Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengolahan Informasi dan Teori Kognitif

 


PENGOLAHAN INFORMASI DAN TEORI KOGNITIF

 

A. PENGOLAHAN INFORMASI

Pengolahan informasi memfokuskan perhatian pada bagaimana siswa memperhatikan peristiwa-peristiwa lingkungan, mengkodekan informasi- informasi untuk dipelajari, dan menghubungkannya dengan pengetahuan yang ada dalam memori, dan menariknya kembali pada saat dibutuhkan (Shuell, 1986). Sistem gerak manusia disebut sebagai sebuah pengolah informasi, berawal dari ditangkapnya berbagai stimulus dari berbagai sumber lingkungan oleh organ pengindera (input), diproses melalui berbagai tahapan, dan diproduksi sebagai gerakan (output).

 

Terdapat tiga tahapan pengolahan informasi utama, yaitu:

1. Tahap pengenalan rangsang (stimulus), yang mendeteksi hakikat dari informasi lingkungan,

2. Tahap pemilihan respons, yang menetapkan gerakan apa yang harus dilakukan,

3. Tahap pemrograman respons, yang mengatur sistem pada tubuh untuk memberikan respons.

 

1. Teori-Teori Pengolahan Informasi

Pengolahan informasi terjadi pada tahapan-tahapan yang memisahkan penerimaan stimulus dan pemberian respon. Jadi sebuah informasi yang dipresentasikan secara mental bisa berbeda-beda tergantung tahapannya. Asumsi lain tentang pengolahan informasi menyatakan bahwa pengolahan informasi mampu dianalogikan dengan pengolahan komputer . Fungsi-fungsi sistem manusia serupa dengan sistem komputer . Sistem manusia menerima informasi, menyimpannya dalam memori, serta mengambilnya lagi saat membutuhkan. Para peneliti juga berasumsi bahwa pengolahan informasi terlibat pada seluruh aktivitas kognitif yaitu melihat/merasakan, mengulang, berpikir, memecahkan masalah, mengingat, lupa, dan menceritakan. (Farhanham-Diggory, 1992

 

2. Proses Pengolahan Informasi

Pengolahan informasi dimulai saat input stimulus (visual/auditori) tentang satu atau lebih pancaindra seperti indera pendengaran, penglihatan, dan peraba. Register sensorik yg sinkron menerima input serta menyimpannya dalam bentuk rekaman inderawi. lalu terjadi persepsi (pengenalan pola) yaitu proses memaknai terhadap sebuah input stimulus. Proses ini umumnya tidak termasuk penamaan, sebab penamaan membutuhkan waktu dan isu pada register sensorik selama beberapa dtk. pada persepsi ini terjadi pencocokan sebuah input menggunakan informasi yang diketahui.

 

Register sensorik mentransfer informasi ke memori jangka pendek (STM/short term memory). STM ialah sebuah memori kerja(working memory) yang berhubungan dengan kesadaran atau hal yang tertangkap sang pikiran sadar di waktu eksklusif. Miller (1996) mengemukaan bahwa WM(working memory) menyimpan tujuh plus atau minus 2 unit berita. Sebuah unit artinya item yang bermakna. Kapasitas dan durasu WM sangatlah terbatas sehingga buat dpaat dipertahankan pada WM maka harus sering diulang karena tanpa pengulangan, isu akan hilang setelah sekian detik.

 

Saat informasi berada dalam WM, pengetahuan yang terkait dengannya dalam memori jangka panjang (LTM)/memori permanen akan diaktifkan serta ditempatkan pada WM untuk digabungkan dengan informasi yang baru. Proses kontrol mengendalikan aliran informasi diseluruh sistem pengolahan informasi. Pengulangan ialah proses kontrol penting yang terjadi dalam WM. Untuk materi verbal, pengulangan ada dalam bentuk mengulang informasi dengan mengucapkannya dengan suara jelas atau lirih. Proses-proses kontrol lainnya meliputi kodean (menempatkan info dalam sebuah konteks yang bermakna), pencitraaan (merepresentasikan informasi secara visual), mengimplementasikan aturan-aturan pengambilan keputusan, mengorganisasikan info, memantau tingkat pemahaman, serta menggunakan strategi penarikan, pengaturan diri dan motivasional (Schunk, 2012).

