersebut, ada lima pertimbangan dalam menentukan kelompok strategi pembelajaran apa yang relevan dengan siswa, yaitu: (1) karakteristik berpikir siswa; (2) gaya belajar siswa; (3) tujuan pembelajaran; (4) motivasi dan pola belajar siswa; (5) masalah-masalah yang biasa timbul dalam pembelajaran berjalan. Setelah mengidentifikasi kelima pertimbangan tersebut, barulah guru dapat menentukan kemampuan siswa dan guru dalam menentukan tujuan, metode, materi, evaluasi, dan sumber motivasi belajar (Supardan, 2015). Berikut beberapa penjelasan singkat mengenai beberapa pendekatan pembelajaran untuk IPS di SD kelas awal.

 

1.     Pendekatan Tematik

Pendekatan pembelajaran tematik merupakan pendekatan yang digunakan terutama dalam Kurikulum 2013. Penyusunan dan pemilihan materi dilakukan secara saling berkaitan, meski berbeda mata pelajaran. Hal ini menjadikan adanya perpaduan materi untuk pencapaian tujuan belajar yang sama. Untuk melakukan perpaduan materi tersebut,pendekatan pembelajaran tematik menggunakan tema. Karakteristik pembelajaran yang diharapkan adanya fleksibilitas belajar. Guru mengakomodasi ide-ide siswa yang biasanya tidak muncul dalam perencanaan pembelajaran (Trianto, 2015).

 

2.     Pendekatan Saintifik

Pendekatan pembelajaran saintifik bertujuan untuk mendorong siswa berpikir hipotetik,m rasional, objektif, dan ilmiah. Belajar dalam perspektif saintifik meliputi domain tahu apa, tahu mengapa, dan tahu bagaimana. Pendekatan pembelajaran saintifik setidaknya meliputi langkah-langkah pembelajaran: mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring. Pendekatan pembelajaran ini pun digunakan terutama dalam Kurikulum 2013 (Yani & Ruhimat, 2018).

 

3.     Pendekatan Pembelajaran Spiral

Pendekatan pembelajaran spiral didefinisikan sebagai penyusunan dan pembuatan materi berdasarkan keluasan dan kedalaman materinya. Berdasarkan pendekatan pembelajaran spiral, pembelajaran harus dimulai dengan dasar-dasar yang tidak terperinci, tetapi seiring kemajuan pembelajaran, maka semakin banyak pula pengetahuan mendetail yang diperkenalkan dengan terus-menerus menghubungkan kembali dasar-dasar pelajaran yang telah diajarkan sebelumnya. Hal ini dilakukan agar pelajaran dapat disimpan dalam memori jangka panjang peserta didik. Siswa lebih mudah memahami materi jika materi sebelumnya telah dikuasai (Supriatna, 2010).

 

4.     Pendekatan Pembelajaran Kontekstual

Pendekatan pembelajaran kontekstual memandang belajar sebagai proses memberinmakna. Melalui pendekatan ini, guru menyajikan konteks (pribadi, sosial, kultural), sementara siswa merefleksikan pengalaman. Pendekatan pembelajaran ini bertujuan agar siswa mampu memahami pelajaran jika ada keterkaitan informasi baru dengan pengalaman. Pada pembelajaran, siswa mengatur pembelajaran sendiri. Guru menggunakan penilaian  otentik (Komalasari, 2017).

 

5.     Pendekatan Pembelajaran Konstruktivistik

Pendekatan pembelajaran konstruktivistik memandang belajar sebagai proses aktif membangun konstruksi pengetahuan dan pengalaman. Siswa tidak datang ke kelas dalam kondisi kosong pengetahuan dan pengalaman. Guru sebagai fasilitator siswa mengkonstruksi pengetahuan dan pengalaman. Pergeseran peran guru dalam pembelajaran dari “sage on stage” menjadi “guide aside”. Siswa dapat mengemukakan pengalaman masing-masing untuk saling refleksi (Supriatna, 2010).

