Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kasih Sayang sebagai Dasar Pendidikan

 


Kasih Sayang sebagai Dasar Pendidikan

 

Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk yang membutuhkan kasih sayang. Kasih sayang memberikan pengaruh timbal balik dalam hubungan antara pendidik dengan peserta didik. Kasih sayang memiliki peran penting dalam dunia Pendidikan. Dengan adanya kasih sayang akan menumbuhkan hubungan atau interaksi yang harmonis antara pendidik dan peserta didik. Ketika kasih sayang terpenuhi dengan baik ddan merasa disayangi maka akan terwujud  ketenangan jiwa, perasaan aman, percaya diri, dan timbulnya kepercayaan kemauan untuk membantu dan bersikap santun kepada orang lain, tumbuhnya sikap rela berorban dan kesediaan untuk mendahulukan orang lain. Selain itu, akan terciptanya hubungan baik dapat medorong pada perkembangan dan penyempurnaan mental dan spritiual anak.

 

Oleh sebab itu, sikap kasih sayang sesame manusia, khusunya dalam Pendidikan adalah hal esensial. Kasih

sayang juga dapat menybebakan keselamatan jasmani dan ruhani, menjadi solusi tepat dalam memperbaiki perilaku amoral dan mengarmonisasikan hubungan manusia. Maka dari itu, proses pendidikan merupakan sentuhan belaian kemanusian antara pendidik dengan peserta didik. Prayitno (2002:14) menyatakan bahwa dalam proses pendidikan hendaknya ada kedekatan antara pendidik dan peserta didik. Hubungan antara pendidik dan peserta didik haruslah mengarah kepada tujuantujuan instrinsik pendidikan, dan terbebas dari

tujuan-tujuan ekstrinsik yang bersifat pamrih untuk kepentingan pribadi pendidik. Kasih sayang yang tumbuh dari pengakuan yang tulus atas individu (guru maupun peserta didik) sebagai subjek, bukan predikat, apa lagi objek bagi individu lain.

 

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud kasih sayang dalam Pendidikan?

2. Bagaimana kasih sayang dalam pergaulan Pendidikan?

3. Bagaimana keterkaitan kasih sayang dengan unsur lain?

4. Apa kasih sayang sebagai syarat mutlak pedidikan?

 

C. Tujuan

1. Mengetahui makna kasih sayang dalam Pendidikan

2. Mengetahui adaya kasih sayang dalam pergaulan Pendidikan

3. Mengetahui keterikatan kasih sayang dengan unsur lain

4. Mengetahui kasih sayang sebagai syarat mutlak pedidikan2

 

PEMBAHASAN

A. Makna Kasih Sayang dalam Pedidikan

Istilah pendidikan kasih sayang merupakan penggabungan dari dua suku kata yakni “pendidikan” dan “kasih sayang”, yang keduanya memiliki kandungan makna berbeda. Keduanya akan digabungkan menjadi “pendidikan kasih sayang” dan memiliki makna berbeda pula.

Menurut Noeng Muhajir pendidikan adalah upaya membantu proses pengembangan subyek didik. Menurut definisi ini pendidikan bukan hanya “konsep transfering of knowledge” tetapi lebih mendalam dan membawa peserta didik pada tahapan “kemandirian hidup“ yang didampingi “kemuliaan akhlak”. Pada esensinya, pendidikan mengarahkan individu pada “perubahan” baik itu perubahan dilihat dari cara pandang, perubahan kedewasaan (maturity), perubahan tata bicara dan perubahan sikap.

 

Kemudian, terdapat pendapat oleh Al Ghazali yang menyatakan pendidikan adalah suatu proses kegiatan yang memiliki sistem yang jelas guna melahirkan perubahan-perubahan positif baik perubahan cara pandang atau pola pikir, perubahan mental, perubahan aksi atau tingkah laku manusia. Sesuai pendapat Al-Ghazali, ada hal-hal yang “berubah” ketika seseorang berpendidikan; berubah cara pandang, yang lebih terbuka (open minded) terbuka wawasan, terbuka dalam memecahkan masalah (problem solving) terbuka pengetahuan baru.

 

Berubah dalam hal mental, yang memiliki mental sehat, dan jauh dari kelemahan mental. Sedangkan perubahan lainnya perubahan tingkah laku yang dengan aturan-aturan syar’i, adat dan hukum positif. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa, Pendidikan merupakan suatu usaha sadar antara pendidik dan peserta didik untuk mengembangkan kepribadian yang lebih baik pada jasmani ataupu rohani. Maka dalam pedidikan dibutuhkan kasih sayang agar pertemuan bermakna dan dapat mencapai tujuan Pendidikan.

