Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dampak Perilaku Bullying

 


Dampak Perilaku Bullying

Tindakan bullying yang dilakukan oleh pelaku kepada korbannya memiliki dampak yang berbeda-beda. Dalam beberapa kasus, bullying yang dilakukan oleh seseorang dirasakan korbannya biasa saja, karena pelakunya adalah teman sebayanya sendiri. Namun beberapa kasus bullying juga membawa pengaruh yang besar bagi korbannya.

 

Sebagian orang mungkin berpendapat bahwa perilaku bullying tersebut merupakan hal sepele atau bahkan normal dalam setiap tahap kehidupan manusia. Faktanya, perilaku bullying merupakan perilaku tidak normal, tidak sehat, dan secara sosial tidak bisa diterima. Hal yang sepele pun kalau dilakukan secara berulang kali pada akhirnya dapat menimbulkan dampak serius dan fatal. Dengan membiarkan atau menerima perilaku bullying, kita berarti memberikan dukungan kepada pelaku bullying, menciptakan interaksi sosial yang tidak sehat dapat menghambat pengembangan potensi diri secara optimal Wiyani (dalam Arofa,2018.hlm.75).

 

Sejiwa (dalam Sujarwo, 2017, hlm.22) membagi bentuk bullying menjadi 3. Yakni psikis, verbal dan mental.

 

Psikis

 

Yang dimaksud dampak psikologis yakni berkenaan dengan cara berpikir siswa setelah kejadian terjadi serta berefek terhadap perasan korban. “Dampak psikologis yang dialami oleh korban yakni akan mengalami trauma dan adanya keinginan untuk tidak betemu dengan pelaku yang membully dirinya.” (Novalia, 2016 hlm. 93).  Hal tersebut terjadi karena korban merasa takut dan berpikir ketika bertemu dengan pelaku bullying, tidak ada hal yang akan dilakukan kecuali dia akan dibully kembali secara terus menerus.

 

Bahkan, dampak dari perilaku bullying yang lebih berbahaya lagi adalah  korban mencoba melakukan bunuh diri. “Di Jepang 10% pelajar stres karena bullying, sudah pernah berusaha bunuh diri paling tidak satu kali. Departemen pendidikan Jepang memperkirakan 26 ribu pelajar SD dan SMP membolos sekolah karena perilaku diskriminatif yang mereka hadapi di sekolah” (Nusantara, 2008. Hlm.10).

 

Les Parsons (dalam Ismiatun, 2014, hlm.26) menjelaskan, bahwa

 

 “Ketidakmampuan dalam menghadapi bullying membuat siswa merasa gelisah, terkucilkan dan terisolasi dari pergaulan lingkungan sehingga sulit membangun hubungan antarpersonal dan mungkin akan bermasalah dalam hal akademis. Korban bullying merasa susah tidur, memperlihatkan tanda tanda depresi, sakit secara fisik, mengalami kesulitan berkonsentrasi pada tugas-tugas sekolah dan menolak masuk kelas secara teratur. Korban juga tidak mampu menghilangkan stigma mereka sebagai sasaran bullying. Kasus bullying juga berdampak pada pelaku bullying yaitu memiliki resiko besar untuk membentuk perilaku antisosial atau kriminal untuk masa yang akan datang.”

 

Sosial

Jika dilihat dari sudut pandang sosial, “Dampak sosial dari bullying akan menimbulkan rasa kurang percaya diri, serta anak tersebut tidak ingin bersosialisasi bersama teman-temannya yang lain” (Novalia, 2016 hlm. 93). Dampak lebih besarnya, seorang anak yang menjadi korban bullying tidak mampu menjadi manusia seutuhnya karena tidak bisa bersosialisasi dengan baik, sehingga perkembangan dirinya terhambat dan sulit memahami kondisi lingkungan di sekitarnya.

 

Penelitian Terdahulu

Salahsatu hasil penelitian bullying terdahulu yang telah dilakukan, yakni oleh Muhammad Anton Sujarwo mengenai Perilaku School Bullying Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri Lempuyangan 1 Yogyakarta

Perilaku School Bullying pada Siswa SD Negeri Lempuyangan 1 Yogyakarta dapat disimpulkan sebagai berikut.

