Pengembangan Desain pembelajaran IPS di Kelas Awal (Rendah)
PENGEMBANGAN
DESAIN PEMBELAJARAN IPS DI KELAS AWAL
Proses
pembelajaran akan berlangsung dengan baik jika direncanakan dengan matang
melalui perencanaan atau desain pembelajaran. Untuk mendesain pembelajaran tentunya
tidak bisa sembarangan, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dan terdapat
langkah-langkah untuk merancang pembelajaran dengan baik. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan ketika akan mendesain pembelajaran diantaranya yaitu Tujuan Pembelajaran.
Setelah tujuan
pembelajaran ditentukan barulah selanjutnya bisa menentukan desain pembelajaran
mengenai model pembelajaran apa yang akan dipilih, metode, pendekatan serta
media apa yang akan dipilih. Selain itu menentukan penilaian atau assessment
yang sesuai dengan tujuan juga merupakan hal yang perlu dilakukan dalam mendesain
pembelajaran.
Model pembelajaran
pada saat ini telah berkembang begitu pesat, beragam penelitian yang melahirkan
model-model pembelajaran baru sudah banyak kita dapati, namun disamping itu
pemahaman kita akan model pembelajaran perlu untuk ditingkatkan pula, hal ini
berkaitan dengan pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
siswa serta karakteristik materi dan tujuan pembelajaran. Oleh karenanya perlu
ada pemahaman mengenai prosedur atau langkah-langkah dalam memilih model
pembelajran yang akan dibahas lebih lanjut pada bagian berikutnya.
Bahan ajar ini
membahas mengenai pengembangan desain dan model pembelajaran IPS di SD kelas
awal, setelah mempelajari bahan ajar ini Anda diharapkan dapat:
1. Merancang
pengembangan model pembelajaran IPS di kelas awal
2. Mensimulasikan
pengembangan model pembelajaran IPS di kelas awal
3. Merancang
pengembangan desain pembelajaran IPS di kelas awal
4. Mensimulasikan
pengembangan desain pembelajaran IPS di kelas awal
Sebelum membahas
mengenai langkah-langkah dalam mendesain pembelajaran, terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan sebelumnya yaitu perlu adanya analisis eksternal dan
internal sebagaimana dikemukakan Sapriya, dkk (2009) bahwa dalam mendesain
pembelajaran terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar
yang perlu dipertimbangkan, yang jika diklasifikasikan terbagi menjadi dua
factor yaitu factor eksternal dan factor internal. Lebih lanjut, Sapriya, dkk
(2009) menjelaskan bahwa analisis situasi ini biasanya dapat dilakukan oleh
pendidik pada saat hendak menentukan tujuan pembelajaran dengan terlebih dahulu
mendiagnosis prestasi atau kelemahan siswa. Selaras dengan hal tersebut, Brady
(1990) menjelaskan bahwa analisis situasi diperlukan untuk menentukan
keefektifan penerapan kurikulum yang baru.
Oleh karenanya
guru perlu untuk mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan factor eksternal dan internal tersebut,
sebagaimana dikemukakan Sockett (1976) menjelaskan bahwa guru
seyogianya bermusyawarah dengan siswa tentang apa yang akan dibahas dalam
proses pembelajaran, mengevaluasi suasana belajar dikelas, serta melibatkan
kondisi kontekstual dalam proses pembelajaran.
Analisis faktor
Internal dan Eksternal
Skilbeck (1984)
menjelaskan beberapa hal yang termasuk kedalam factor eksternal dan internal
sebagai berikut :
Tabel 1. Beberapa
faktor analisis situasi internal dan eksternal
No |
Faktor Internal |
Faktor Eksternal |
1. |
Bakat, kecakapan
dan kebutuhan siswa |
Perubahan
social-budaya dan harapan masyarakat |
2. |
dan kelemahannya |
Tuntutan dan
tantangan system pendidikan |
3. |
Lingkungan
sekolah |
Perubahan mata
pelajaran yang akan diajarkan |
4. |
Sumber-sumber
bahan pembelajaran |
Konstribusi dari
system dukungan guru |
5. |
kekurangan dalam |
Sumber masukan
bagi sekolah |
Keterampilan
mengajar pendidik, pengetahuan, pengalaman, kekuatan Masalah dan kurikulum.