 

Kasih sayang dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah rahmah (rahmat atauَ )ر ْØ­ َر ٌØ© yang memiliki arti mengasihi atau menaruh kasihan dan menyayangi dan mengasihani dan memaafkannya. Sedangkan, Makna kata kasih dan sayang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2002: 394, dan 789) bersifat sirkumlokutif (berputar-putar). Pada pemberian definisi kata kasih dinyatakan, "perasaan sayang (cinta, suka kepada)", sedangkan pada kata sayang dinyatakan, "kasih sayang (kepada); cinta (kepada); kasih (kepada);". Oleh karena itu, pengertian kata kasih sayang hendaknya bersifat serentak, bukan terpisah antara kata kasih dan sayang.

 

Menurut Muhardi (1986: 64) kata kasih sayang merujuk pada kata philia (cinta sesama manusia), karena di samping kata philia ada kata agape (cinta kepada Tuhan), kata eros dan amour (cinta antara laki-laki dengan perempuan, biologis). Dengan demikian, kasih sayang merujuk pada perasaan cinta sesama manusia, baik kepada dirinya sendiri maupun kepada orang lain. Di dalam Wikipedia Kamus Ensiklopedia Bebas Bahasa Indonesia, kasih sayang dikenal sebagai afeksi yang diartikan semacam status kejiwaan yang disebabkan oleh pengaruh eksternal atau dapat diartikan hubungan antara dua orang atau lebih yang lebih dari sekedar

rasa simpati atau persahabatan.

 

Setelah dipaparkan secara terpisah pengertian Pendidikan dan kasih sayang. Maka Pendidikan kasih sayang menurut amstrong dapat dimaknai “proses memanusiakan peserta didik dengan merekatkan hubungan positif antar pribadi yakni antara guru dan peserta didiknya, yang di dalamnya kental unsur pemahaman terhadap peserta didik, tidak adanya unsur menyalahkan dan unsur menuntut.”

 

Pendidikan kasih sayang itu sendiri merupakan pembentukan intelektual individu yang kental muatan moralitas diri anak-remaja yang dibangun berdasarkan unsur-unsur yang tidak menjatuhkan anak atau remaja, menjauhkan dari konflik atau pertentangan, serta kontravensi. Memberikan kasih sayang dalam diri manusia dapat mendorongnya untuk berbuat, bertindak, mengambil prakarsa untuk memuliakan kemanusiaan orang lain. Selain itu, melalui kasih sayang dapat memanusiakan diri sendiri (Dahler, 1976: 132). Hal ini didukung oleh Prayitno (2008:177) bahwa memberikan kasih sayang merupakan wahana situasi pendidikan mentransformasi peserta didik mencapai tujuan pendidikannya.

 

Oleh karena itu, dengan adanya kasih sayang dalam Pendidikan maka pendidik dapat membangun peserta didik yang dilandasi oleh kasih sayang. Sehingga jalinan sosial dalam kelas akan hangat, penuh kebersamaan dan bermakna, saling memahami dan menghargai.

 

B. Kasih Sayang dalam Pergaulan Pendidikan

Menurut McInerney & McInerney (1998:5) Australian Teaching Council pada tahun 1996 menetapkan bahwa pada awal pendidikan guru, pendidikan diarahkan agar calon guru memiliki lima kompetensi dasar. Kelima kompetensi tersebut adalah: (1) mampu menggunakan dan mengembangkan pengetahuan profesional dan nilai-nilai, (2) mampu berkomunikasi, berinteraksi, dan bekerja bersama siswa maupun warga sekolah lain, ( 3) mampu merencanakan dan mengelola proses pengajaran dan pembelajaran, (4) mampu memantau dan mengukur kemajuan siswa dan hasil pembelajaran, serta (5) mampu merefleksikan, mengevaluasi, dan merencanakan pengembangan berkesinambungan sebagai guru. Dengan demikian, kemampuan menjalin interaksi, berkomunikasi dengan penuh kasih sayang dan kelembutan dari segi keguruan merupakan salah satu kompetensi yang dipersyaratkan.

 

Spolsky (1989: 113--15) yang menyoroti prasyarat-prasyarat yang hendaknya dipenuhi bagi keberhasilan siswa mempelajari bahasa (kedua dan bahasa asing) menyatakan bahwa jalinan sosial terkait dengan kecemasan. Jalinan sosial yang hangat akan mengurangi kecemasan siswa dalam belajar. Sementara itu, berkaitan dengan kecemasan, Spolsky menyimpulkan, "Some learners, typically those with low initial proficiency, low motivation, and high general anxiety, develop levels of anxiety in learning and using a second language that interfere with the learning".

