Hakikat Cerita Rakyat
Hakikat Cerita Rakyat
Cerita rakyat merupakan salah satu
karya sastra yaitu berupa cerita yang lahir, hidup dan berkembang pada beberapa
generasi dalam masyarakat tradisional, baik masyarakat itu telah mengenal huruf
atau belum, disebarkan secara lisan, mengandung survival, biasanya bersifat
anonim, serta disebarkan diantara kolektif tertentu dalam kurun waktu yang
cukup lama. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Suripan (dalam Sarmadi. 2009.
hlm. 26) yang menyatakan bahwa cerita
“Rakyat adalah bagian dari kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki setiap
bangsa”. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu masyarakat
melalui bahasa tutur yang berhubungan langsung dengan berbagai aspek budaya dan
susunan nilai sosial masyarakat tersebut. Dahulu, cerita rakyat diwariskan
secara turun-menurun dari satu generasi ke generasi berikutnya secara lisan.
Sedangkan hakikat cerita rakyat menurut Awang (dalam Sarmadi, 2009, hlm. 28)
adalah;
“Cerita rakyat is a form of folklore found in Indonesia. Its
origins are probably an oral culture, with a range of stories of heroes
associated with Wayang and other forms of theatre, transmitted outside of a
written culture. Usually tied in with a district or region of Indonesia.”
Cerita rakyat biasanya hidup atau
pernah hidup dalam sebuah masyarakat. Cerita yang ada di dalamnya tersebar,
berkembang, atau diturunkan secara lisan dari satu generasi ke generasi yang
lebih muda. Cerita rakyat merupakan bagian dari sastra daerah, yakni sastra
yang biasanya diungkapkan dalam bahasa daerah. Sebagai contoh, cerita rakyat
dari Jawa Tengah, biasanya di ceritakan dengan menggunakan bahasa Jawa. Begitu
pula cerita rakyat dari Padang, Papua, dan lainnya yang diceritakan dalam
bahasa daerah masing-masing. Berdasarkan uraian diatas maka dapat kita pahami
bahwa cerita rakyat merupakan karya sastra berupa ekspresi kebudayaan setiap
daerah yang berkembang dan diwariskan secara turun-temurun serta disampaikan
secara lisan dari mulut-kemulut.
Namun seiring dengan perkembangan
zaman, dewasa ini cerita rakyat telah dikumpulkan dan digunakan dalam dunia
pendidikan di Indonesia melalui buku-buku dan cerita rakyat yang dimuat di
media masa seperti di internet. “Cerita rakyat tidak hanya cerita lisan dari
mulut ke mulut tetapi banyak dipublikasikan melalui media. Eksiklopedia Melayu”
(dalam Sarmadi, 2009, hlm. 29). Mengenal cerita rakyat bangsa Indonesia sangat
penting. Dengan mengenal cerita rakyat berarti mengenal sejarah dan budaya
suatu bangsa Indonesia. Cerita rakyat digemari oleh masyarakat karena cerita
rakyat dapat dijadikan sebagai suri teladan dan pelipur lara, serta bersifat
jenaka. Oleh karena itu, cerita rakyat biasanya mengandung ajaran budi pekerti
atau pendidikan moral dan hiburan bagi masyarakat.
Bangsa Indonesia merupakan bangsa
yang kaya maka cerita rakyat yang terdapat di setiap daerah pun berbeda-beda
dan memiliki bentuk yang bermacam-macam. Menurut Fang (dalam sarmadi,2009, hlm.
29) menyatakan bahwa “Cerita rakyat dibagi menjadi lima golongan, yaitu: (1)
cerita asal-usul, (2) cerita binatang, (3) cerita jenaka, (4) cerita penglipur
lara, dan (5) pantun.” Selain itu menurut pendapat Bascom W, R. dkk (dalam
Fahmiyati, 2012, hlm. 1) “cerita rakyat dibagi menjadi (1) Mite, (2) Legenda,
dan (3) Dongeng.”
a. Mite (Myth)
Mite adalah
cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh
empunya cerita. Mite ditokohi oleh dewa atau makhluk setengah dewa. Peristiwa
terjadi di dunia lain, atau di dunia yang bukan seperti kita kenal sekarang,
dan terjadi pada masa lampau.
b. Legenda (legend)
Legenda
adalah prosa rakyat yang mempunyai ciri-ciri mirip dengan mite, yaitu dianggap
pernah benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Legenda ditokohi
manusia, walapun ada kalanya mempunyai sifat-sifat yang luar bisa, dan sering
dibantu makhluk-makhluk ajaib. Tempat terjadinya didunia yang kita kenal. Waktu
terjadinya belum terlalu lampau.
