Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Pembelajaran
IPA di Sekolah Dasar
Pengertian
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Ilmu pengetahuan Alam merupakan terjemahan
dari kata-kata bahasa Inggris yaitu natural
science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
atau science dapat disebut sebagai
ilmu tentang alam, yaitu ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi
di alam ini (Samatowa, 2016). Menurut Darmojo (dalam Samatowa, 2016, hlm. 2)
IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan
segala isinya.
Selain itu, menurut Nash (dalam Samatowa,
2016, hlm. 3) menyatakan bahwa:
IPA itu adalah suatu cara atau metode untuk
mengamati alam. Nash juga menjelaskan bahwa cara IPA mengamati dunia ini
bersifat analisis, lengkap, cermat, serta menghubungkannya antara suatu
fenomena dengan fenomena lain, sehingga keseluruhannya membentuk suatu
perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya.
IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang
disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan
yang dilakukan oleh manusia. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler
(dalam Samatowa, 2016, hlm.3) yang menyatakan bahwa:
IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan
gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku
umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen/sistematis
(teratur) artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu system, tidak berdiri
sendiri, satu dengan lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga
seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh, sedangkan berlaku umum artinya
pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau oleh seseorang atau beberapa orang
dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau
konsisten.
Selanjutnya Winaputra (dalam Samatowa, 2016,
hlm. 3) mengemukakan bahwa IPA tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan
tentang benda atau makhluk hidup, tetapi memerlukan kerja, cara berpikir, dan
cara memecahkan masalah.
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan
bahwa sains atau Ilmu Pengetahuan Alam merupakan suatu ilmu yang berhubungan
dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis dan saling
keterhubungan antara satu fenomena dengan fenomena lain yang didasarkan pada
hasil percobaan atau eksperimen yang dilakukan oleh manusia.
Tujuan
Pembelajaran IPA
Pembelajaran IPA di SD ditujukan untuk memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk memupuk rasa ingin tahu secara alamiah,
mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas fenomena alam
berdasarkan bukti, serta mengembangkan cara berpikir ilmiah. Menurut Mulyasa
(2011) mengemukakan bahwa tujuan mata pelajaran IPA di SD/MI berdasarkan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah sebagai berikut:
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan
Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam
ciptaan-Nya.
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman
konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan
kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,
teknologi dan masyarakat.
4) Mengembangkan keterampilan proses untuk
menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta
dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam
dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan
keterampilan IPA sebagai dasar melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi.
Berdasarkan paparan tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam merupakan proses pembelajaran yang
mengembangkan aspek keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengembangkan
pengetahuan konsep pembelajaran IPA, mengembangkan sikap ilmiah dan
keterampilan ilmiah serta mengembangkan rasa cinta terhadap alam semesta dan
juga sebagai bekal ilmu pengetahuan untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan
selanjutnya.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Merta ( 2015 hlm. 4) yang mengungkapkan bahwa
dalam peranannya, mata pelajaran IPA sangat penting diberikan kepada anak didik
mulai dari jenjang pendidikan dasar. Hal ini dimaksudkan untuk melatih daya
pikir anak didik sehingga mereka dapat menggunakan pengetahuan tentang IPA
tersebut sebagai dasar dalam mempelajari bidang ilmu yang lain maupun dalam
bidang IPA itu sendiri di jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
IPA
untuk Sekolah Dasar
Dalam pembelajaran IPA di SD saat ini,
pembelajaran lebih menekankan pada peserta didik daripada gurunya. Pembelajaran
lebih menekankan pada bagaimana peserta didik dapat belajar. Hal ini dapat
dilihat bahwa pembelajaran IPA di kelas dipandang sebagai suatu proses aktif,
dan sangat dipengaruhi oleh apa yang sebenarnya ingin dipelajari oleh peserta
didik. Hasil belajar ini bukan semata-mata bergantung pada apa yang disajikan
guru melainkan dipengaruhi oleh interaksi antara berbagai informasi yang
seharusnya diperoleh peserta didik dan bagaimana peserta didik mengolah
informasi tersebut berdasarkan pemahaman yang telah dimiliki sebelumnya.
Salah satu ciri pendidikan IPA yaitu bahwa IPA
lebih dari sekedar kumpulan yang dinamakan fakta (Orlich dalam Samatowa, 2016,
hlm. 8). Sedangkan menurut Sund (dalam Samatowa, 2016, hlm. 8) menyebutkan
bahwa IPA merupakan kumpulan pengetahuan dan juga kumpulan proses. Kebanyakan
siswa tidak berkembang dalam hal pemahaman konsep-konsep ilmiah dan prosesnya
secara terintegrasi dan fleksibel. Sebagai contoh, mereka dapat menghafalkan
berbagai konsep dan fakta, tetapi tidak dapat menggunakannya untuk menjelaskan
fenomena dalam kehidupan yang berhubungan dengan konsep tersebut (Santa dalam
Samatowa, 2016). Konsekuensinya, untuk memperkecil permasalahan ini,
pembelajaran IPA di sekolah diharapkan memberikan berbagai penelusuran ilmiah
yang relevan (Orlich dalam Samatowa, 2016).
