Motif dan Motivasi Peserta Didik
MOTIF DAN
MOTIVASI PESERTA DIDIK
A. Konsep Motif dan Motivasi
1. Pengertian Motif dan Motivasi
a. Pengertian Motif
Motif memiliki peranan yang sangat
penting dalam setiap tindakan atau perilaku manusia, dapat diartikan sebagai dasar dari perilaku
manusia itu sendiri. Dengan kata lain motif
merupakan kondisi tertentu seseorang yang membuat
mereka bertindak untuk tujuan tertentu. Semua tindakan manusia pada
hakikatnya memiliki motif. Juga, tindakan refleks yang terjadi secara
otomatis memiliki tujuan tertentu meskipun tujuan itu tidak
disadari oleh manusia. Motif manusia dapat
terjadi secara sadar atau tidak sadar.
Oleh karena itu, untuk mengerti
dan memahami perilaku manusia, hal pertama yang harus kita lakukan adalah memahami apa dan bagaimana
motifnya bukan perilakunya. Motif manusia adalah hasrat,
keinginan, serta kekuatan pendorong lainnya yang
datang dari dalam diri untuk melakukan suatu
tindakan.
Ada beberapa pendapat mengenai
pengertian motif. Menurut Sherif dan Sherif (dalam Budisantoso, 2019) menyatakan bahwa motif sebagai
suatu istilah generik yang meliputi semua faktor internal yang mengarah
pada berbagai jenis perilaku yang bertujuan, semua pengaruh internal,
seperti kebutuhan yang berasal dari fungsi-fungsi organisme, dorongan dan
keinginan, aspirasi, dan selera sosial, yang bersumber dari
fungsi-fungsi tersebut. Diperjelas oleh Giddens
(dalam Budisantoso, 2019) bahwa motif sebagai
impuls atau dorongan yang memberi energi pada tindakan manusia sepanjang
lintasan kognitif atau perilaku kearah pemuasan kebutuhan.
b. Pengertian Motivasi
Pengertian motivasi menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak
sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan
tujuan tertentu. Dengan kata lain, motivasi adalah
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan adanya
dorongan yang berasal dari dirinya untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut E.
Kusmana Fachrudin (dalam
Manzilatusifa, 2007) motivasi dibedakan atas dua golongan
yaitu :
1. Motivasi asli, yaitu motivasi
untuk berbuat sesuatu atau dorongan untuk melakukan sesuatu yang muncul secara kodrati pada diri manusia.
2. Motivasi buatan, yaitu motivasi
yang masuk pada diri seseorang baik usaha yang disengaja maupun secara kebetulan.
Dalam pembelajaran dorongan dan
respon usaha disebabkan oleh keinginan untuk mencapai prestasi dalam hidupnya. Hal ini membuat
suatu individu memiliki keinginan, berusaha, bercita-cita, serta
memiliki dorongan untuk mencapai hasil belajar yang
tinggi. Hasil belajar tersebut mencerminkan
kemampuan individu dalam menguasai mata pelajaran yang diajarkan
serta dengan hasil belajar yang tinggi merupakan simbol keberhasilan
akademik siswa.
Dengan demikian, dapat menunjukkan seberapa
besar tingkat kemahiran siswa dalam mata pelajaran terprogram dan
begitu pula sebaliknya. Motivasi
tentu menjadi faktor penting yang bisa mempengaruhi dalam pembelajaran,
sebab motivasi merupakan salah satu penentu utama hasil belajar
siswa. Dalam hal ini, menjadikan perilaku di tempat kerja atau sekolah
lebih kreatif, inovatif dan bertujuan. Menurut Muhammad (2017)
menyatakan bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi, akan
selalu berusaha untuk lebih baik dan ingin selalu dipandang sebagai siswa
yang berhasil dalam lingkungannya. Sedangkan siswa yang tidak mempunyai
motivasi belajar akan tidak menunjukkan kesungguhan dalam belajar,
sehingga hasil belajar yang diperoleh tidak memuaskan. Semakin
tinggi motivasi belajar peserta didik makin tinggi pula hasil belajar
yang diperolehnya, dan begitu pula sebaliknya.