c. Dongeng (folktale)
Dongeng
adalah cerita pendek kolektif kesusastraan lisan yang tidak dianggap
benar-benar terjadi. Dongeng diceritakan dengan tujuan untuk menghibur,
melukiskan kebeneran, pelajaran (moral) dan sindiran. Sejalan dengan hal
tersebut, menurut Asfandiyar (dalam Fahmiyanti, 2012, hlm. 2) “Dongeng adalah
cerita rekaan, cerita rakyat yang tidak benar-benar terjadi dan bermanfaat bagi
perkembangan anak” Baik perkembangan secara kognitif (pengetahuan), afektif
(perasaan), sosial dan aspek konatif (penghayatan).”
Danandjaja
(dalam Fahmiyanti, 2012, hlm. 2) “Membagi jenis-jenis dongeng menjadi empat,
yaitu: (1) Dongeng binatang, (2) Dongeng biasa, (3) Dongeng lelucon , dan (4)
dongeng berumus.”
a.
Dongeng
binatang
Dongeng
binatang adalah dongeng yang ditokohi oleh binatang peliharaan dan binatang
liar, seperti burung, binatang melata, ikan, serangga dan hewan yang menyusui
seperti monyet, dll. Binatang-binatang jenis ini dalam cerita dapat berbicara
dan berakal budi seperti manusia.
b. Dongeng biasa
Dongeng biasa
adalah dongeng yang ditokohi manusia dan biasanya adalah kisah suka duka
seseorang. Di Jawa Barat misalnya dongeng Sangkuriang.
c. Dongeng lelucon atau anekdot
Dongeng
lelucon atau anekdot adalah dongeng-dongeng yang dapat menimbulkan rasa
menggelitik hati, sehingga menimbulkan tawa bagi yang mendengarkan dan yang
menceritakannya.
d. Dongeng berumus
Dongeng
berumus adalah dongeng yang dibentuk dengan cara menambahkan keterangan lebih
terperinci dari setiap keterangan lebih terperinci pada setiap pengulangan isi
cerita.
Walaupun cerita rakyat sangat
bervariasi akan tetapi pada umumnya, cerita rakyat, banyak menggambarkan
pola-pola kehidupan masyarakat disuatu daerah pada jaman dahulu. Cerita rakyat
berisi tentang ajaran budi pekerti dan moral. Dengan demikian, siswa bukan saja
memperoleh hiburan, melainkan juga memperoleh pelajaran dan nilai-nilai
kemanusiaan yang diselipkan dalam cerita tersebut, yang nantinya akan berguna
bagi kehidupannya. Contohnya dongeng, dongeng digunakan sebagai media hiburan
yang bernilai luhur dan sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan. Hal ini
sejalan dengan pendapat Awang (dalam Sarmadi, 2009, hlm 37) yang menyatakan
bahwa “Cerita rakyat mempunyai fungsi: (1) sebagai alat hiburan; (2) sebagai
alat pengajaran; (3) membiasakan masyarakat menggunakan kata-kata yang indah;
(4) menumbuhkan di kalangan masyarakat keupayaan menganal dan seterusnya
mengapresiasi sastera; dan (5) menjadi dasar penciptaan karya sastera baru.”
Cerita rakyat bisa membawa anak pada pengalaman-pengalaman
baru yang belum pernah dialaminya. Melalui cerita rakyat siswa bisa belajar
dengan menyenangkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Asfandiyar (dalam
Fahmiyati, 2012, hlm. 4) yang menyatakan bahwa cerita rakyat merupakan cara
yang efektif mengembangkan aspek-aspek kognitif (pengetahuan), afektif
(perasaan), dan aspek sosial. Selain itu, cerita rakyat berfungsi menjadi
penghubung kebudayaan masa silam dengan kebudayaan yang akan datang. Cerita
rakyat juga dapat berfungsi sebagai sarana untuk menenamkan benih-benih
kesadaran akan budaya bangsa Indonesia. Hal ini menuntut adanya
penginventarisasian cerita rakyat agar isi ceritanya dapat kita nikmati.
Nilai-nilai yang ada dapat ditanamkan kepada generasi muda serta dapat dilestarikan
keberadaannya.
Cerita rakyat dibangun dan
dibentuk dari beberapa struktur. Struktur cerita rakyat dapat diartikan sebagai
susunan penegasan, dan gambaran dari semua bahan dan bagian yang menjadikan
komponennya yang secara bersama membentuk suatu kebulatan. Cerita rakyat
sebagai bagian dari karya sastra juga memiliki unsur-unsur yang saling
berhubungan sehingga mendukung secara keseluruhan cerita yang ada. Di dalam
cerita rakyat juga terdapat unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur
intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri.