 

Model dua-penyimpanan cenderung mempunyai ciri-ciri bahwa ketika peserta didik memiliki daftar item buat dipelajari, mereka cenderung mengingat item-item awal dengan baik serta item terakhir. berdasarkan contoh ini, pada item awal menerima pengulangan paling banyak dan ditransfer ke LTM, sementara item terakhir masih berada di WM ketika proses mengingat. Item-item yang ditengah paling sulit diingat sebab menerima bagian pengulangan paling sedikit dibandingkan dengan item awal serta belum tersimpan dengan baik dan benar.
model dua-penyimpanan menyatakan bahwa informasi diproses terlebih dahulu oleh register sensorik, kemudian lanjut di WM, dan terakhir diproses oleh LTM. Dalam model dua-penyimpanan, sebuah stimulus diperhatikan serta dirasakan maka stimulus tadi akan ditransfer ke memori kerja jangka pendek (Baddeley, 1992).

 

WM ialah memori kita asal pikiran sadar yg dapat segera diakses. WM memiliki 2 fungsi penting yaitu memertahankan dan penarikan. informasi yang datang dipertahankan dalam kondisi aktif pada jangka waktu yang pendek serta diproses menggunakan cara diulang atau dihubungkan menggunakan informasu yang ditarik dari LTM.

 

WM mempunyai peranan penting dalam pembelajaran. Dibandingkan dengan siswa yang memiliki prestasi belajar normal, peserta didik yg mempunyai kelemahan dalam keterampilan membaca dan matematika menujukkan kerja WM yg lebih buruk(Anderson & Lyxell, 2007). Implikasi pengajaran yang sangat penting adalah tidak terlalu menyampaikan beban WM siswa menggunakan materi yang terlalu banyak serta terlalu cepat dalam menjelaskan materinya.

 

3. Aplikasi dalam Pembelajaran

Prinsip-prinsip pengelolaan informasi semakin sering diaplikasikan pada proses pembelajaran di kelas. Relevansi teori ini dengan pendidikan akan terus berkembang seiring penelitian-penelitian dimasa mendatang. 3 aplikasi pengajaran yang mencerminkan prinsip pengolahan gosip merupakan organisator pengantar, kondisi pembelajaran, serta muatan kognitif. Berikut penjelasannya, sebagai berikut :

 

a. Organisator pengantar

Organisator pengantar (advance organizer) ialah pernyataan umum yang diberikan diawal pembelajaran yg membantu mengoneksikan materi yang baru dengan pembelajaran sebelumnya (Mayer, 1984). Pengantar seperti ini mengarahkan peserta didik terhadap konsep-konsep penting untuk dipelajari, menggarisbawahi hubungan-hubungan antar gagasan, dan mengaitkan materi yang baru menggunakan hal-hal yg telah diketahui sang siswa.

 

b. Kondisi pembelajaran
Pengajaran merupakan sekumpulan peristiwa eksternal yang dirancang untuk memfasilitasi proses pembelajaran internal. Persiapan untuk belajar mencakup aktivitas-aktivitas pembelajaran pendahuluan. Schunk (2012) menguraikan sembilan fase dalam pembelajaran yaitu:

1. Memperhatikan

Menyampaikan pada siswa bahwa pelajaran akan dimulai.

2. Harapan

Menyampaikan tentang tujuan pembelajaran serta tipe dan kualitas prestasi yang diharapkan.

3. Penarikan

Meminta siswa untuk mengingat konsep dan aturan subordinat

4. Persepsi selektif

Menyajikan contoh-contoh dari konsep dan aturan yang baru

5. Pengkodean semantic

Memberikan tanda-tandan yang berkaitan dengan bagaimana menyimpan informasi dalam memori

6. Penarikan dan pemberian respon

Meminta siswa untuk mengaplikasikan konsep atau aturan terhadap contoh-contoh baru.

