Makna Permainan Sebagai Bagian Pendidikan Jasmani di Sekolah-Sekolah
MAKNA PERMAINAN
SEBAGAI BAGIAN PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH-SEKOLAH
Oleh apa kita bermain
sebenarnya apakah gerangan yang menjadi pohon-sebabnya dan tenaga manakah yang
berguna dalam permainan itu? Atas pertanyaan itu berjenis sudah dijawab diberi
orang dan serba teori dan pendapat telah diketengahkan.
Tetapi tiadalah perlu kiranya kita junjung
dan anjung-anjung serta kita pertahankan sebuah diantara dalil-dalil itu
sebagai barang yang sungguh benar dengan mengesampingkan pendapat yang
lain-lain begitu saja seakan-akan benda yang kurang berharga. Yang memang benar
ialah. Bahwa permainan itu adalah suatu upaya perintang *) pelengah dan berbeda
dengan yang biasa halnya. Tenaga yang ada dipergunakan untuk sementara
penyampai tujuan lain. Akan tetapinya, nafsu yang sahaja hendak merintang atau
hendak bersenang-senang itu sekali-kali keluarlah terang benar datangnya dari
hasrat khuluk hendak bermain itu semata-mata. Sebagian besar nafsu itu asalnya
ialah oleh tenaga atau semangat yang berlebih melimpah-limpah. Yang tak dapat
dijalan lain untuk membersit keluar.
Teori yang asalnya dari Speener ini
menganggap permainan itu sebagai suatu usaha buatan energi yang semestinya
memang bekerja menurut khuluknya sendiri. Tetapi karena ketiadaan yang seperti
itu, alih-alih membersit keluar. Menerima dan mengerjakan yang dihadapkan
kepadanya.
Kedua pendapat ini kelihatannya bertentangan:
pada hakikatnya pertentangan antara keduanya adalah hanya pada lahirnya saja. Tepat
pada ketika gaya yang berlebih-lebihan. Yang tak bekerja tetapi ingin bekerja
itu membersit keluar bersualah dengan – seperti yang kita katakan tadi. Kerja
yang dihadapkan kepadanya Penghibur.
Anggapan bahwa permainan itu adalah sebagai
suatu upaya penghibur dan sebagai daya penyamput gaya yang membersit keluar. Bukanlah
berarti. Bahwa yang satu menyalahi dan menindakan yang lain. Melainkan yang
satu melengkapkan yang kurang pada yang lain juga. Dengan teori Speener
teranglah, bahwa kanak-kanak yang kurang jaman rasa badannya. Akan lesu sahaja
dan kurang bernafsu untuk bermain. Tetapi teori ini pun berat sebelah dan
kurang sempurna. Bukankah kadang-kadang tampak pula oleh kita nafsu bermain itu
ada pada anak-anak yang sedang saja kuat badannya. Bintang dan anak-anak
bermainlah. Jika cukup alasan baginya untuk bermain itu. Kendali badan letih
dan lesu, namun permainan diteruskannya juga, hingga kuat kuasa hampirkan
habis. Jika sesuatu tugas hidup baik yang mengenai jasmani maupun rohani
terhenti beberapa lamanya, maka pulihlah hasrat hendak bergiat berusaha itu.
Hasrat itu tak pula berlebih-lebihan. Teori
Speener itu hendak pula dilengkapi dengan keterangan-keterangan yang bersangkut
paut dengan ilmu perikehidupan biologi. Maka permainan kanak-kanak muda beliau
dapat sebagian besar dianggap sebagai latihan permulaan yang dilakukan dengan
tidak sadar menurut garisat saja. Dan hal ini berlaku bukan bagi urat-urat
daging saja melainkan bagi panca indera juga.
Oleh sebab itu, anak-anak bukan saja sanggup
mengira-ngirakan koordinasi gerak dan gerik melainkan juga mengagak-agak jarak
meninjau keadaan, memulihi perangsang perasaan dan perangsang bunyi dan
sebagainya. Permainan itu baginya adalah semacam percobaan dan hasilnya atau
kesudahannya akan menambah pengalamannya. Segala apa yang diketahuinya dengan
cerapan panca inderanya adalah benda baru baginya pada awaknya dan makna
semuanya itu bagi hidupnya lama kelamaan lah baru dimakluminya.