 

Berkaitan dengan perlunya pelibatan penuh peserta didik (siswa) dalam pembelajaran, penghilangan rasa cemas, penciptaan jalinan sosial dan suasana kelas yang menyenangkan, sejak tahun 1970 Philip Jackson menawarkan model pedagogi baru (Anderson, 1989: 74--5). Model pedagogi tersebut diberi nama Painless Pedagogy, jika diindonesiakan mungkin dapat disebut pedagogi yang nyaman. Dalam hubungannya dengan hal ini, Jackson menyatakan, "This term refers to the long-term trend in education toward making the conditions of learning pleasurable for the students." Jackson meyakini bahwa keterlibatan penuh siswa dalam pembelajaran akan meningkatkan hasil pembelajaran, seperti terungkap dalam pernyataannya, "Student achievement depends on the degree to which students become and remain involved in

learning". Pelibatan siswa sepenuhnya hanya tercipta jika dalam suasana dalam kelas ditaburi oleh kasih sayang dan kelembutan. Kasih sayang dan kelembutan dalam kelas dalam Islam sering diibaratkan dengan seorang ibu. "Al ummu madrasatun, ibu itu ibarat sebuah sekolah," ujar pengamat pendidikan, Nibras OR Salim (Republika, 20 Juni 2006).

 

Pakar pendidikan berkebangsaan Jepang, Sinichi Suzuki, juga menyatakan, "Belajarlah seperti para ibu mengajarkan anak-anak berbicara. Mereka mengajarkan bahasa tidak dengan kekerasan tapi dengan peluk manja dan kasih sayang." Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan hal-hal sebagai berikut. Pertama, kemampuan mengembangkan kasih sayang dan kelembutan dalam pembelajaran merupakan salah satu kompetensi keguruan. Kedua, kemampuan mengembangkan kasih sayang dan kelembutan dalam pembelajaran menentukan efektivitas pengajaran seorang guru. Ketiga, kasih sayang dan kelembutan menentukan jalinan sosial dalam kelas, keterlibatan peserta didik (siswa) dalam kelas, menurunkan atau bahkan menghilangkan tingkat kecemasan siswa, dan pada akhirnya mengoptimalkan proses dan hasil pembelajaran. Keempat, dalam Islam kasih sayang dan kelembutan diibaratkan dengan prilaku ibu mendidik putra-putrinya seperti tercermin dalam ungkapan "Al ummu madrasatun, ibu itu ibarat sebuah sekolah." Kelima, meskipun simpulan berikut masih prematur, dapat dinyatakan bahwa urgensi nilai-nilai kasih sayang dan kelembutan dalam pendidikan bersifat universal.

 

C. Keterkaitan Kasih Sayang dan Kelembutan dengan Unsur Lain

Sesuai dengan "Diagram Ilmu Pendidikan" yang ditampilkan dalam makalah ini, kasih sayang dan kelembutan merupakan subunsur dari unsur kewibawaan yang merupakan pilar utama proses pembelajaran di samping kewiyataan. Kewibawaan identik dengan high-touh atau lazim disingkat hi-touch dalam proses pembelajaran. Kata touch berasal dari bahasa Inggris yang artinya sentuhan. Oleh sebab itu, dalam konteks pembelajaran, pengertian touch mengacu pada kemampuan pendidik memberikan sentuhan-sentuhan dalam proses pembelajaran.

 

Pemberian sentuhan itu terkait dengan pendidik sebagai tenaga profesional yang berpijak pada kode etik tertentu. Kasih sayang dan kelembutan memiliki hubungan erat dan timbal balik dengan pengakuan. Memang, pengakuan tidak selalu didasarkan atas ikatan dan dorongan kasih sayang dan kelembutan seperti dikemukakan Prayitno (2002: 33) bahwa pengakuan peserta didik terhadap pendidik dapat berpusat pada pendidik atas dasar kekuasaan dan kharisma. Tetapi, pengakuan itu cenderung tidak bersifat timbal balik, hanya pengakuan peserta didik terhadap pendidik. Pengakuan yang diikat oleh tali kasih sayang dan kelembutan akan merasuk dalam bentuk intenalisasi nilai kependidikan serta bersifat timbal balik antara pendidik dan peserta didik.