 

Pendekatan pembelajaran konstruktivistik memandang belajar sebagai proses aktif membangun konstruksi pengetahuan dan pengalaman. Siswa tidak datang ke kelas dalamkondisi kosong pengetahuan dan pengalaman. Guru sebagai fasilitator siswa mengkonstruksi pengetahuan dan pengalaman. Pergeseran peran guru dalam pembelajaran dari “sage on stage” menjadi “guide aside”. Siswa dapat mengemukakan pengalaman masing-masing untuk saling refleksi (Supriatna, 2010).

 

Pendekatan pembelajaran konstruktivistik merupakan salah satu ragam pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa atau student-centered approach (Rusman, 2013). Hal ini karena pendekatan pembelajaran konstruktivistik memberikan peran lebih besar bagi siswa sendiri untuk membangun pengetahuan dan pengalaman secara aktif. Pendekatan pembelajaran konstruktivistik adalah kumpulan teori pendidikan yang mengedepankan peningkatkan perkembangan logika dan konseptual pembelajar. Pendekatan pembelajaran konstruktivistik memandang bahwa proses belajar terjadi ketika ada pemrosesan informasi secara aktif.

 

Konstruktivistik pun menempatkan peran siswa dalam membangun pengetahuan untuk dirinya. Peran seorang guru sangat penting ketika berfungsi sebagai fasilitator dimana yang membantu siswa dengan pemahamannya, bukan berperan sebagai satu-satunya sumber pembelajaran atau memberikan ceramah panjang mengenai materi pembelajaran (Wardoyo, 2013).

 

Aktivitas-aktivitas langsung yang mencerminkan pengalaman dalam kehidupan seharihari mendukung proses membangun pengetahuan dan pengalaman secara aktif oleh siswa. Kegiatan bermain peran, simulasi, demonstrasi, sampai proyek-proyek kecil semacam menanam tanaman di kebun sekolah secara bersama-sama akan memberikan kesempatan bagi siswa menyusun dan menemukan keterkaitan antara pengetahuan dengan pengalaman. Seperti menyusun balok menjadi bangunan, belajar bisa menjadi proses
sistematisasi pengetahuan bersama. Bentuknya masing-masing bisa berbeda, tapi baloknya bisa milik siapa saja. Bisa saja pakai balok sendiri, tapi pasti banyak celah kosong yang tidak bisa diisi oleh baloknya sendiri. Apapun aktivitasnya, selama dilakukan bersama, muncul aktivitas saling berbagi pengetahuan dan pengalaman, iklim interaksi siswa-guru mendukung, akses informasi terbuka dan kaya, maka itu disebut belajar.

 

Prinsip-prinsip pendekatan pembelajaran konstruktivistik IPS di sekolah dasar kelas awal meliputi:

a. Mendorong dan menerima otonomi dan inisiatif siswa;

b. Menggunakan data primer sebagai sumber utama (menggeser peran guru sebagai sumber utama);

c. Memberikan peran siswa untuk mengklasifikasi, analisis, prediksi, dan menyusun konsep/generalisasi;

d. Fleksibel terhadap respons dan interpretasi siswa (guru siap mengubah strategi pembelajaran ketika berlangsung);

e. Memfasilitasi dialog antar-siswa;

f. Memfasilitasi dialog guru-siswa;

g. Evaluasi bersifat on-going, alat tes (ulangan, UTS, UAS) bukan satu-satunya instrumen evaluasi;

h. Mendorong siswa mengelaborasi banyak analisis bersama;

i. Memberi kesempatan siswa membangun jejaring konsep dan membuat analogi/metafora/perumpamaan (Ahmad, 2014).