Analisis Faktor
Internal
Kedua faktor
tersebut tentu saling berkaitan satu sama lain dan berpengaruh terhadap proses
pembelajaran. Pada faktor internal hal yang pertama diperhatikan adalah tentang
siswa, namun perlu diingat bahwa karakteristik siswa sangat beragam satu sama
lainnya, sehingga perlu dianalisis lebih lanjut seperti yang dikemukakan
Sapriya (2009) bahwa aspek tentang siswa sebagai bahan analisis factor internal
dapat digolongkan berdasarkan karakteristik jenjang kelas seperti karakteristik
jenjang kelas, banyaknya jumlah siswa dalam satu kelas, latar belakang etnis
siswa, prestasi siswa, perkembangan fisik seperti keterampilan motoriknya, kebutuhan fisik dan kesehatan, perkembangan emosional
dan social, misalnya hubungan siswa dengan guru, maupun siswa dengan siswa. Selain
itu
perlu juga untuk memperhatikan perkembangan intelektual seperti kesiapan
belajar, pengalaman, bakat khusus, serta karakteristik personal seperti kepribadian
perkembangan moral, nilai dan sikap, motivasi dan lainnya.
Factor kedua yaitu
guru, maksudnya adalah bahwa guru sebagai pendidik perlu mempertimbangkan kemampuannya misalnya dalam metode mengajar, sikap guru terhadap inovasi pembelajaran, gaya mengajar dan yang lainnya karena hal
tersebut memiliki pengaruh besar terhadap proses pembelajaran. Factor ketiga adalah
ethos sekolah maksudnya adalah bahwa iklim sekolah, atmosfir lingkungan sekolah,
persepsi orang tua atau masyarakat penting untuk menjadi bahan pertimbangan Ketika akan mendesain pembelajaran. Factor keempat adalah sumber pembelajaran. Seperti
telah dikemukakan sebelumnya bahwa sumber pembelajaran merupakan factor yang harus
ada dalam proses pembelajaran karena akan menunjang pencapaian tujuan pembelajaran. Pada faktor keempat ini, perlu mempertimbangkan
fasilitas, peralatan ataupun sarana dan prasarana yang ada disekolah, supaya bisa memudahkan guru dalam menentukan
sumber pembelajaran.
Faktor internal
yang terkahir adalah masalah-masalah atau kekurangan dalam kurikulum yang berlaku. Hal ini biasanya muncul Ketika berlakunya kurikulum baru diterapkan, sehingga pada masa adaptasi timbul hambatan-hamabatan atau masalah yang
dihadapi pada kurikulum yang berlaku. Oleh karenanya perlu kerjasama dari berbagai pihak
untuk bisa mengatasi permasalahan tersebut.
Analisis Faktor
Eksternal
Selain beberapa
factor internal yang telah dijelaskan, terdapat factor eksternal. Pada faktor ekternal pertama yaitu mengenai perubahan social-budaya maksudnya adalah memperhatikan perubahan zaman seperti tuntutan dunia kerja, perkembangan
teknologi dan informasi, yang akan berdampak pada pendidikan serta kurikulum dan proses pembelajaran. Faktor eksternal kedua yakni tuntutan sistem pendidikan yang
sudah tentu berkaitan pula dengan perubahan zaman dan social budaya, seperti pada saat ini
revolusi 4.0 menjadi tantangan tersendiri pada dunia pendidikan. Faktor ketiga sangat
berkaitan dengan factor pertama dan kedua, yakni perubahan mata pelajaran yang diajarkan dikarenakan perubahan kurikulum yang disesuaikan dengan perubahan zaman. Tiga
faktor tadi di dukung oleh faktor keempat yaitu konstribusi dan sistem dukungan guru
serta pihak sekolah dan pemerintah dalam menunjang kinerja guru misalnya meningkatkan pengetahuannya dan keprofesionalan lewat ppg, uji kompetensi guru dan lain
sebagainya. Factor kelima yaitu sumber masukan bagi sekolah maksudnya adalah adanya
dukungan dari masyarakat baik dari segi materi maupun non-materi sebagai kepedulian dan
tanggung jawab terhadap pendidikan supaya pendidikan tidak hany dibebankan kepada
pemerintah.