 

Kasih sayang dan kelembutan juga memiliki hubungan erat serta timbal balik dengan penguatan. Penguatan yang diberikan tanpa ikatan kasih sayang dan kelembutan cenderung bersifat mekanistis dan dapat disalahtafsirkan secara negatif baik oleh peserta didik maupun pendidik Kasih sayang dan kelembutan memiliki hubungan erat dan timbal balik dengan pengarahan. Pengarahan tanpa kasih sayang dan kelem-butan cenderung mencerminkan sikap otoriter pendidik.

 

Kasih sayang dan kelembutan memiliki keterkaitan erat dan timbal balik dengan tindakan tegas yang mendidik. Tanpa kasih sayang dan kelembutan, tindakan tegas dimaknai sebagai hukuman. Makna kata hukuman berkonotasi kriminal. Dengan demikian, tindakan tegas akan ditempatkan sebagai sesuatu yang mendidik jika dilakukan dengan penuh kasih sayang dan kelembutan. Sama halnya dengan subunsur kewibawaan lainnya, kasih sayang dan kelembutan memiliki hubungan erat dan timbal balik dengan keteladanan yang mendidik. Dengan kasih sayang dan kelembutan, maka subjek didik akan mampu meneladani pendidik secara layak, penuh pengertian, dan berkelanjutan.

 

D. Kasih Sayang sebagai Syarat Mutlak Pendidikan

Sebagai mahluk Allah yang sempurna, manusia selain diberi akal yang sempurna juga dibekali dengan hati nurani yang tulus sehingga manusia memiliki perasaan kasih sayang. Kasih sayang merupakan rangkaian hubungan yang uni antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Kasih sayang merupakan kebutuhan alami manusia, sehingga manusia tidak akan bisa hidup tanpa kasih sayang karena pada dasarnya manusia memiliki fitrah untuk dikasihi dan mengasihi.

 

Menurut Muhammad Anis dalam (Rahmatullah, 2014) berpendapat bahwa kasih sayang diartikan sebagai perbuatan dari seseorang yang memberikan kenyamanan, kesenangan, keharmonisan dan rasa penghargaan kepada orang lain. Sedangkan menurut Allen N. Mendler dalam (Rahmatullah, 2014) memberikan pandangannya bahwa yang dinamakan kasih sayang adalah kedekatan emosional terhadap orang lain dan ada di dalamnya unsur mengasihi.

 

Berdasarkan hal tersebut kasih sayang merupakan syarat mutlak pendidikan. Semua orang membutuhkan kasih sayang, namun dalam hal ini anak-anak lebih membutuhkan kasih sayang dibandingkan orang dewasa. Oleh karena itu, kasih sayang sangat mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Kasih sayang yang paling penting bagi anak adalah kasih sayang dari orang tua dan keluarganya. Tetapi, kasih sayang dari seorang guru disekolah juga tidak kalah penting bagi keberlangsungan pembelajaran anak. Kasih sayang dalam pendidikan memiliki peran yang sangat penting, karena dalam pendidikan hal ini berkaitan erat dengan pembentukan sikap dan karakter peserta didik. Peran tersebut antara lain sebagai berikut:

 

1. Pendidik (guru) adalah pembimbing. Peran guru sebagai pendidik salah satunya yaitu memberikan kasing sayang terhadap peserta didik dan membimbingnya dalam menjalani proses kehidupan serta membekali peserta didik untuk kehidupannya dimasa yang akan datang.

2. Pendidik (guru) sebagai pembentuk kepribadian. Pendidik juga berperan dalam pembentukan kepribadian peserta didik dalam proses menuju kedewasaannya, sehingga akan mampu membimbing peserta didik untuk tidak berfikir tentang hal-hal negatif.

3. Pendidik (guru) sebagai tempat perlindungan. Pendidik dapat berperan sebagai pelindung bagi peserta didik yang merasa kekurangan kasih sayang dari orang tua dan keluarganya, sehingga mereka tidak akan berlindung kepada orang yang salah atau pun orang yang  berlatar belakang kurang baik.

 

4. Pendidik (guru) sebagai figur tauladan. Sebagai seorang pendidik kita harus mampu menunjukkan sikap ramah, hangat dan penuh kasih sayang, agar dapat menumbuhkan psikologis anak yang menyenangkan bagi peserta didik dan juga dapat menjadi contoh bagi para pendidik lainnya.