Motivasi dan belajar adalah dua
hal yang tidak terpisahkan. Motivasi sangat dibutuhkan untuk menunjang belajar siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Belajar berdasarkan motivasi yang kuat akan
memberikan hasil belajar yang terbaik. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa
belajar adalah proses memperoleh seseorang mengenai keterampilan,
kemampuan,
dan sikap. Dengan belajar juga dapat membawa perubahan, perubahan
tersebut bukan mengarah pada segi pertumbuhan jasmani dan trauma
fisik melainkan perubahan perilaku yang relatif permanen dan berpotensi
sebagai hasil dari upaya belajar.
Menurut Slameto (dalam Muhammad,
2017) menjelaskan bahwa
dalam kegiatan belajar, usaha belajar yang mengantar kepada
perubahan tingkah laku adalah, dalam hal menerima pelajaran secara tuntas,
menyelesaikan tugas-tugas pelajaran dan mempelajari buku-buku yang
menunjang, mengingat-ingat apa yang sudah dipelajari dan
menghubungkan informasi belajar yang baru
diperoleh terhadap struktur kognitif yang sudah ada
dalam ingatannya serta menghubungkan apa yang sudah diketahuinya dengan
pekerjaan di lapangan
2. Teori-teori Motivasi
a. Teori Hierarki Maslow
Teori Hierarki Malow
diperkenalkan oleh Abraham Maslow dalam makalahnya yang berjudul “A theory of human
motivation”. Ia dianggap sebagai
bapak psikologi, humanistik psikologi yang menggabungkan aspek - aspek psikologi behavioral dan psikoanalitik. Penganut behaviorisme meyakini
bahwa perilaku manusia dikendalikan oleh faktor lingkunga
eksternal, sedangkan Psikologi psikoanalitik didasarkan pada
gagasan bahwa perilaku manusia dikendalikan oleh
kekuatan bawah sadar internal (Mendari, 2010).
Abraham Maslow
(1943) mengemukakan bahwa pada dasarnya manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkan hal
tersebut dalam lima tingkatan
kebutuhan dalam bentuk piramid yang dikenal dengan sebutan Hierarki
Kebutuhan Maslow. Yuliana (2018) menyatakan bahwa teori kebutuhan menyebutkan bahwa tingkah laku individu berguna untuk
memenuhi kebutuhannya. Teori ini mempunyai empat prinsip landasan,
yakni: (1) manusia adalah binatang yang berkeinginan, (2)
kebutuhan manusia tampak terorganisir dalam kebutuhan yang
bertingkat-tingkat, (3) bila salah
satu kebutuhan terpenuhi, kebutuhan lain akan muncul, dan (4) kebutuhan
yang telah terpenuhi tidak mempunyai pengaruh, dan kebutuhan lain
yang lebih tinggi menjadi dominan.
Keseluruhan teori motivasi yang
dikembangkan oleh Maslow
berintikan pendapat yang mengatakan bahwa kebutuhan manusia itu
dapat diklasifikasikan pada lima hierarki kebutuhan yang dapat dilihat
pada gambar berikut. Abraham
Maslow (1943) menjelaskan kelima tingkatan kebutuhan tersebut
sebagai berikut :
1) Kebutuhan
Fisiologis (Physiological
Needs)
Kebutuhan fisiologikal merupakan
sekumpulan kebutuhan dasar yang mendesak pemenuhannya atau disebut sebagai kebutuhan pokok karena
berkaitan langsung dengan kelangsungan hidup manusia. Kebutuhan
tersebut antara lain kebutuhan akan makanan, minuman, air,
oksigen, istirahat, tempat berteduh, keseimbangan temperatur, seks dan
kebutuhan akan stimulasi sensoris. Kebutuhan ini dipandang sebagai kebutuhan
mendasar bukan saja karena setiap orang membutuhkannya secara
terus menerus sejak lahir sampai meninggal dunia, melainkan karena tanpa
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut manusia tidak dapat dikatakan
sebagai manusia normal. Kebutuhan fisiologis ini bersifat
universal, berarti tidak
mengenal batas geografis, asal-usul, tingkat pendidikan, status sosial,
pekerjaan, umur, jenis kelamin dan faktor-faktor lainnya yang
menunjukkan keberadaan seseorang.