7. Penguatan

Mengonfirmasikan keakuratan dari pembelajaran siswa

8. Pemberian tanda untuk penarikan

Memberikan kuis pendek dari materi-materi yang baru.

9. Generalisasibilitas

Memberikan ulasan-ulasan khusus


c. Muatan kognitif

Teori muatan kognitif memperhitungkan keterbatasan-keterbatasan pengolahan ini pada rancangan tujuan pelajaran (Mayer, 2008). Muatan kognitif atau tuntutan-tuntutan terhadap sistem pengolahan informasi dibagi menjadi 2 tipe. Tipe pertama adalah muatan kognitif intrinsik, tergantung pada karakterkarakter informasi yang tidak dapat diubah yang akan dipelajari serta hanya mudah dicapai jika siswa mendapatkan sebuah skema kognitif yang efektif untuk mengolah informasi. Tipe kedua merupakan muatan kognitif ekstrinsik disebabkan oleh cara bagaimana materi-materi tersaji atau oleh aktivitas-aktivitas yang perlu dimiliki oleh siswa (Bruning et al., 2004).

 

B. TEORI KOGNITIF

1. Definisi Teori Kognitif

Secara bahasa kognitif berasal dari bahasa latin “Cogitare” yang artinya berpikir. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia persepsi berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan atau berkaitan dengan persepsi atau berdasarkan pengetahuan faktual empiris. Dalam perkemangan selanjutnya istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu subbidang psikologi baik psikologi perkembangan maupun psikologi pendidikan. Dalam psikologi persepsi mencakup semua bentuk persepsi termasuk semua perilaku mental manusia yang
berkaitan dengan masalah persepsi memperhatikan merenungkan mempertimbangkan memproses informasi pemecahan masalah yang bertujuan membayangkan memperkirakan berpikir percaya dan sebagainya.

 

Dalam istilah pedagogis, kognisi didefinisikan sebagai teori di antara teori-teori belajar yang memahami bahwa belajar adalah organisasi aspek kognitif dan persepsi untuk mendapatkan pemahaman. Dalam teori kognitif, perilaku seseorang ditentukan oleh persepsi dan pemahamannya terhadap situasi yang berkaitan dengan tujuannya. Perubahan perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh pembelajaran dan pemikiran batin yang terjadi selama proses pembelajaran.

 

Teori belajar kognitif adalah teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar. Belajar berkaitan dengan dasar-dasar psikologi, yaitu belajar aktif, belajar melalui interaksi sosial dan melalui pengalaman sendiri. Menurut pemahaman kognitif, perilaku seseorang tidak dikendalikan semata-mata oleh penghargaan dan penguatan. Perilaku seseorang selalu didasarkan pada persepsi, yaitu tindakan mempersepsikan atau memikirkan situasi di mana perilaku itu terjadi. Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi tersebut dan memperoleh pemahaman atau wawasan untuk memecahkan masalah. Pemahaman kognitif berpandangan bahwa perilaku seseorang sangat bergantung pada pemahaman atau pemahaman tentang hubungan-hubungan yang ada dalam suatu situasi.

 

2. Teori Kognitif Menurut Para Ahli

Teori kognitif berpendapat bahwa perilaku seseorang selalu didasarkan pada persepsi, yaitu tindakan atau perilaku individu ditentukan oleh persepsi atau pemahaman mereka tentang diri mereka sendiri dan situasi dalam kaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam teori kognitif, belajar pada prinsipnya adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat dilihat sebagai perubahan perilaku yang spesifik. Di sisi lain, teori belajar kognitif menekankan bahwa belajar adalah proses yang terjadi dalam pikiran manusia. Seperti yang dikatakan Winkel, “belajar adalah aktivitas mental atau spiritual yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, dan sikap.” , perubahan ini relatif dan berpotensi serius.

 

3. Tokoh Aliran Kognitif

1. Jean Piaget

Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Menurut Jean Piaget Menurut Piaget, pengetahuan dibentuk oleh individu melalui interaksi secara terus menerus dengan lingkungan.Ada empat tahap perkembangan kognitif menurut Piaget, yaitu :

a) Tahap sensorimotor (usia 0-2 tahun).