5. Pendidik (guru) sebagai sumber pengetahuan. Dalam hal ini pendidik memiliki kewajiban untuk memikirkan sikap dan perilaku peserta didik dimasa yang akan datang. Oleh karena itu, pendidik perlu mentransferkan ilmunya kepada peserta didik dengan penuh kasih sayang, supaya anak didik pun mampu menerima dan memanfaatkan ilmu tersebut dengan baik.

 

Namun disamping itu, kasih sayang juga harus diberikan dengan sesuai dan tidak berlebihan. Hal ini disebabkan karena apabila kasih sayang tersebut diberikan terlalu berlebihan dan tidak sesuai, maka akan menimbulkan hal-hal yang sebelumnya tidak diharapkan. Dampak negatif kasih sayang yang berlebihan itu anatar lain sebagai berikut:

1. Anak akan tumbuh dengan sikap ingin selalu diperlakukan istimewa

2. Anak yang mendapat kasih sayang berlebihan cenderung manja dan dikhawatirkan anak tersebut akan sering mendapatkan masalah dikemudian hari, contohnya masalah saat berumah tangga.

3. Anak akan tumbuh menjadi orang yang rentan terkena masalah, mudah kehilangan percaya diri, tidak mau mengambil risiko, tidak mau bekerja keras dan cenderung lebih suka menerima uluran tangan orang lain.

4. Anak akan merasa sudah cukup dengan apa yang diterimanya sehingga enggan untuk mengembangkan potensi dirinya

5. Anak akan tumbuh menjadi seorang yang memiliki sikap sombong dan egois.

 

Berdasarkan hal tersebut terdapat beberapa unsur kasih sayang, antara lain sebagai berikut:

1. Adanya perasaan saling memberi kenyamanan dan saling memberi simpati antara pendidik dan peserta didik

2. Adanya saling menghargai, toleransi, dan saling menghormati antara pendidik dan peserta didik.

3. Adanya unsur kedekatan secara emosional antara pendidik dan peserta didik

4. Tidak adanya unsur penghinaan, pilih kasih, dan kekerasan antara pendidik dana peserta

didik.

 

Kesimpulan

Pendidikan kasih sayang merupakan pembentukan intelektual individu yang kental muatan moralitas diri anak-remaja yang dibangun berdasarkan unsur-unsur yang tidak menjatuhkan anak atau remaja, tidak terdapat kekerasan, menjauhkan dari konflik atau pertentangan, serta kontravensi. Dengan terlaksananya Pendidikan kasih sayang maka peserta didik akan terjauhkan dari perilaku yang mennyimpang, seperti penyimpangan moral, penyimpangan sosial dan hukum, dan lain sebagainya. Perlunya pelibatan penuh peserta didik (siswa) dalam pembelajaran, penghilangan rasa cemas, penciptaan jalinan sosial dan suasana kelas yang menyenangkan dapat dibangun dengan suasana dalam kelas ditaburi oleh kasih sayang dan kelembutan. Pada akhirnya mengoptimalkan proses dan hasil pembelajaran. Kasih sayang merupakan syarat mutlak pendidikan. Semua orang membutuhkan kasih sayang, namun dalam hal ini anak-anak lebih membutuhkan kasih sayang dibandingkan orang dewasa. Oleh karena itu, kasih sayang sangat mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan seorang anak

 

Saran

Penyusun menyarankan agar dalam pendidikan selalu menerapkan kasih sayang yang tulus terhadap peserta didik. Untuk pendidik dan calon pendidik diharapkan dapat memenuhi peran sebagai pendidik dan menyalurkan kasih sayang dengan baik. Penyusun tentunya menyadari masih terdapat kekurangan dan kesalahan dalam penyampaian makalah ini. maka dari itu, kritik dan saran yang mendukung kami harapkan untuk perbaikan kedepannya.9

 

DAFTAR PUSTAKA

Jailani, M. S. (2013). Kasih Sayang dan Kelembutan dalam Pendidikan. Al-Fikrah: Jurnal Kependidikan

Islam IAIN Sulthan Thaha Saifuddin, 4, 56476

Rahmatullah, A. S. (2017). Konsepsi Pendidikan Kasih Sayang dan Kontribusinya terhadap Bangunan

Psikologi Pendidikan Islam. LITERASI (Jurnal Ilmu Pendidikan), 5(1), 29-52.

http://wahyurosidin.blogspot.com/2017/02/kasih-sayang-kewibawaan-dan.html?m=1

http://share-pangaweruh.blogspot.com/2015/11/makna-dan-pentingnya-kasih-sayangdalam.html?m=1

Rahmatullah, A. S. (2014). Pendidikan Kasih Sayang. Literasi, VI(1), 29–52