2) Kebutuhan Rasa Aman (Safety Needs)
Kebutuhan rasa aman ini adalah
suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian dan keteraturan
dari lingkungannya. kebutuhan akan rasa aman dari kekerasan baik fisik
maupun psikis seperti lingkungan yang aman bebas polusi, perlindungan
keselamatan dan kesehatan kerja serta bebas
dari ancaman. Indikasi lain dari kebutuhan akan
rasa aman pada anak- anak adalah ketergantungan. Menurut Maslow, anak
akan memperoleh rasa aman yang cukup apabila ia berada dalam ikatan
keluarganya dan sebaliknya. Dalam proses belajar mengajar
diperlukan rasa aman pada diri anak sehingga
merasa betah selama pelajaran berlangsung dan termotivasi
untuk mengikuti dengan sungguh-sungguh. Hal ini dapat ditingkatkan
bila guru selalu memberikan penghargaan dan umpan balik terhadap
tugas-tugas siswa.
3) Kebutuhan Cinta (Love Needs)
Abraham Maslow
(1943) menyatakan bahwa “If both the physiological and
the safety needs are fairly well gratified, then there will emerge the love
and affection and belongingness needs”. Jika kebutuhan fisiologis dan keamanan
terpenuhi dengan baik, maka akan muncul kebutuhan cinta dan kasih
sayang dan rasa memiliki. Kebutuhan ini terdiri dari kebutuhan akan
kasih sayang dan memiliki. Manusia adalah makhluk sosial dan
sebagai insan
sosial mempunyai berbagai kebutuhan yang berkaitan dengan
pengakuan akan keberadaan seseorang dan penghargaan atas harkat dan
martabatnya.
4) Kebutuhan
Penghargaan (Esteem Need)
Maslow mengemukakan bahwa setelah
memenuhi kebutuhan Fisiologis,
Keamanan dan Sosial, orang tersebut berharap diakui oleh orang lain,
memiliki reputasi dan percaya diri serta dihargai oleh setiap orang.
Harga diri meliputi kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi,
penguasaan, ketidaktergantungan, dan kebebasan. Penghargaan dari
orang lain meliputi nama baik, prestise, gengsi, pengakuan, penerimaan,
perhatian, kedudukan, nama baik serta apresiasi. Maslow menegaskan bahwa rasa
harga diri yang sehat lebih didasarkan pada prestasi ketimbang prestise,
status atau keturunan. Dengan kata lain, rasa
harga diri individu yang sehat adalah hasil usaha
individu yang bersangkutan. Dan merupakan bahaya psikologis apabila
seorang lebih mengandalkan rasa harga dirinya pada opini orang
lain daripada kemampuan dan prestasi pada
dirinya sendiri.
5) Kebutuhan
Aktualisasi Diri (Need
for Self Actualization)
Kebutuhan untuk mengungkapkan diri
atau aktualisasi diri merupakan hierarki kebutuhan dasar manusia yang paling tinggi dalam Maslow.
Aktualisasi diri dapat didefinisikan sebagai perkembangan dari
individu yang paling tinggi, mengembangkan semua
potensi yang ia miliki dan menjadi apa saja menurut
kemampuannya. Sedangkan menurut Mendari (2010) Kebutuhan
aktualisasi diri adalah suatu kebutuhan untuk mengoptimalkan potensi
diri, suatu keinginan untuk menjadi apa yang dirasakan oleh individu karena
mempunyai potensi mencapainya. Contoh, seseorang yang berbakat musik menciptakan komposisi musik, seseorang yang berbakat melukis
menciptakan karya lukisannya, seseorang yang berpotensi menyanyi
akan mengembangkan bakatnya.
b. Teori Herzberg
Prihartanta (2015)
menyatakan bahawa teori motivasi Herzberg dikenal juga
dengan teori dua faktor. Dalam teori ini terdapat dua jenis faktor yang
dapat mendorong seseorang untuk mencapai kepuasan
dan menjauhkan diri dari
ketidakpuasan. Dua faktor tersebut yakni faktor hygiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik).
1) Faktor Hyginie
Faktor hygiene
memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, di dalamnya termasuk hubungan antar
manusia, imbalam, kondisi lingkungan,
dan lain-lain. Dalam ketidakpuasan bekerja, faktor ini berkaitan dengan gaji, keamanan bekerja, kebijakan
perusahaan, dan lain-lain.