Individu memahami sesuatu atau tentang dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensoris, (seperti melihat, dan mendengar) dan dengan tindakan-tindakan motorik fisik. Dengan kata lain, pada usia ini individu dalam memahami sesuatu yang berada di luar dirinya melalui gerakan, suara atau tindakan yang dapat diamati atau dirasakan oleh alat inderanya. Selanjutnya sedikit demi sedikit individu mengembangkan kemampuannya untuk membedakan dirinya dengan bendabenda lain.

 

b) Tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun).

Individu mulai menggambarkan dunia melalui tindakan dan kata-kata mereka. Namun, mereka tidak dapat melakukan aktivitas, yaitu melakukan tindakan mental batin atau melakukan tindakan mental terhadap apa yang sebelumnya dilakukan secara fisik. Pada usia ini, individu mulai memiliki keterampilan motorik untuk melakukan sesuatu dari apa yang dilihat dan didengarnya, tetapi belum mampu memahami secara mental (makna atau sifat)
dari apa yang dia katakan.

 

c) Tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun).

Individu mulai berpikir secara logis tentang kejadian-kejadian yang bersifat konkret.Individu sudah dapat membedakan benda yang sama dalam kondisi yang berbeda.

 

d) Tahap operasional formal (11 tahun ke atas).

Sementara itu, Salvin menjelaskan bahwa aktivitas formal berlangsung antara usia 11 hingga dewasa. Pada titik ini, individu mulai memasuki dunia “kemungkinan” dari dunia nyata atau individu mengalami perkembangan penalaran abstrak. Individu dapat berpikir dengan cara yang lebih abstrak, rasional, dan idealis. Menurut Peaget, ada tiga proses yang mendasari
perkembangan pribadi, yaitu asimilasi, akomodasi, dan keseimbangan. Asimilasi adalah integrasi data atau informasi baru dengan struktur kognitif yang ada, akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif yang ada dengan situasi baru, dan keseimbangan adalah penyesuaian yang seimbang dan berkelanjutan antara asimilasi dan akomodasi.

 

Faktor-faktor kognitif anak Perkembangan kemampuan kognitif anak, mengacu kepada teori Piaget menurut Lenny Marinda (2020), dipengaruhi oleh 6 faktor. Keenam faktor tersebut yaitu :

a). Faktor hereditas

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif secara genetik atau genetik dipengaruhi oleh gen dan struktur kromosom yang diturunkan kepada anak dari kedua orang tuanya. Konsisten dengan apa yang dikomunikasikan dalam nativisme, bahwa setiap anak yang lahir ke dunia masing-masing membawa dalam dirinya potensi bawaan karena genetika. Jadi, baik buruknya seorang anak adalah sifat yang diturunkan dari orang tuanya. Dengan kata lain, menurut teori ini, kecerdasan seorang anak ditentukan sejak lahir.

 

b). Faktor lingkungan

Faktor lingkungan merupakan bagian yang dapat mempengaruhi perkembangan kognitif anak terkait dengan teori tabularasa yang dipopulerkan oleh John Locke. Teori ini menyatakan bahwa setiap anak yang lahir ke dunia dalam keadaan semurni buku putih. Yang bisa "mengisi" atau "mewarnai" kertas putih adalah lingkungan. Jadi, tingkat kecerdasan anak menurut teori ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan pendidikan, lingkungan sosial budaya, pola asuh orang tua, dan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan.

 

c) Faktor kematangan

Dalam teori kognitif Piaget, faktor kedewasaan berkaitan erat dengan perkembangan fisik anak. Perkembangan fisik melibatkan perkembangan organorgan yang digunakan sebagai alat berpikir, seperti pematangan sistem saraf di otak. Kematangan fisik ini mempengaruhi jalur utama perkembangan kognitif anak.

 

d) Faktor Pembangunan

Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Ada dua pembentukan yaitu pembentukan sengaja (sekolah formal) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar)

 

e) Faktor minat dan bakat

Minat mengarahkan perbuatan kepada tujuan dan merupakan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik. Bakat seseorang akan mempengaruhi tingkat kecerdasannya. Seseorang yang memiliki bakat tertentu akan semakin mudah dan cepat mempelajarinya.

