Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pembelajaran Teori Van Hiele



Pembelajaran Teori Van Hiele

Pembelajaran geometri sangat penting untuk dipelajari oleh siswa Sekolah Dasar. Agar pembelajaran geometri menjadi lebih menarik dan bermakna bagi siswa maka ada sebuah teori khusus yang digunakan dalam bidang geometri yakni teori Van Hiele. Berdasarkan teorinya, Van Hiele mengatakan bahwa seseorang akan melalui tingkatan hierarkis di dalam belajar Geometri.

 

Tingkat Berpikir Geometri Van Hiele

Pierre dan Dina van Hiele (dalam Nur’aeni, 2010. hlm. 12) memperhatikan kesulitan yang dialami siswa mereka ketika mempelajari geometri. Berdasarkan hal tersebut, Van Hiele mengemukakan suatu teori perkembangan kognitif yang dilalui siswa dalam mempelajari geometri. Menurut pandangannya, siswa belajar geometri akan melalui lima tingkatan hierarkis. Lima tingkatan tersebut adalah sebagai berikut:

 

1)        Level 1: Visualisasi / Recognition, pada tingkat ini, siswa mengenali gambar-gambar bangun geometri melalui penampilan saja. Siswa sudah mengenal konsep-konsep dasar geometri, yaitu bangun-bangun sederhana tetapi belum menyadari adanya sifat-sifat dari bangun geometri itu.

2)        Level 2: Analisis, pada tingkat ini, siswa sudah memahami sifat-sifat konsep atau bangun geometri berdasarkan analisis informasi tentang bagian dan atribut komponennya. Tetapi pada tingkat ini siswa belum dapat memahami hubungan antara bangun-bangun geometri.

3)        Level 3: Abstraksi / Informal Deduction / Ordering, pada tahap ini, siswa telah mengetahui keterhubungan antara bangun geometri dan siswa sudah mampu menarik kesimpulan secara deduktif namun masih pada tahap awal.

4)        Level 4: Deduksi, pada tingkat ini siswa sudah dapat menarik kesimpulan secara deduktif, artinya sudah dapat menarik kesimpulan dari hal-hal yang khusus. Siswa sudah dapat membuktikan suatu teorema dengan cara deduktif.

5)        Level 5: Ketat / Rigor, pada tingkat ini, siswa sudah dapat memahami pentingnya ketepatan dari hal-hal yang mendasar. Misalnya, ketepatan dari aksioma-aksioma yang menyebabkan terjadi Geometri Euclides dan apa itu Geometri non-Euclides. Tingkat ini merupakan tingkat berpikir yang kedalamannya serupa dengan yang dimiliki oleh seorang ahli matematika.

 

Van de Walle (2016, hlm 151) mengemukakan bahwa tidak semua orang berpikir tentang ide-ide geometri dengan cara yang sama. Tentunya, kita semua tak sama, tetapi kita semua dapat menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan kita untuk berpikir dan menimbang dalam konteks geometri. Riset dari dua pendidik, Pierra van Hiele dan Dina van Hiele-Geldof, telah mengahasilkan wawasan dalam perbedaan dalam pemikiran geometri dan bagaimana perbedaan tersebut muncul. Fitur yang paling menonjol dari model tersebut adalah hierarki lima tingkat dari cara dalam pemahaman ide-ide ruang. Tiap tingkatan menggambarkan proses pemikiran yang diterapkan dalam konteks geometri. Tingkatan-tingkatan tersebut menjelaskan tentang bagaimana kitta berpikir dan jenis ide-ide geometri apa yang kita pikirkan. Lima tingkatan tersebut adalah:

 

1)        Level 0: Visualisasi, Objek-objek pemikira pada level 0 berupa bentuk-bentuk dan bagaimana “rupa” mereka. Siswa pada tingkatan awal ini mengenal dan menanamkan bentuk-bentuk berdasarkan pada karakteristik luas dan tampilan dari bentuk-bentuk tersebut. Dengan fokus pada tampilan bentuk, siswa mampu meninjau apakah bentuk-bentuk tersebut serupa atau berbeda. Alhasil siswa pada tingkatan ini dapat membuat dan mulai memahami pengelompokan bentuk-bentuk. Penekanan pada level 0 terdapat pada bentuk-bentuk yang dapat diamati, dirasakan, dibentuk, dipisahkan, atau digunakan dengan beberapa cara oleh siswa. Tujuan umum yaitu menelusuri bagaimana bentuk-bentuk serupa atau berbeda, serta menerapkan ide-ide ini untuk membuat berbagai kelompok dari bentuk-bentuk (baik secara fisik maupun mental).