Perilaku school bullying belum ditanggapi serius oleh guru, guru berpendapat bahwa perilaku school bullying yang dilakukan oleh siswa SD Negeri Lempuyangan 1 Yogyakarta adalah perilaku yang wajar dilakukan untuk proses perkembangan siswa. Pada hasilnya, sering terjadi perilaku school bullying yang terjadi di SD Negeri Lempuyangan 1 Yogyakarta dari bentuk kontak fisik langsung, kontak verbal langsung, perilaku nonverbal langsung, perilaku nonverbal tidak langsung, hingga pelecehan seksual.

Perilaku school bullying dari bentuk-bentuk perilaku school bullying yang sering terjadi di SD Negeri Lempuyangan 1 Yogyakarta dibagi menjadi lima bagian sebagai berikut.

1. Kontak Fisik Langsung

Perilaku school bullying dengan bentuk kontak fisik langsung yaitu perilaku yang ditunjukkan oleh pelaku kepada korban dengan fisik langsung. Bentuk perilaku yang sering terjadi yaitu memukul, mendorong, menjegal,menendang, mencubit, dan menjambak.

2. Kontak Verbal Langsung

Perilaku school bullying dengan bentuk kontak verbal langsung yaitu perilaku yang bersifat pembicaraan yang dilakukan secara langsung kepada seseorang, bentuk perilaku yang sering terjadi seperti berbicara kotor dan mengejek dengan membawa nama orang tua.

3. Perilaku Nonverbal Langsung

Perilaku school bullying dengan bentuk perilaku nonverbal langsung yaitu bentuk perilaku yang ditunjukkan melalui gerakan tubuh pelaku yang biasa dikenal dengan bahasa tubuh, yang diperlihatkan secara langsung kepada sasaran atau korbannya, bentuk perilaku yang sering muncul yaitu memelototi, mengepalkan tangan, mengancam, mengabaikan lawan bicara, menjulurkan lidah, dan menunjuk tangan kepada korban.

4. Perilaku Nonverbal Tidak Langsung

Perilaku school bullying dengan bentuk perilaku nonverbal tidak langsung yaitu bentuk perilaku yang ditunjukkan oleh pelaku dengan cara tidak langsung kepada korban. Bentuk perilaku nonverbal tidak langsung sering terjadi dengan bentuk menghasut orang lain dan mengucilkan.

5. Pelecehan seksual

Perilaku school bullying dengan bentuk pelecehan seksual yaitu perlakuan tidak senonoh dari orang lain dan kegiatan yang menjurus pada pornografi. Bentuk pelecehan seksual yang sering terjadi pelecehan seksual yang terjadi yaitu memegang leher dan memegang paha. Faktor yang mempengaruhi/penyebab terjadinya perilaku school bullying yaitu faktor kontribusi anak yang tempramen, berperilaku agresif, sering berperilaku menyimpang, sering merugikan orang, kebiasaan menyalahgunakan kekuatan untuk menindas orang yang lebih lemah, mendominasi, senang melihat orang lain menderita, sering mengganggu, dan sengaja menyakiti orang untuk mengontrol serta mengendalikan lingkungan dengan sesuai kehendak anak.

 

Penelitian yang relevan lainnya diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Murfiah Dewi Wulandari pada tahun 2015 tentang Fenomena Bullying di Sekolah Dasar Negeri 3 Manggung Kecamatan Ngemplak Boyolali. Hasil penelitian menunjukkan terjadi perilaku school bullying berupa bullying verbal (memukul, mendorong, mencubit, menendang, menyenggol bahu, menarik baju dan merusak barang orang lain). Bullying psikologi hanya memandang dengan sinis, akan tetapi intensitas terjadinya berkali-kali. Faktor terjadinya bullying dikarenakan faktor keluarga, faktor lingkungan, faktor pergaulan dan faktor media.

Relevansi penelitian yang dilakukan oleh Murfiah Dewi Wulandari dengan penelitian ini yaitu fenomena bullying pada siswa SD Negeri 3 Manggung Kecamatan Ngemplak Boyolali pada tahun 2015. Adapun perbedaan penelitian terletak pada setting penelitian dan fokus penelitian. Setting penelitian Murfiah Dewi Wulandari dilaksanakan di SD 3 Manggung, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali Jawa Tengah pada tahun 2015. Sedangkan penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Kalangsari kota Tasikmalaya dan fokus penelitian pada siswa yang melakukan perilaku bullying dan dilakukan secara berkelompok, bentuk-bentuk perilaku bullying berekelompok yang terjadi di SD Negeri 1 Kalangsari kota Tasikmalaya dan dampak dari siswa yang menjadi korban dalam kejadian tersebut.