Unsur-unsur intrinsik yang dibahas meliputi : tema, penokohan, alur cerita,
latar (setting), dan amanat.
1.
Tema
Tema adalah
ide yang menjadi pokok suatu pembicaraan atau ide pokok suatu tulisan. Hal tersebut
sejalan dengan pendapat Stanton (dalam Nurgiyantoro 2007) “tema adalah makna
yang terkandung dalam sebuah cerita”. Tema merupakan suatu yang amat penting
dari suatu cerita, karena tema merupakan titik tolak pengarang dapat
membayangkan dalam fantasinya tentang cerita yang akan dibuat. Pengarang tidak
langsung menyebutkan tema yang termuat dalam ceritanya, akan tetapi dapat
diketahui apabila kita sudah membaca cerita tersebut secara keseluruhan.
1.
Penokohan
Penokohan
merupakan gambaran terhadap tokoh-tokoh berdasarkan waktu atau karakternya yang
dapat diketahui dari ciri fisiologis, psikologis, dan sosiologis. Tokoh cerita
hanya sebagai orang penyampai pesan, atau bahkan merupakan refleksi pikiran,
sikap, pendirian, dan keinginan pengarang. Hal tersebut sejalan dengan pendapat
Aminuddin (2009, hlm. 79) “tokoh adalah pelaku mengembang peristiwa dalam
cerita fiksi sehingga cerita itu mampu menjalin suatu cerita sedangkan cara
pengarang menampilkan tokoh atau pelaku itu disebut penokohan.” Sama halnya
dengan pendapat sebelumnya, Stanton (dalam Setianingrum, 2008, hlm. 14) yang
menyatakan bahwa “Penokohan adalah gambaran tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan
dengan sikap ketertarikan, keinginan, emosi, dan prinsip moral yang dimiliki
tikoh-tokoh tersebut”. Tokoh-tokoh dalam fiksi dapat dibedakan berdasarkan
sudut pandang dan tinjauan, seorang tokoh dikategorikan ke dalam beberapa jenis
penamaan sekaligus. 1. Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan Tokoh utama cerita adalah
tokoh yang disebut pertama (central character, main character), sedangkan yang
kedua adalah tokoh tambahan (peripheral character). 2. Tokoh Protagonis dan
Tokoh Antagonis Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi yang salah satu
jenisnya secara populer disebut hero-tokoh, yang merupakan pengejawatan
norma-norma dan nilai-nilai yang ideal bagi kita.
2.
Watak
Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia “Watak berarti sifat batin manusia yang mempengaruhi
segenap pikiran dan tingkah laku; budi pekerti; tabiat”. Perwatakan adalah
hal-hal yang berhubungan dengan watak seseorang pada lakon tertentu yang ia
perankan dalam sebuah cerita fiksi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia . watak
dan perwatakan adalah bagaimana seseorang bertingkah laku untuk untuk tokoh
tertentu yang diberikan kepadanya.
3.
Alur/Plot
Alur dalam
cerita rakyat merupakan peristiwa-peristiwa yang terjalin dengan urutan yang
baik dan membentuk sebuah cerita. Dalam alur terdapat serangkaian peristiwa
dari awal sampai akhir. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Aminuddin (2009,
hlm. 83), pengertian “alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh
tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh
para pelaku dalam suatu cerita.” Plot berisi urutan kejadian namun tiap
kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat dan peristiwa yang lain.
4.
Latar
(Setting)
Latar adalah
elmen fiksi yang menunjukan dimana, dan kapan kejadian tersebut berlangsung.
Isi dari cerita rakyat sama halnya dengan harus berlangsung dalam ruang dan
waktu. Yang termasuk dalam latar suatu cerita adalah tempat atau ruang seperti
rumah, sawah, hari, waktu, tahun, musim, atau periode sejarah.
5.
Amanat
Amanat adalah pesan moral
yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca berupa nilai- nilai luhur yang
dapat dijadikan contoh atau teladan. Penyampaian pesan selalu didasarkan tema dan tujuan yang telah ditetapkan penulis pada saat
menyusun rancangan cerita. Pesan atau amanatdalam sebuah
tulisan tidak selalu tersurat (jelas), tapi bisa juga tersirat (tersembunyi).
Amanat tersurat adalah amanat yang dijelaskan dalam kata-kata sebuah tulisan.
Sedangkan, amanat tersirat adalah amanat yang tidak dijelaskan secara tertulis,
tetapi dapat diketahui pembaca melalui alur cerita dalam tulisan.