2)        Level 1: Analisis, Objek-objek pemikiran pada level 1 berupa kelompok-kelompok bentuk bukan bentuk-bentuk individual. Siswa pada tingkat analisis dapat menyatakan semua bentuk dalam golongan selain bentuk satuannya. Hasil pemikiran pada tingkat 1 ini adalah sifat-sifat dari bentuk.

 

3)        Level 2: Deduksi Informal,  Objek pemikiran pada tingkat 2 adalah sifat-sifat dari bentuk. Siswa mulai dapat berpikir tentang sifat-sifat objek geometri tanpa batasan dari objek-objek tertentu, mereka dapat membuat hubungan diantara sifat-sifat tersebut. Hasil pemikiran pada level 2 adalah hubungan diantara sifat-sifat obyek geometri.

4)        Level 3: Deduksi, Objek pemikiran pada tingkat 3 berupa hubungan dianatara sifat-sifat objek geometri. Pada tingkat 3 siswa mampu meneliti bukan hanya sifat-sifat bentuk saja. Siswa pada tingkat ini mampu bekerja dengan pernyataan-pernyataan abstrak tentang sifat-sifat geometris dan membuat kesimpulan lebih berdasarkan pada logika daripada naluri. Hasil pemikiran pada tingkat 3 berupa sistem-sistem deduktif dasar dari geometri.

5)        Level 4: Ketepatan (Rigor), Objek-objek pemikiran pada tingkat 4 berupa sistem-sistem deduktif dasar dari geometri. Secara umum ini adalah tingkatan mahasiswa jurusan matematika yang mempelajari geometri sebagai cabang dari ilmu matematika. Hasil pemikiran pada tingkat 4 berupa perbandingan dan perbedaan diantara berbagai sistem-sistem geometri dasar.

 

Dalam pembelajaran geometri melalui tahapan ini harus bertahap, tidak boleh dilewati. Karena tingkat berpikir anak berbeda-beda, guru harus pandai-pandai menyesuaikan. Dan juga proses perkembangan dari tahap yang satu ke tahap berikutnya terutama tidak ditentukan oleh umur dan kematangan biologis, tetapi lebih bergantung pada pembelajaran dari guru dan proses belajar yang dilalui siswa.

 

Berdasarkan hasil penelitian Nur’aeni (2010) mendapatkan hasil bahwa tingkatan berpikir geometri pada siswa sekolah dasar hanya sampai pada tiga tingkatan saja, yaitu visualisasi / recognition, analisis dan abstraksi / informal deduction / ordering. Namun lebih dominan pada level visualisasi / recognition dan analisis.

 

Tahapan Belajar Geometri Van Hiele

Menurut D’Augustine dan Smith (dalam Nur’aeni, 2010, hlm 32) menyatakan bahwa ‘kemajuan tingkat berpikir geometri siswa maju dari satu tingkatan ke tingkatan berikutnya melibatkan lima tahapan’. Tahap-tahap belajar geometri Van Hiele (Nur’aeni, 2010, hlm. 32) adalah sebagai berikut:


1)        Tahap 1 Informasi (Information): Melalui diskusi, guru mengidentifikasi apa yang sudah diketahui siswa mengenai sebuah topik dan siswa menjadi berorientasi pada topik baru. Guru dan siswa terlibat dalam percakapan dan aktivitas mengenai objek-objek pengamatan dilakukan, pertanyaan-pertanyaan dimunculkan, dan kosakata khusus diperkenalkan.

2)        Tahap 2 Orientasi Terarah/Terpadu (Guided Orientation): Siswa menjajaki objek-objek pengajaran dalam tugas-tugas yang distrukturkan secara cermat seperti pelipatan, pengukuran, atau pengkonstruksian. Guru memastikapn bahwa siswa menjajaki konsep-konsep spesifik.

3)        Tahap 3 Eksplisitasi (Explicitation): Siswa menggambarkan apa yang telah mereka pelajari mengenai topik dengan kata-kata mereka sendiri, guru membantu siswa dalam menggunakan kosakata yang benar dan akurat. Guru memperkenalkan istilah-istilah yang relevan.

4)        Tahap 4 Orientasi Bebas (Free Orientation): Siswa menerapkan hubungan-hubungan yang sedang mereka pelajari untuk memecahkan soal dan memeriksa tugas yang lebih terbuka (open-ended).

5)        Tahap 5 Integrasi (Integration): Siswa meringkas/ membuat ringkasan dan mengintegrasikan apa yang telah dipelajari, dengan mengembangkan satu jaringan baru objek-objek dan relasi-relasi.