Kanak-kanak mula-mula sekali merangkak tetapi
dengan bekas tampaklah usaha pertama padanya hendak berdiri bersetimbang,
mula-mula berpegang pada kursi atau benda lain. Serta berhasil usahanya maka
bertepuk bersoraklah ia sebagai tanda puas hatinya akan kecakapannya.
Maka tampaklah sudah kegemarannya akan
gerak-gerik, yang menjadi hajat mutlak manusia kecil itu, sebab segala pergerakan
itu harus didahului oleh serba latihan yang kelak dalam hidupnya banyak akan
dilakukannya.
Tetapi bukan otot-otot atau urat-urat
dagingnya dan panca inderanya saja yang terlatih karena permainan itu,
melainkan kelangkasan rohanipun, seperti keawasan dan ingatan, tidak
terlindung. Sebagai halnya dengan hewan, maka manusia pun banyak atau garizah
kegemarannya, meskipun garizah-garizah itu pada manusia, karena akal budinya
dan adat kebiasaan dalam pergaulan hidup sebagian besar tiada ketara adanya.
Dalam paksa yang baik, maka garizah kegemaran
itu pasti, tak dapat tiada akan terbukti ada dengan kekuatan aslinya. Dengan
perbincangan secara biologis ini, maka jelaslah, bahwa garizah itu adalah suatu
pegangan mutlak untuk menerangkan kegemaran bermain itu. Dalam keterangan
garizah bermain inilah pula letaknya cara menentukan penghargaan dan faedah
permainan itu sebagai jalan pendidikan yang sengaja dan sebagai bagian
pendidikan jasmani.
Pada kanak-kanak, permainan itu adalah suatu
penjelmaan perasaan batinnya yang tak dibuat-buat: suatu pernyataan dan
pembentukan usaha rohaninya yang mula-mula : adalah kerja sendiri yang mulai
pertama dalam padang kecerdasan. Maka sebab itulah pula lah permainan itu amat
menggembirakan kanak-kanak, dan dalam permainan itu terasa padanya kekuatannya
bertambah dan berkembang. Ahli mendidiklah yang berhasil menjadikan permainan
itu bagian pendidikan yang sebenarnya dan memperbuatnya menjadi alat yang bermanfaat
untuk kemajuan jasmani, kesopanan dan kecerdasan. Perbedaan paham tentang
bentuk-bentuk pergerakan menurut tabiatnya dalam serba sistem gimnastik yang
banyak itu tak adalah terdapat. Dan pengakuan bersama inilah yang mengurangkan
perselisihan antara sistem yang bermacam-macam itu.
Seluruh physiologi olahraga modern sebenarnya
membuktikan bahwa permainan serta latihan yang bersangkutan dengan itu adalah
tambahan yang perlu pada gimnastik yang diajarkan di sekolah-sekolah. Akan
tetapi zamannya sudah lewat untuk menganggap, bahwa manfaat latihan-latihan itu
semata-mata bagi kesehatan badan saja.
Banyak karangan pada tahun-tahun akhir itu,
menunjukkan, bahwa aliran baru dalam ilmu mendidik amat mementingkan permainan.
Seterusnya janganlah kita lupa, bahwa permainan atau lebih tepat seluruh
bilangan olahraga ditilik dari sudut..mempergunakan waktu terluang dan
pergerakan muda beliawan pada umumnya mempunyai ibarat dan tujuan, yang erat
bertali dengan segala sesuatu yang perlu-perlu bagi kehidupan dalam masyarakat.
Bertujuan sociologis seperti kerap dikatakan orang.
Serba kejadian pada permainan dan sport :
sikap dan gerak pada satu pihak dan hidup-rohani serta kemajuannya pada pihak
lain, yang pengaruh-mempengaruhi : perbandingan permainan manusia dengan
permainan hewan : makna bakat dan garizah : nafsu-asli dengan kebiasaan hidup
manusia : tabiat melakukan sesuatu perbuatan pada manusia dan hewan : makna
serba ibaratnya ke semuanya itu adalah beberap antara soal-soal, yang kita
hadapi ketika mempelajari pendidikan jasmani, yang kepentingan dan keindahannya
dulu-dulunya tak disangka dikira orang. Jika kita akui, bahwa hal itupun adalah
masalah masyarakat pula, maka mengertilah kita, mengapa beberapa ilmu
pengetahuan diperhubung-hubungkan untuk mempelajari soal ini.