 

Meskipun penggunaan pendekatan yang berpusat pada siswa disukai di kelas barubaru ini, peran guru untuk pembelajaran yang efektif sangat penting. Menyediakan lingkungan kelas di mana keterlibatan aktif dirangsang oleh guru membantu siswa menjadi sukses secara akademis, peran guru tidak dihilangkan di dalam kelas (Serin, 2018).

 

Kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan untuk penerapan pendekatan pembelajaran konstruktivistik meliputi:

a. Kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman. Kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan pengalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi mahasiswa dengan pengalaman tersebut.

b. Kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan membandingkan sangat penting agar mahasiswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengetahuannya.

c. Kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu daripada yang lain. Melalui suka dan tidak suka inilah muncul penilaian bagi pembentukan pengetahuannya (Pannen et al., 1991). Keterampilan sosial adalah kemampuan untuk menciptakan hubungan sosial yang serasi dan memuaskan berbagai pihak, dalam bentuk penyesuaian terhadap lingkungan sosial dan keterampilan memecahkan masalah sosial. Keterampilan sosial meliputi kontrol diri, adaptasi, toleransi, komunikasi dan partisipasi. Keterampilan sosial dapat dimunculkan melalui proses pembelajaran. Keterampilan sosial dapat dikembangkan dengan aspek kognitif terlebih dahulu. Ajarkan dan demonstrasikan dulu oleh guru. Keterampilan sosial dapat dimunculkan dari latihan. Terkadang keterampilan sosial muncul tidak memerlukan aspek kognitif, secara spontan bisa muncul. Kegiatan sosial di kehidupan sehari-hari sebenarnya menggambarkan beberapa keterampilan sosial. Perlu refleksi kehidupan seharihari dalam kelas (Supriatna, 2010).

 

Dalam konteks pendekatan pembelajaran konstruktivistik, keterampilan sosial dapat dikembangkan pada jalannya interaksi siswa-guru maupun antarsiswa sendiri melalui contoh-contoh konkret sebagai berikut:

a. Menjelaskan gagasan secara berterima;

b. Mendengarkan pendapat, pertanyaan, dan tanggapan;

c. Berbagi peran dalam kelompok;

d. Konsekuen dalam melaksanakan tugas;

e. Bersedia membantu teman yang kesulitan mengerjakan tugas;

f. Mengapresiasi pendapat dan hasil kerja orang lain;

g. Meminjam barang, buku, dan lain-lain dan mengembalikannya dalam kondisi semula.

Daftar Pustaka

Artikel Pidi Mohamad Setiadi

Costa, Arthur; et al. (1985). Developing Mind: A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia: ASCD.

Fenton, Edwin. (1967). Teaching the New Social Studies in Secondary School. New York:Holt Rinehart & Winston.

Komalasari, Kokom. (2017). Pembelajaran kontekstual: konsep dan aplikasi. Bandung;Refika Aditama.

Pannen, Paulina et al. (1991). Konstruktivistik dalam pembelajaran. Jakarta: Proyek Pengembangan Universitas Terbuka Ditjen Dikti.Rusman. (2013). Model-model pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo.
Serin, Hamdi. (2018). “A comparison of teacher-centered and student-centered approaches in educational settings”. International Journal of Social Sciences and Educational

Studies 5(1) DOI:10.23918/ijsses.v5i1p164.

Supardan, Dadang. (2015). Pembelajaran ilmu pengetahuan sosial : perspektif filosofi danmkurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.

Supriatna, Nana; et al. (2010). Pendidikan IPS SD. Bandung: UPI Press.

Susanto, Ahmad. (2014). Pengembangan pembelajaran IPS di SD. Jakarta: Prenada Media Group.Trianto. (2015). Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik, Bagi Anak Usia Dini TK/RA & Anak Usia Awal SD/MI. Jakarta: Prenada Media Group.

Yani, Ahmad; & Ruhimat, Mamat. (2018). Teori dan implementasi pembelajaran saintifik Kurikulum 2013. Bandung: Refika Aditama.