Sintaks dalam
mendesain pembelajaran
Setelah dilakukan
analisis factor internal dan eksternal, selanjutnya adalah melakukan desain pembelajaran. Untuk melakukan desain pembelajaran tersebut terdapat langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Mengkaji esensi
pokok bahasan/sub pokok bahasan/tema pembelajaran
2. Mencermati
indikator dan tujuan pembelajaran
3. Mempertimbangan
kondisi siswa, sarana-prasarana, dan lingkungan pembelajaran
4. Menentukan
alternatif pendekatan dan memilih pendekatan
5. Menentukan
alternatif model pembelajaran dan memilih model pembelajara yang sesuai dengan
pendekatan yang dipilih
6. Menentukan
alternatif metode dan memilih metode pembelajara yang sesuai dengan model
pembelajaran yang dipilih
7. Menentukan
alternatif teknik pembelajaran dan memilih teknik pembelajara yang sesuai
dengan metode yang dipilih
8. Menentukan dan
menyiapkan fasilitas pendukung metode pembelajaran yang dipilih (Alat peraga,
media, LKS, asesmen dll).
9. Merancang
skenario pembelajaran
10. Menyusun RPP
11. Latihan implenetasi
pembelajaran
12. Melaksanakan
pembelajaran
Tiga prinsip
pembelajaran IPS di SD
Dalam
mengemabangkan prinsip pembelajaran tentu beracuan pada teori-teori pembelajaran dari para ahli. Terdapat beberapa tokoh yang mengungkapkan teori tentang belajar maupun pembelajaran diantaranya yaitu Lev Vygotsky, Jerome Bruner dan David Ausubel. Supriatna, dkk (2010) menjelaskan bahwa Vygotskty melahirkan aspek social dalam pembelajaran ke dalam pembelajaran konstruktivistik, sedangkan Bruner menjelaskan bahwa perubahan kurikulum yang didasarkan atas pemikiran bahwa belajar meerupakan proses yang aktif serta proses social yang mengkonstruksi gagasan atau konsep baru berdasarkan pada pengetahuan yang telah dipelajarinya. Lebih lanjut Bruner menjelaskan bahwa
peserta didik menyeleksi dan mentransformasi informasi, mengkonstruksi
hipotesis dan mengambil keputusan yang didasarkan atas struktur kognitifnya yang meberi makna pada pengalaman dan memberi kesempatan pada individu dalam pengalaman yang nyata.
Terdapat tiga prinsip
pembelajaran dalam pandangan Bruner yang dapat dikembangkan dalam pembelajran IPS di SD seperti yang dikemukakan Supriatna, dkk (2010) yaitu sebagai berikut :
1. Pembelajaran
harus berhubungan dengan pengalaman serta konteks lingkungan siswa sehingga hal
itu dapat mendorong mereka untuk belajar.
2. Pembelajaran
harus terstruktur sehingga siswa bisa belajardarihal-hal yagmudah kepada
hal-hal yang lebih sulit.
3. Pembelajaran
harus disusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan para siswa dapat melakukan
eksplorasi sendiri dalam mengkonstruksi pengetahuannya.
Pada proses
pembelajaran guru dan peserta didik harus terlibat aktif dalam proses dialog, sedangkan kurikulum harus diorganisasikan secara spiral artinya dimulai
dari lingkungan terdekat peserta didik kemudian meluas ke lingkungan yang lebih
luas. Hal ini selaras dengan permendikbuk No. 22 Tahun 2016 tentang standar proses yang menyantumkan bahwa satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi pesertadidik untuk
berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi Prakarsa, kreativitas dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minta dan perkembang fisik serta psikologis peserta didik.
Landasan dalam
Pembelajaran IPS di SD
Dalam
pembelajaran IPS masalah-masalah sosial yang sedang dihadapi para siswa dalam kehidupan sehari-hari menjadi orientasi pada proses pemebelajaran, sehingga pendekatan pembelajaran IPS SD dapat dimulai dari pengalaman dan konteks sosial materi yang akan dipelajari atau lebih khusus dapat berangkat
dari pengalaman langsung para siswa. Supriatna, dkk
(2010). Mengungkapkan bahwa terdapat landasan kuat dalam pembelajaran IPS yang bersifat konstruktivistik
seperti yang diungkapkan dua ahli Lee dan Heiben dalam Supriatna, dkk (2010) seperti berikut ini:
1. Mengembangkan
pengalaman menjadi pengetahuan.
2. Mengembangkan
pengalaman dengan beragam perspektif.
3. Mengembangkan
pembelajaran dalam konteks nyata.
4. Mendorong
terbentuknya rasa memiliki terhadap apa yang dipelajarinya.
5. Menempatkan
proses belajar sebagai proses sosial.
6. Mendorong
penggunaan beragam cara dalam belajar sesuai dengan kebiasaan masing-masiang.
7. Mendorong
kesadaran diri dalam proses mengkonstruksi pengetahuan.