Menurut Cullingford (dalam Samatowa, 2016,
hlm. 9) mengemukakan bahwa pembelajaran IPA dengan hafalan dan pemahaman
konsep, anak harus diberi kesempatan untuk mengembangkan sikap ingin tahu dan
berbagai penjelasan logis. Hal tersebut dapat mendorong anak untuk
mengekspresikan kreativitasnya. Selain itu anak juga didorong untuk
mengembangkan cara berfikir logis dan kemampuan untuk membangkitkan penjelasan
ilmiah untuk alasan yang bersifat hakiki dan praktis.
Sedangkan menurut Claxton (dalam Samatowa,
2016, hlm. 9) menyatakan bahwa pendidikan IPA akan dapat ditingkatkan, bila
anak dapat lebih berkelakuan seperti seorang ilmuwan bagi mereka sendiri, dan
jika mereka diperbolehkan dan didorong untuk melakukan hal itu. Mereka dapat
memperoleh bahwa beberapa materi menjadi lebih mudah dan menyenangkan. Dari
berbagai ide mengenai pembelajaran IPA, kegiatan peserta didik di kelas
diantisipasi menjadi serupa dengan apa yang sesungguhnya dilakukan para ilmuwan
dalam percobaan mereka, namun dalam situasi yang berbeda. Para ilmuwan
melakukan berbagai percobaan untuk menghasilkan berbagai teori, sedangkan anak
melakukan kegiatan serupa untuk memahami konsep baru atau menguji berbagai ide.
Keterampilan proses IPA yang diberikan kepada
anak SD harus dimodifikasi dan disederhanakan sesuai tahap perkembangan
kognitifnya. Struktur kognitif anak berbeda dengan struktur kognitif ilmuwan.
Proses dan perkembangan belajar anak sekolah dasar memiliki kecenderungan
belajar dari hal-hal konkrit, memandang sesuatu yang dipelajari sebagai satu
kesatuan yang utuh, terpadu dan melalui proses manipulatif. Oleh karena itu,
keterampilan proses IPA yang diberikan kepada siswa SD harus dimodifikasi dan
disederhanakan sesuai dengan tahap perkembangan kognitifnya.
Menurut Sermiawan (dalam Sri Wardani, 2008,
hlm. 318-319) kemampuan-kemampuan yang dapat dikembangkan dalam keterampilan
proses adalah mengamati (observasi), membuat hipotesa, merencanakan penelitian,
mengendalikan variable, menafsirkan data (interpretasi), menyususn kesimpulan
sementara (inferensi), meramalkan (prediksi), menerapkan (aplikasi) dan
mengkonsumsikan. Sedangkan menurut Paolo Marten (dalam Samatowa, 2016, hlm. 12)
mendefinisikan keterampilan proses pada usia anak-anak adalah mengamati,
mencoba memahami apa yang diamati, mempergunakan pengetahuan baru untuk
meramalkan apa yang akan terjadi dan menguji kebenaran ramalan tersebut.
Berdasarkan hal tersebut maka siswa dapat memahami materi pembelajaran lebih optimal
dan bermakna karena siswa dilatih untuk mengamati dan mempergunakan pengetahuan
yang dimilikinya untuk meramalkan apa yang akan terjadi.
Aspek pokok dalam pembelajaran IPA adalah anak
dapat menyadari keterbatasan pengetahuan mereka, memiliki rasa ingin tahu untuk
menggali berbagai pengetahuan guru, dan akhirnya dapat mengaplikasikannya dalam
kehidupan mereka. Hal tersebut tentunya ditunjang dengan perkembangan dan
meningkatnya rasa ingin tahu anak, cara anak mengkaji informasi, mengambil
keputusan dan mencari berbagai bentuk aplikasi yang paling mungkin diterapkan
dalam diri dan masyarakatnya. Bila pembelajaran IPA diarahkan dengan tujuan
seperti ini, diharapkan bahwa pendidik IPA sekolah dasar dapat memberikan
sumbangan yang nyata dalam memberdayakan anak.
Beberapa aspek penting yang dapat diperhatikan
guru dalam pelaksanaan pembelajaran IPA (dalam Samatowa, 2016, hlm. 10) adalah
sebagai berikut:
1) Pentingnya memahami bahwa pada saat memulai
kegiatan pembelajarannya, anak telah memiliki berbagai konsepsi, pengetahuan
yang relevan dengan apa yang mereka pelajari. Pemahaman akan pngetahuan apa
yang dibawa anak dalam pembelajaran akan sangat berdaya guna untuk membantu
anak meraih pengetahuan yang seharusnya mereka miliki.
2) Aktivitas anak melalui berbagai kegiatan nyata
dengan alam menjadi hal utama dalam pembelajaran IPA. Aktivitas ini dapat
dilakukan di laboratorium, di kelas dengan berbagai alat bantuan belajar, atau
bahkan dilingkungan sekolah. Dengan berbagai aktivitas nyata ini anak akan
dihadapkan langsung dengan fenomena yang akan dipelajari, sehingga memungkinkan
terjadinya proses belajar yang aktif.
3) Dalam setiap pembelajaran IPA kegiatan
bertanyalah yang menjadi bagian penting, bahkan menjadi bagian yang paling
utama dalam pembelajaran. Melalui kegiatan bertanya, anak akan berlatih
menyampaikan gagasan dan memeberikan respon yang relevan terhadap suatu masalah
yang dimunculkan.
4) Dalam pembelajaran IPA memberikan kesempatan
kepada anak untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam menjelaskan suatu
masalah.