2) Faktor Motivator
Faktor motivator
memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan,
di dalamnya termasuk pencapaian, pengakuan, prestasi, tanggung jawab, dan lain-lain.
c. Teori McCellanad
Teori McCelland dikenal juga
sebagai teori kebutuhan berprestasi. Andjarwati (2015) berpandangan bahwa Teori McCellanad ini
merupakan kebutuhan pencapaian didasarkan pada Teori Aktualisasi diri Maslow.
Teori ini dikemukakan oleh Mc Clelland (dalam Prihantanta, 2015) yang
menyatakan bahwa ada tiga hal penting yang menjadi kebutuhan
manusia, diantaranya sebagai berikut.
1) Need for achievement, yakni kebutuhan akan prestasi.
2) Need for affiliation, yakni kebutuhan akan hubungan
sosial (hampir sama
dengan social need-nya Maslow), kebutuhan untuk Bersama-sama
dengan orang lain, mempunyai hubungan afeksi yang hangat dengan
orang lain, atau selalu bergabung dengan kelompok.
3) Need for power, yakni kebutuhan untuk mengatur
atau memberikan pengaruh
terhadap orang lain.
3. Jenis-jenis Motivasi
Jenis motivasi dibedakan menjadi
dua jenis, yakni:
a. Motivasi Internal
Motivasi internal adalah motivasi
yang memberikan kesenangan atau kepuasan karena melakukan suatu perilaku yang tidak mengharapkan
imbalan. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh dua alasan, yaitu
alasan untuk mendapatkan stimulasi kognitif dan
untuk mendapatkan rasa telah berprestasi,
merasa kompeten dan merasa bisa menguasai lingkungan.
Individu dengan motivasi intrinsik
akan menjadi aktif dan tidak memerlukan rangsangan dari luar dalam bertindak. Karena dalam setiap individu
sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai
contoh, seorang mahasiswa yang rajin bertanya dalam diskusi.
Hal tersebut dilakukan karena ingin mendapatkan pengetahuan dan keterampilan
yang berguna dalam perkuliahannya, tidak ada tujuan lain. Perilakunya
murni untuk mendapatkan informasi penting yang dibutuhkan dalam
kuliah, bukan karena ingin pujian atau imbalan lain.
b. Motivasi Eksternal
Motivasi eksternal menurut
(Nuraini & Laksono, 2019) mengacu pada perilaku yang didorong oleh penghargaan eksternal seperti uang,
ketenaran dan pujian. Motivasi eksternal berasal dari lingkungan eksternal,
dari luar diri individu yang berlaku dengan
imbalan imbalan tertentu, seperti pujian dari orang
lain. Imbalan tersebut membuatnya memperkuat perilaku. Individu dengan
motivasi eksternal akan menjadi aktif karena adanya rangsangan dari
luar. Dengan kata lain, motivasi eksternal adalah dorongan yang
menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu yang bersumber pada
suatu kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi.
Sebagai contoh seorang karyawan
baru yang rajin bertanya dalam diskusi, karena mengharapkan pujian dari atasannya. Tujuan
utamanya bukan dalam memperoleh informasi, tetapi
pada pujian yang didapatkan karena melakukan
sesuatu. Jadi, kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya
tidak secara langsung berkaitan dengan esensi dari aktivitas yang
dilakukannya.
Dalam berperilaku, dorongan yang
dimiliki individu tidak selalu internal dan eksternal. Hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi
individu, baik faktor internal maupun eksternal.
Akan tetapi, ada kecenderungan jenis motivasi
tertentu yang menjadi kekhasan individu dalam berperilakunya.
B. Hubungan Motivasi dengan
Pengajaran dan Pembelajaran
Belajar merupakan perubahan
tingkah laku kea rah yang lebih baik, dihasilkan dari latihan dan pengalaman sehingga dapat menjadi
pembeda antara manusia dengan binatang serta
menjadi ciri khas manusia itu sendiri. Motivasi belajar
menjadi suatu hal yang penting, karena dapat mendorong, menggerakkan
dan mengarahkan kegiatan belajar siswa menjadi lebih baik. Menurut
Budisantoso (2019) ada beberapa cara untuk
memotivasi peserta didik, diantaranya sebagai berikut.