Hal tersebut
selaras dengan yang dikemukakan Anwar (2017) bahwa Piaget dan Vigotsky menekankan perubahan kognitif hanya terjadi jika konsepsi-konsepsi
yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui proses ketidakseimbangan dalam memahami informasi baru yang lebih lanjut dikenal dengan konstruktivisme. Lebih lanjut Anwar menjelaskan bahwa konstruktivisme memiliki karakteristik mengkonstruksi sendiri informasi belajar. Pada proses konstruktivisme individu
akan menerima dan mengubah informasi yang didapatnya menjadi pemahamannya dan akan dibandingkan dengan informasi lainnya, apabila terdapat perbedaan maka
akan diubah sesuai dengan pengalamannya. Pada pembelajaran proses konstruktivisme
ini terjadi pada kegiatan penemuan ilmiah, pemecahan masalah, penciptaan yang melibatkan eksplorasi, eksperimentasi, kreativitas, ketekunan rasa ingin tahu
dan Kerjasama sehingga kontruktif ini memiliki implementasi yang signifikan karena mendorong peserta didik berperan lebih aktif dalam belajarnya.
Model-model yang
bisa digunakan dalam pembelajaran IPS
Dari penjelasan
sebelumnya telah dijelaskan mengenai prinsip dan landasan pembelajaran IPS. Hal ini tentu telah menjadi acuan dalam memilih model pembelajaran IPS. Dahlan (1984) menjelaskan bahwa pertimbangan utama dalam memilih model ialah tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, baik itu yang
tersurat ataupun yang tersirat. Oleh karenanya terdapat beberapa langkah dalam
menentukan
model pembelajaran diantaranya yaitu sebagai berikut :
1. Mengkaji esensi
pokok bahasan/sub pokok bahasan/tema pembelajaran
2. Mencermati
indikator dan tujuan pembelajaran
3. Mempertimbangan
kondisi siswa, sarana-prasarana, dan lingkungan pembelajaran
4. Menentukan
alternatif pendekatan dan memilih pendekatan
5. Menentukan
alternatif model pembelajaran dan memilih model pembelajara yang sesuai dengan
pendekatan yang dipilih
Model-model pembelajaran yang dapat digunakan pada
pemebelajaran IPS seperti yang dikemukakam oleh Kawuryan (2013) diantaranya
Model Pembelajaran Berbasis Proyek, Model Pembelajaran Berbasis Masalah,
Discovery Learning,
Table 1.
Model-Model Pembelajaran
No. |
Model |
Definisi |
Langkah-langkah |
1. |
Pembelajaran |
Project-based |
1) Start With
the Essential |
2. |
Pembelajaran |
Strategi |
1. Konsep Dasar
(Basic |
3. |
Discovery |
Proses
pembelajaran |
1.
Stimulation (stimulasi/pemberian 2.
Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah) 3.
Data collection 4.
Data Processing (Pengolahan Data) 5.
.Verification (Pembuktian) 6.
Generalization (menarik |
Model-model
tersebut hanya beberapa contoh model pembelajaran yang ada, masih banyak lagi model-model pembelajaran lainnya yang tidak disebutkan yang dapat digunakan pada pembelajaran IPS asalkan sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang telah ditentukan serta karakteristik peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Artikel Anggit merliana
Anwar, Chairul.
(2017). Teori-Teori Pendidikan Klasik Hingga Kontemporer. Yogyakarta :
IRCiSoD
Brady, Laurie.
(1990). Curriculum Development. NewYork: Prentice Hall.
Dahlan, M.D.
(1984). Model-Model Mengajar (Beberapa Alternatif Interaksi Belajar Mengajar).Bandung
: CV. Diponegoro
Kawuryan, Sekar
Purbarini. (2013). Bahan Ajar Materi Kuliah Pengembangan Pendidikan IPS
SD. UNY : Fakultas Ilmu Pendidikan
Permendikbud No.22
Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Sanjaya, Wina.
(2007). Strategi pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sapriya, dkk.
(2009). Pembelakaran Kewarganegaraan. Bandung : UPI Press
Skilbeck, M.
(1976). ‘School Based Curriculum Development and Teacher Education Policy’. In
Teacher as
Innovators. Paris: OECD Publications.
Sockett, H. (1976). Designing the Curriculum. London: Open Books.
Supriatna, Nana, dkk.
(2010). Pendidikan IPS SD. Bandung : UPI Press
The George Lucas
Educational Foundation. (2005). Instructional Module Project Based
Learning. diambil dari http://www.edutopia.org/modules/PBL