Pokok-pokok tubuh manusia yang sebernanya ada
yang gunanya pergerakkan tubuh itu sendiri, seperti berjalan, melompat,
berenang, ada yang pemindahkan benda lain, seperti mengangkat, menanggung,
menarik dsb, ada pula yang mengangkat perkakas atau senjata ketika melempar,
memukul, menikam, menempa dsb.
Sekalian gerak yang berjenis-jenis itulah
yang seakan-akan sempurna dalam bermain. “Tiap-tiap permainan ada peraturannya,
yang harus dituruti dengan tilikteliti, betapa susah sekalipun menjalankannya
dan berapapun naik gembira orang sedang bermain itu: kepada kita dituntut akan
memandang lawan itu sebagai teman sepermainan,meskipun kadang-kadang dalam kita
naik gairah itu, timbul hasrat dalam hati kita hendak
melumpuhkannya...,Permainan, yang tidak dilakukan dengan kesabaran dan dengan
menahani segala hati dan nafsu, tiadalah jujur lagi, tiada sportif; permaianan
yang tiada mengindahkan peraturan bermain dan tidak menghormati lawan adalah
permainan curang. Dan disnilah terletak kewajiban dan tugas pemimpin! Permainan
boleh sibuk dan gaduh jalannya. Kelihatannya kacau. Maka tampaklah olehnya
murid –muridnya dalam keadaan sebenarnya. Kegiatan begitu tiadalah boleh ia
merusakkan kegembiraan anak-anak yang ,,sedang lupakan makan, lupakan minum,
lupakan segala-galanya itu” dengan banjak-banjak mencampurinya.
Sebagi pendidikan kita hanya mengetengahi
dalam hal yang perlu-perlu saja, kurang-kurang memberi perintah dan larangan,
lebih-lebih nasihat dan petunjuk. Tujuannya ialah tata-tertib dengan kemauan
sendiri.
Prof Gunning menamai contoh dan Teladan ,
Latihan, Kepatuhan, dan Kebebasan itu adalah empat persarat pendidik kesopanan
atau budipekerti. Ketigaanasir yang tersebut mula-mula perlu untuk mendidik
kesopanan, tetapi jika kebebasan kita halai-balaikan saja, maka pekerjaan kita
tidaklah lebih dari pada menghasilkan, menjelmakan mesin kebajikan yang tak
berkemauan sendri. Pembentukan budipekerti yang sebernanya akan diluar usaha
kitalah. Berkenaan dengan itu maka akan arti kata kebebasan itu akan amat
jelaslah, jika diperhubungkan dengan upaya pendidik yang ketiga, kepatuhan.
Jika tak ada kebebasan akan susah pula ada
kepatuhan kalau tak suka kita seorang anak mengudap, maka dapatlah tingkat itu
kita cegah tiada memberi anak itu sempat mengudap. Tetapi cara seperti itu
tiadalah mengandung khasiat-mendidik dalamnya. Begitu pula jangan sekali kita
adakan kesempatan, supaya seorang anak kedapatan berbuat salah.
Jika kita tengah barang suatu, maka melarang
tak perlu lagi, jika kita larang barangb apa-apa, manakan tak mungkin ada
pelanggarannya.
Makin bertmabah kuat anak, makin banyak
hendaknya kita mengajak menyuruh dia kana berdiri dan tanggungjawabnyapun
bertambah pulalah .
Berlainan dengan pelajaran gimnastik, maka
selama bermain itu anak-anak amat bebas. Ia terikat kepada peraturan permainan,
tetapi setiap waktu ia berkesempatan akan menunjukkan inisiatipnya.
Dipelajarinya melihat dan mengira-ngira
sesuatu keadaan dengan tepat, dan berpatutan dengan yang dilihatnya,
bertindaklah ia serta-merta. Disanalah letaknya khasiat pendidikan yang
sebesar-besarnya dengan ... bahayanya sekali.
Janganlah sampai sianak memegahkan diri dan
janganlah sesuatunya membuat dia luput dari daratnya,