1. Kebermaknaan
2. Modelling
3. Komunikasi terbuka
4. Prasyarat
5. Novelty
6. Latihan/praktik yang aktif dan
bermanfaat
7. Latihan terbagi
8. Kurangi secara sistematik
paksaan belajar
9. Kondisi yang menyenangkan
C. Motivasi yang Diperlukan
Peserta Didik
Motivasi dalam belajar tentu
sangat penting, di awal sudah dijelaskan bahwa motivasi adalah
tenaga yang menggerakan dan mengarahkan aktivitas seseorang, artinya
dengan motivasi seorang siswa akan belajar dan sekolah sehingga akhirnya
akan mencapai suatu keberhasilan dalam belajar. Motivasi belajar
penting bagi siswa dan guru.
Bagi siswa pentingnya motivasi
belajar adalah sebagai berikut:
1. Menyadarkan kedudukan pada awal
belajar, proses dan hasil akhir
2. Menginformasikan tentang
kekuatan usaha belajar yang dibandingkan dengan teman sebaya
3. Mengarahkan kegiatan belajar
4. Membesarkan semangat belajar
Bagi guru motivasi belajar juga
sangat penting. Pemahaman dan pengetahuan tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi
guru, manfaat itu sebagai berikut:
1. Membangkitkan, meningkatkan dan
memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil
2. Mengetahui dan memahami
motivasi belajar siswa di kelas yang bermacammacam
3. Meningkatkan dan menyadarkan
guru untuk memiliki satu diantara bermacammacam peran seperti sebagai
penasihat, fasilitator, instruktur dalam diskusi, dan juga
penyemangat bagi peserta didik
Adapun menurut (- & -, 2019)
motivasi belajar memiliki indikator yakni:
1. Tekun menghadapi tugas
2. Ulet menghadapi kesulitan yakni
tidak lekas putus asa
3. Menunjukan minat terhadap
bermacam-macam masalah
4. Lebih sering bekerja mandiri
5. Dapat mempertahankan
pendapatnya
D. Faktor yang Mempengaruhi
Motivasi Belajar
Motivasi sebagai suatu kondisi
psikologis seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Mengacu pada definisi motivasi sendiri, faktor
terpenting yang mempengaruhi motivasi tentu adalah
kebutuhan. Dari kebutuhan itulah, siswa akan memiliki
motivasi untuk memenuhinya. Hal ini senada dengan pendapat B. MacDonald
dalam Kamaluddin, M. (2017) bahwa “motivation
largely depends upon
our needs, expectations, and incentives”.
Setidaknya ada tiga faktor utama yang
mendasari motivasi, yakni kebutuhan, ekspektasi atau harapan, dan dorongan.
Secara umum banyak yang menyatakan
bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar antara lain:
1. Cita-cita/aspirasi siswa
2. Kemampuan siswa
3. Kondisi siswa dan lingkungan
4. Unsur-unsur dinamis dalam
belajar
5. Upaya guru dalam membelajarkan
siswa.
Hal tersebut di perkuat dengan apa
yang dipaparkan oleh Max Darsono dkk dalam Masni, H. (2017), mengenai beberapa faktor yang mempengaruhi
motivasi belajar yakni:
1. Cita-cita atau aspirasi
Cita-cita atau aspirasi adalah
suatu target yang ingin dicapai. Penentuan target ini tidak
sama bagi semua peserta didik. Target ini diartikan sebagai tujuan
yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung makna bagi
peserta didik.
2. Kemampuan
Dalam belajar dibutuhkan
kemampuan. Kemampuan ini meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat dalam diri peserta didik, misalnya
kecerdasan, pengamatan, perhatian dan daya
pikir analisa
3. Kondisi
Kondisi peserta didik meliputi
kondisi fisik (kesehatan) dan kondisi psikologis misalnya
emosi. Kondisi ini terkadang mengganggu aktivitas peserta didik dalam
pembelajaran, misalnya saja peserta didik yang kurang sehat motivasi
belajarnya akan berbeda sewaktu dia dalam keadaan sehat. Begitu
pula kondisi psikis peserta didik, misalnya dia
sedang mengalami patah hati atau putus dari pacarnya,
hal ini akan berdampak buruk bagi peserta didik yang tidak bisa menempatkan/mengendalikan
emosinya secara baik. Dia malahan banyak murung
daripada mengerjakan berbagai tugas-tugas pembelajaran.
4. Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan peserta didik
meliputi lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah dan lingkungan masyarakat.
5. Unsur-unsur dinamis dalam
belajar
Unsur-unsur dinamis dalam belajar
adalah unsur-unsur yang keberadaannya dalam proses belajar tidak stabil, kadang-kadang kuat,
kadang-kadang lemah dan bahkan
hilang sama sekali khususnya kondisi-kondisi yang sifatnya kondisional
misalnya emosi peserta didik, gairah belajar, situasi belajar, situasi
dalam keluarga.
6. Cara Guru Mengajar
Cara yang dimaksud di sini adalah
bagaimana seorang dosen mempersiapkan diri sebelum mengajar, ketepatan waktu, materi yang disampaikan,
keakraban dengan peserta didik, dan sejenisnya.
Adapun menurut Slameto dalam Emda,
A. (2018) Seorang individu membutuhkan suatu dorongan atau motivasi sehingga sesuatu yang
diinginkan dapat tercapai, dalam hal ini ada beberapa faktor yang
mempengaruhi belajar antaran lain:
1. Faktor Individual
Seperti kematangan atau
pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor
pribadi.
2. Faktor Sosial
Seperti keluarga atau keadaan
rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alatalat dalam belajar, dan motivasi
sosial.
Faktor lain yang dapat
mempengaruhi belajar menurut Slameto (1991:91) yaitu:
1. Faktor-faktor intern: faktor
jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.
2. Faktor ekstern: faktor
keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
Mengacu pada beberapa pendapat
tersebut dapat dipahami bahwa siswa, guru, proses dan lingkungan belajar menjadi faktor penting yang
mempengaruhi motivasi siswa. Kaitannya dengan
proses pembelajaran di kelas, guru sebagai fasilitator
tentu memiliki peran penting untuk dapat membuat seluruh komponen
tersebut bekerja dengan baik dan saling berkaitan, sehingga dapat
membantu meningkatkan motivasi belajar siswa secara optimal.
E. Strategi Menumbuhkan Motivasi
Dalam upaya meningkatkan motivasi
belajar siswa, selain siswa itu sendiri, guru memiliki peran yang sangat vital. Guru sebagai fasilitator
siswa dalam kegiatan belajar di kelas harus
memiliki strategi jitu agar dapat membantu siswa memiliki
motivasi belajar yang tinggi. Sudirman AM
dalam Kamaluddin, M. (2017) menyampaikan ada beberapa cara
untuk memotivasi siswa dalam belajar yakni
1. Memberikan hadiah,
2. Angka atau penilaian
3. Pujian,
4. Hasrat untuk belajar
5. Hukuman
6. Menciptakan kompetisi,
7. Memberikan kesadaran mengenai
harga diri,
8. Penilaian tes atau ulangan
9. Memberikan hasil tes
10. Melakukan pembelajaran yang
berkonteks sesuai minat siswa
11. Tujuan belajar yang dapat
diterima siswa.
Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh guru untuk membangkitkan motivasi belajar siswa sebagaimana yang dikemukakan oleh Wina
Sanjaya dalam Emda, A. (2018) yaitu:
a. Memperjelas tujuan yang ingin
dicapai.
Tujuan yang jelas dapat
menumbuhkan minat siswa untuk belajar. Semakin jelas tujuan
yang ingin dicapai, maka akan semakin kuat motivasi belajar siswa.
Oleh sebab itu guru perlu menjelaskan terlebih dahulu tujuan yang
ingin dicapai sebelum proses pembelajaran dimulai.
b. Membangkitkan minat siswa.
Siswa akan terdorong untuk
belajar, manakala mereka memiliki minat untuk belajar.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan minat siswa diantaranya:
1) Hubungkan bahan pelajaran yang
akan diajarkan dengan kebutuhan siswa.
2) Sesuaikan materi pelajaran
dengan tingkat pengalaman dan kemampuan siswa.
3) Gunakan berbagai model dan
strategi pembelajaran secara bervariasi.
c. Menciptakan suasana yang
menyenangkan dalam belajar
d. Berilah pujian yang wajar
terhadap setiap keberhasilan siswa
e. Berikan penilaian
f. Berilah komentar terhadap hasil
pekerjaan siswa.
g. Ciptakan persaingan dan
kerjasama.
Adapun dari berbagai hasil studi
laboratories dan eksperimental telah dikembangkan berbagai saran upaya untuk meningkatkan motivasi
kerja termasuk perbuatan belajar dalam buku yang
ditulis Makmum, Abin Syamsuddin (2007) dipaparkan
sebagai berikut.