 

f) Faktor kebebasan Keleluasaan

Manusia untuk berpikir divergen (menyebar) yang berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah dan bebas memilih masalah sesuai kebutuhan

 

2. Jerome Brunner

Jerome Brunner menegaskan bahwa belajar akan lebih berhasil jika pengajaran anak diarahkan pada konsep dan struktur yang terkandung dalam mata pelajaran, di samping hubungan yang terkait antara konsep dan struktur tersebut. Bruner menyarankan agar anak aktif sepanjang seluruh proses pembelajaran sehingga dapat mengenali konsep dan struktur yang terkandung dalam materi yang sedang dibahas, sehingga anak memahami materi yang akan dikuasainya.

 

Selama proses pembelajaran, siswa harus memiliki kesempatan untuk memanipulasi objek menggunakan perlengkapan sekolah. Melalui penggunaan bahan ajar yang ada, siswa akan melihat secara langsung keteraturan dan struktur bahan ajar yang menarik minat mereka.Tiga tahap pembelajaran yang akan dilewati oleh siswa adalah sebagai berikut :

 

a. Tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru,
b. Tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna, dan menganalisis pengetahuan baru serta mentransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain, dan

c. Tahap evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil tranformasi pada tahap kedua tadi benar atau tidak.

 

Menurut teori belajar kognitif Jérôme Bruner, ada tiga tahap dalam proses belajar, yaitu informasi, transformasi, dan evaluasi. Durasi setiap tahapan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jumlah informasi, motivasi, dan minat siswa. Jérôme Bruner juga memandang belajar sebagai "konseptualisme instrumental" yang menyiratkan keberadaan alam semesta sebagai realitas, hanya dalam pikiran manusia. Dengan demikian, pikiran manusia dapat membangun gambaran mental yang sesuai dengan pemikiran umum tentang konsep-konsep tertentu. Semakin matang kemampuan kognitif seseorang, semakin besar kebebasan yang dimilikinya untuk merespon rangsangan.

3. David Ausubel

Teori Kognitif Menurut David Ausubel, siswa akan belajar dengan baik jika mereka didefinisikan dengan jelas dan disajikan kepada siswa sebagai konsep umum atau informasi yang mencakup semua isi pelajaran yang akan diajarkan siswa. Kunci keberhasilan pembelajaran terletak pada tingkat bahan ajar yang sesuai yang diterima atau dipelajari siswa. David Ausubel tidak setuju dengan pandangan bahwa penemuan lebih bermakna daripada kegiatan belajar. Ceramah lebih bermakna bagi siswa, apalagi jika disajikan secara sistematis maka akan tercapai hasil belajar yang baik.. David Ausubel mengidentifikasikan empat
kemungkinan tipe belajar, yaitu :

a. Belajar dengan penemuan yang bermakna,

b. Belajar dengan ceramah yang bermakna,

c. Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna, dan

d. Menghafal berlawanan dengan bermakna, karena belajar dengan menghafal, peserta didik tidak dapat mengaitkan informasi yang diperoleh itu dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Dengan demikian bahwa belajar itu akan lebih berhasil jika materi yang dipelajari bermakna.

 

4. Ciri-Ciri Aliran Belajar Kognitif

a) Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia.

b) Mementingkan peranan kognitif

c) Mementingkan kondisi waktu sekarang

d) Mementingkan pembentukan struktur kognitif

e) Mengutamakan keseimbangan dalam diri manusia

f) Mengutamakan insight (pengertian, pemahaman)

 

Sesuai dengan ciri-ciri di atas, maka belajar lebih cenderung termasuk ke dalam aliran belajar kognitif yang proses dan hasilnya tidak selalu dapat dilihat langsung dalam konteks perubahan tingkah laku. Pengetahuan dan pemahaman dapat mengakibatkan perubahan sikap, dengan terjadinya perubahan sikap, maka akan terjadi perubahanperubahan positif lainnya (Sutarto, 2017). Sehingga pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, keterampilan, dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas.