Apikal dalam Memberdayakan Masyarakat melalui penggunaan Minyak Nabati yang Berkelanjutan
Apikal dalam Memberdayakan Masyarakat melalui penggunaan Minyak Nabati yang Berkelanjutan
Minyak
sawit sebagai salah satu jenis dari minyak nabati merupakan bahan utama dalam
banyak produk yang kita pakai sehari-hari, mulai dari pasta gigi pada pagi
hari, makanan yang kita makan dan biofuel yang menggerakkan kendaraan kita. Minyak
kelapa sawit dihasilkan dari buah pohon kelapa sawit. Karena kondisi khusus
yang diperlukan-banyak sinar matahari, suhu panas, dan curah hujan tinggi-kelapa
sawit hanya dapat dibudidayakan di daerah tropis. Minyak kelapa sawit
diekstraksi dari tandan buah segar (TBS) kelapa sawit yang sudah dipanen.
Dengan daging buahnya dimanfaatkan untuk membuat minyak kelapa sawit, bagian
dalam biji buah diolah melalui proses rafinasi menjadi minyak inti sawit. Produsen
utama minyak kelapa sawit adalah Indonesia dan Malaysia, yang bersama-sama
menyumbang hampir 85% dari produksi minyak kelapa sawit global.
Minyak
kelapa sawit adalah minyak nabati yang paling hemat sumber daya. Hal ini karena
pohon kelapa sawit membutuhkan lahan jauh lebih sedikit untuk menghasilkan
produktivitas panen yang sama dengan minyak lain. Sebagai contoh, setiap hektar
lahan yang menghasilkan 0,7 ton minyak bunga matahari akan mampu memberikan
produktivitas minyak kelapa sawit sebesar 3,8 ton. Luas lahan yang sama dapat
menghasilkan lebih dari 5 (lima) kali kuantitas minyak biasa saat digunakan
untuk budidaya kelapa sawit.
Dalam
kasus minyak kelapa sawit, tidak hanya produktivitas yang lebih tinggi, tetapi
kandungan nutrisi yang dihasilkan juga jauh lebih besar. Minyak ini kaya
antioksidan, yaitu vitamin E, yang mendukung sistem kekebalan tubuh, mencegah
penyakit jantung, dan mengurangi risiko kanker. Sifatnya yang serbaguna dan
efisien membuat minyak kelapa sawit menjadi minyak nabati yang paling banyak
digunakan dan dimanfaatkan sebagai bahan utama pembuatan kue hingga kosmetik.
Terlepas
dari keunggulannya, produksi minyak sawit terkenal karena praktiknya yang tidak
berkelanjutan. Untuk membuka lahan perkebunan kelapa sawit, hutan perlu
ditebang. Hal ini berdampak pada sebagian masyarakat lokal dan satwa liar.
Sayangnya, banyak dari kawasan hutan seringkali ditebang dengan metode tidak
berkelanjutan, seperti tebang bakar, yang meningkatkan polusi udara dan erosi
tanah.
Minyak
kelapa sawit adalah yang paling serbaguna dari semua jenis minyak nabati.
Minyak ini dapat dirafinasi menjadi berbagai produk dengan karakteristik fisik,
titik leleh, dan tekstur yang berbeda. Daftar tersebut mencakup makanan,
kosmetik, bahan bakar nabati, produk farmasi, dan suplemen pakan ternak.
Minyak
ini paling lazim digunakan dalam beragam jenis kue, seperti kue basah dan
biskuit. Margarin juga merupakan olahan lain dari minyak kelapa sawit. Satu hal
yang mungkin tidak banyak diketahui banyak orang yaitu minyak sawit juga salah
satu bahan dasar pembuatan kosmetik seperti lipstik. Kandungan kaya antioksidan
(yang mengurangi tanda penuaan) menjadikan minyak kelapa sawit pilihan baik
untuk industri kosmetik. Tidak hanya itu, gliserin dari minyak kelapa sawit
dapat digunakan untuk membuat produk farmasi, terutama obat batuk dan produk
perawatan mulut. Bahan serbaguna ini juga dapat digunakan untuk memproduksi suplemen
pakan ternak.
Minyak
sawit mentah (crude palm oil/CPO) sering digunakan sebagai bahan bakar nabati,
yang dapat digunakan untuk menghasilkan listrik. Singkatnya, inilah bahan yang
memberikan hasil maksimal, dengan sedikit sekali atau tanpa bagian sisa yang
tidak terpakai. Dan hal itu berarti minim pembuangan.
Namun
demikian, minyak kelapa sawit sesungguhnya dapat diproduksi dengan cara yang
ramah lingkungan. Budidaya kelapa sawit dapat dilakukan secara berkelanjutan
jika diterapkan dengan metode yang tepat dan sesuai dengan peraturan serta
regulasi yang berlaku.
Dalam
Minyak Sawit merupakan buah kelapa sawit bisa diambil sarinya, seperti CPO
(Crude Palm Oil), berbagai macam PPO (Olahan Kelapa Sawit) dan PPKO (Olahan
Inti Sawit). Dari CPO, PPO, dan PPKO inilah bisa dirinci lebih detail untuk
menjadi produk turunan sawit yang berguna untuk memenuhi kebutuhan kita
sehari-hari. Contoh produk turunan minyak sawit yang dibuat oleh Apical Group
untuk memenuhi kebutuhan kita sehari-hari mulai dari bangun pagi sampai pergi
tidur lagi antara lain margarin, mie instan, pengemulsi, shortening dan lemak
khusus, oleokimia, sabun, deterjen, sampo, bahan dasar pasta gigi, pelembut
kain, gliserin, minyak goreng nabati yang sudah terfortifikasi dengan vitamin A
seperti produk Harumnas yang saya beli ini.
Adanya
fortifikasi vitamin A pada minyak goreng ini tujuannya untuk mencegah
kekurangan vitamin A (KVA) serta infeksi pada bayi, balita dan anak-anak di
Indonesia. Bahkan, seperti sumber yang saya kutip dari kompas.com menyebutkan
bahwa Minyak goreng adalah bahan pangan yang hanya mengandung lemak. Dengan
fortifikasi vitamin A pada minyak goreng di sejumlah negara dapat menurunkan 25
persen angka kematian bayi dan anak balita akibat infeksi. Fortifikasi ini
sangat penting diterapkan oleh produsen minyak terbesar seperti Apical Group
ini.
Bahkan,
dari turunan kelapa sawit bisa menghasilkan minyak sawit merah (Red Palm Oil)
yang sangat bagus karena memiliki kandungan lemak jenuhnya rendah dan sangat
menyehatkan. Selain itu, dihasilkan juga biodisel dari buah kelapa sawit.
Dimana biodisel ini adalah produk turunan sawit yang dimanfaatkan untuk
menggantikan diesel untuk keperluan sumber energi dan transportasi yang lebih
ramah lingkungan dan berkelanjutan (Sustainability). Dalam setiap Teknologi kita
membuat suatu kemajuan besar dalam dunia olahraga ini…seperti penggunaan tenaga
listrik dan biodisel, Hal ini baik bagi lingkungan, aman dan terbarukan.
Sebenarnya,
Apical Group ini telah lama mengadopsi aksi-aksi Sustainability pada
perusahaannya. Perusahaan ini mempunyai passion positif terhadap Sustainable
Development Goals (SDGs) yang telah dianggap sebagai gen perusahaan ini. Hal
ini tentu saja selaras dengan visi ekonomi hijau (Green Economy) yang menjadi
prioritas pemerintah dalam Presidensi G20 Indonesia.
Secara
pengertiannya, bahwa Ekonomi hijau merupakan kegiatan ekonomi rendah karbon,
bertanggungjawab dalam menggunakan sumber daya alam secara bijak dan
berkelanjutan (Sustainability), serta mampu menciptakan kesejahteraan sosial.
Ekonomi hijau nantinya diharapkan mampu mengurangi kemiskinan di tengah-tengah
masyarakat, menciptakan inklusi sosial serta menjaga kelestarian lingkungan
sesuai target SDGs 2030.
Tentu
saja dalam hal ini, pemerintah tidak bisa bekerja sendiri untuk mewujudkan
ekonomi hijau. Pastinya akan dibutuhkan kerjasama semua pihak, terutama oleh
perusahaan swasta yang bergerak di bidang/sektor riil ekonomi, seperti Apical. Dukungan
Apical terhadap visi ekonomi hijau Indonesia dilakukan melalui Apical2030.
Program ini setahu saya telah diluncurkan sejak 2020 lalu. Apical2030 berisi
serangkaian aksi nyata untuk berkontribusi positif pada aksi iklim, kemitraan
transformatif, inovasi hijau serta pengembangan masyarakat melalui sistem
pemberdayaan selama sepuluh tahun kedepan sejak diluncurkan. Program ini
tentunya telah disesuaikan dengan pilar-pilar SDGs Indonesia serta target yang
ditetapkan terkait erat dengan filosofi bisnis dari Apical Grup itu sendiri
yaitu 5C (good for community, country, climate, customer, company), tujuan
Lingkungan, Sosial dan Tata Kelola (LST), dan sembilan (9) dari Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNSDG).
Produk-produk
Apical Group ini sudah bersertifikat Hazard Analysis Critical Control Point
(HACCP) sehingga produknya sangat aman untuk dikonsumsi. Selain itu, pada
kemasan luarnya juga saya temukan ada logo sertifikat halal dari Majelis Ulama
Indonesia (MUI), sehingga produk ini halal dan layak konsumsi. Apical ini
memang perusahaan minyak kelapa sawit terbesar di Indonesia yang memproduksi
banyak sekali kebutuhan manusia mulai dari bangun pagi sampai pergi tidur
kembali.