Perilaku Sosial Siswa di Sekolah Dasar
Perilaku
Sosial Siswa di Sekolah Dasar
Perilaku siswa sekolah dasar dapat dipengaruhi
oleh perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak ketika mengenalkan berbagai
aspek kehidupan sosial atau norma-norma kehidupan bermasyarakat dan mendorong
serta memberi contoh bagaimana cara menerapkan norma tersebut pada kehidupan
mereka sehari-hari (Syamsu, 2004). Dalam dunia pendidikan, guru adalah
pengganti peranan orang tua di sekolah untuk mengenalkan berbagai aspek
kehidupan sosial. Hal ini mengindikasi perilaku seorang anak tergantung dari
bagaimana ia di didik di rumah atau lingkungan tempat ia tumbuh. Dalam proses
kegiatan pembelajaran, siswa dapat berperilaku sesuai tahap perkembangannya. Syamsu (2004)
mengidentifikasi perilaku sosial anak usia sekolah dasar:
a) Pembangkangan
(negativism)
Perilaku ini berarti bentuk tingkah laku
melawan. Sikap membangkang/melawan secara fisik beralih menjadi sikap melawan secara
verbal ( menggunakan kata-kata).
b) Agresi
(aggression)
Agresi berarti perilaku menyerang balik, baik
secara fisik maupun katakata. Agresi adalah betuk rasa frustasi atas tidak
terpenuhi kebutuhan atau keinginanya dan diwujudkan dalam perilaku seperti,
mencubit, memukul, menendang, marah-marah dan mencaci maki.
c) Berselisih
atau bertengkar (quarelling)
Hal ini akan terjadi bila anak merasa terganggu
atau tersinggung oleh sikap anak lain.
d) Menggoda
(teasting)
Anak menggunakan bentuk verbal seperti
mencemooh sehingga menimbulkan rasa marah pada orang lain.
e)
Persaingan (rivaly)
Bertujuan untuk melebihi orang lain dan
distimulasi oleh orang lain.
f) Kerja
sama (cooperation)
Kerja sama berarti mau bekerja sama dengan kelompok.
Dan dapat melakukan tugas-tugas bersama kelompok.
g) Tingkah
laku berkuasa (ascendant behavior)
Berkuasa berarti mengusasi situasi sosial,
mendominasi atau bersikap. Contohnya adalah menyuruh, meminta, mengancam dan
memaksa orang lain untuk dapat memenuhi kebutuhannya.
h) Mementingkan
diri sendiri (selfishness)
Sikap egosentris untuk memenuhi keinginannya.
i)
Simpati (sympathy)
Sikap emosional yang mendorong seseorang untuk
menaruh perhatian pada orang lain mau mendekati atau bekerja sama dengannya.
Menurut Rita Eka, dkk (2013: 114-115) ciri-ciri
khas perilaku anak sekolah dasar dibagi menjadi dua fase yaitu fase kelas rendah
berlangsung antara usia 6 atau 7 tahun sampai 9 atau 10 tahun dan kelas tinggi
berlangsung antara usia 9 atau 10 tahun sampai dengan 12 atau 13 tahun.
a) Ciri – ciri anak kelas rendah:
1. Ada hubungan yang kuat antara keadaan
jasmani dan prestasi sekolah
2. Suka memuji diri sendiri
3. Jika tidak menyelesaikan suatu tugas atau
pekerjaan, tugas atau pekerjaan itu dianggapnya tidak penting
4. Suka membandingkan dirinya dengan anak
lain, jika hal itu menguntungkan dirinya.
5. Suka meremehkan orang lain
b) Ciri-ciri anak kelas tinggi:
1. Perhatiannya tertuju kepada kehidupan
praktis sehari-hari
2. Ingin tahu,ingin belajar realistis
3. Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran
khusus
4. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang
tepat mengenai prestasi belajar di sekolah
5. Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya
atau peergroup untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri
dalam kelompoknya.
Dalam penelitian ini akan mengamati perilaku
sosial sekolah dasar di kelas tinggi yang memiliki kecenderungan pada tindakan
negatif yaitu bullying yang dapat merugikan semua pihak yang
terlibat, terutama korban.