Pembelajaran Pemecahan Masalah Matematika
Pemecahan Masalah Matematika
Masalah
Masalah biasanya muncul pada situasi
yang tidak sesuai dengan harapan. Suatu keadaan yang tidak sesuai dapat menjadi
suatu masalah jika pada saat masalah tersebut muncul dan kita mau menerimanya
sebagai suatu tantangan yang harus diselesaikan. Menurut Adjie dan Maulana (2009, hlm. 4) ada beberapa kategori sikap
yang terjadi pada diri seseorang untuk menghadapi situasi tertentu,
diantaranya:
1)
Orang yang tidak mengetahui adanya masalah
2)
Orang yang tidak peduli terhadap adanya masalah
3)
Orang yang mengetahui adanya masalah tetapi tidak bisa menyelesaikannya
4)
Orang yang sering mencoba menyelesaikan masalah
5)
Orang yang mahir menyelesaikan masalah.
Untuk menyelesaikan suatu masalah, seseorang
harus mempunyai suatu keterampilan untuk menyelesaikan masalah. Dengan
seringnya mencoba dan berlatih untuk memecahkan masalah, seseorang akan mahir
dan memiliki keterampilan dalam menyelesaikan serta memecahkan masalah. Menurut
Adjie dan Maulana (2009, hlm. 4) “permasalahan yang kita
hadapi dapat dikatakan masalah jika masalah tersebut tidak bisa dijawab secara
langsung, karena harus menyeleksi informasi (data) yang diperoleh. Dan tentunya
jawaban yang diperoleh bukanlah kategori masalah yang rutin”.
Pembelajaran Pemecahan Masalah Matematika
NCTM (2000, hlm. 182) mengemukakan “Tujuan matematika sekolah haruslah agar semua siswa menjadi
semakin mampu dan mau terlibat dan memecahkan masalah”. Keahlian memecahkan masalah merupakan
keahlian yang harus dimiliki oleh setiap individu untuk memudahkan ia menjalani
hidup. Sejalan dengan itu, Reys dkk (2009, hlm. 108) menyatakan
bahwa pemecahan masalah matematika merupakan keterampilan yang dibutuhkan semua
orang di sepanjang hidupnya, baik anak-anak maupun orang dewasa. Untuk memecahkan masalah matematika, seseorang harus ingat, mengerti dan
dapat menerapkan konsep matematika terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
masalah.
Surya
(2015, hlm. 137) berpendapat
bahwa “Pemecahan masalah merupakan satu strategi kognitif yang diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari termasuk para siswa dalam kegiatan pembelajaran”. Pemecahan
masalah yang dipelajari siswa dimulai dari pemecahan masalah secara sederhana
hingga masalah yang kompleks. Umumnya, masalah yang disajikan untuk siswa
adalah masalah-masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari siswa.
John
Dewey (dalam Surya, 2015 hlm. 138) memandang
bahwa ‘Pemecahan masalah merupakan suatu proses yang disadari dan dibangun oleh
suatu tahapan yang terjadi secara alamiah’. Sedangkan menurut Gestalt pemecahan
masalah merupakan proses yang pada prinsipnya merupakan proses yang dilakukan
bertahap serta memiliki keterkaitan berbagai unsur dalam keseluruhan. Gestalt
berpandangan bahwa pemecahan masalah yang efektif dapat ditingkatkan dengan
pemahaman hubungan antara unsur-unsur terkait (Surya, 2015 hlm. 139).
Menurut
National Council of Teacher of
Mathematics (NCTM, 2000, hlm. 52), standar
pemecahan masalah untuk program pembelajaran di Taman Kanak-kanak hingga kelas
12 harus memungkinkan semua siswa untuk:
a.
Membangun pengetahuan matematika baru melalui
pemecahan masalah.
b.
Memecahkan masalah yang muncul dalam matematika
dan dalam konteks lain.
c.
Menerapkan dan mengadaptasi berbagai strategi
yang tepat untuk menyelesaikan masalah.
d.
Memantau dan merenungkan proses pemecahan
masalah matematika.
Sebelum melakukan
kegiatan pembelajaran, seorang guru dituntut untuk menyusun program
pembelajaran agar proses pembelajaran terarah serta hasil yang didapat
maksimal. Adapun kemampuan yang secara langsung terlibat dalam proses
pembelajaran menurut Adjie dan Maulana (2009, hlm. 35) diantaranya adalah; (1) menguasai bahan pengajaran; (2) menyusun
program pengajaran; (3) melaksanakan program pengajaran, dan (4) menilai hasil
dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Selain itu, untuk dapat
mengajarkan matematika, siswa harus mengerti dan memiliki hukum kekekalan.
“hukum kekekalan merupakan prasyarat siswa untuk belajar matematika” (Adjie & Maulana, 2009, hlm. 41).