1) Hindarkanlah sugesti dan
kondisi dan yang negatif (kurang menunjang dan menggairahkan).
2) Ciptakan situasi kompetensi
yang sehat, baik antar individu ataupun kelompok dalam kelas.
3) Adakan pacemaking (atas dasar prinsip goalgradient: makin jelas dan dekat
pada suatu tujuan/sasaran, makin kuat motif berusaha).
4) Informasikan hasil kegiatan dan
berikan kesempatan kepada individu atau kelompok bersangkutan untuk mendiskusikannya.
5) Dalam hal tertentu, ganjaran
dan hadiah (reward
and bonus atau insentif
dapat juga
diberikan dalam bentuk penghargaan dengan pujian, piagam fasilitas,
kesempatan, promosi, dan sebagainya). Bila dipandang mungkin dapat
juga digunakan hukuman pedagogis (punishment, fenalty)
Berbagai upaya perlu dilakukan guru agar proses pembelajaran
berhasil. Guru harus kreatif dan inovatif dalam melakukan tugas pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Andjarwati, T. (2015). Motivasi
dari sudut pandang teori hirarki kebutuhan Maslow, teori dua faktor
Herzberg, teori xy Mc Gregor, dan teori motivasi
prestasi Mc Clelland (Doctoral dissertation,
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya).
Budisantoso, E. N. Q. (2019).
Resume Pengembangan Motif dan Motivasi Peserta
Didik dalam Pembelajaran.
Universitas Pendidikan Indonesia. Emda, A. (2018). Kedudukan motivasi belajar siswa dalam
pembelajaran. Lantanida
Journal, 5(2), 172-182.
Kamaluddin, M. (2017). Pengaruh
motivasi belajar terhadap prestasi belajar matematika dan strategi untuk
meningkatkannya. In Seminar Matematika
Dan Pendidikan Matematika (Vol. 67, pp. 455-60).
Kirom, A. (2017). Peran guru dan
peserta didik dalam proses pembelajaran berbasis multikultural. Jurnal
Al-Murabbi, 3(1), 69-80.
Makmum, Abin Syamsuddin. PSIKOLOGI
KEPENDIDIKAN. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007.
Manzilatusifa, U. (2007).
Pemberian motivasi guru dalam pembelajaran. Educare.
Masni, H. (2017). Strategi
meningkatkan motivasi belajar mahasiswa. Jurnal
Ilmiah Dikdaya, 5(1), 34-45.
Maslow, A. H. (1943). A theory
of human motivation. Psychological review, 50(4),
370.
Mendari, A. S. (2010).
Aplikasi teori hierarki kebutuhan Maslow dalam meningkatkan motivasi belajar
mahasiswa. Widya Warta: Jurnal Ilmiah Universitas Katolik Widya
Mandala Madiun, 34(01),
82-91.
Muhammad, M. (2017). Pengaruh
motivasi dalam pembelajaran. Lantanida
Journal, 4(2), 87-97.
Nuraini, N. L. S., &
Laksono, W. C. (2019). Motivasi Internal dan Eksternal Siswa
Sekolah Dasar pada
Pembelajaran Matematika. Sekolah Dasar: Kajian
Teori Dan Praktik
Pendidikan, 28(2), 115–124. https://doi.org/10.17977/um009v28i22019p115
Pane, A., & Dasopang, M. D.
(2017). Belajar dan pembelajaran. Fitrah: Jurnal
Kajian Ilmu-Ilmu
Keislaman, 3(2), 333-352.
Prihartanta, W. (2015).
Teori-teori motivasi. Jurnal Adabiya, 1(83), 1-11.
Qois. Budisanto. (2019). Resume
Pengembangan motif dan motivasi peserta didik
dalam pembelajaran.
Ramli, M. (2015). Hakikat
pendidik dan peserta didik. Tarbiyah Islamiyah: Jurnal
Ilmiah Pendidikan Agama
Islam, 5(1).
Yuliana, A. (2018). Teori
Abraham Maslow dalam Analisa Kebutuhan Pemustaka. Libraria, 6(2),
349-376. -,
S., & -, P. (2019). Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. G-Couns:
Jurnal
Bimbingan Dan Konseling, 3(1), 73–82.
https://doi.org/10.31316/g.couns.v3i1.89