Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Keterampilan Mengadakan Variasi

 


Keterampilan Mengadakan Variasi

Pengertian Keterampilan Mengadakan Variasi

Keterampilan Menurut Halimah (2017, hlm. 138) menyatakan bahwa “Keterampilan mengadakan variasi adalah keterampilan dalam menciptakan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, minat, kemampuan, dan gaya belajar peserta didik”. Menurut Joni dan Wardani (dalam Halimah, 2017, hlm. 139) bahwa:

 

Variasi dalam kontek pembelajaran adalah sebagai proses perubahan dalam pembelajaran, yang pada umumnya mencakup tiga kelompok, yakni: variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan alat dan media pengajaran, dan variasi dalam pola interaksi pembelajaran.

 

Tujuan Mengadakan Variasi

Tujuan mengadakan variasi menurut Sukirman dan Kasmad (2006, hlm. 172) yaitu:

1)        Terciptanya proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa.

2)        Menghilangkan kejenuhan dan kebosanan sebagai akibat dari kegiatan yang bersifat rutinitas.

3)        Meningkatkan perhatian dan motivasi siswa.

4)        Mengembangkan sifat keingintahuan siswa terhadap hal-hal yang baru.

5)        Menyesuaikan model pembelajaran dengan cara belajar siswa yang berbeda-beda.

6)        Meningkatkan kadar aktivitas belajar siswa.

 

Komponen Keterampilan Mengadakan Variasi dalam Konteks Pembelajaran

Keterampilan Mengadakan variasi menurut Joni & Wardani (dalam Halimah, 2017) meliputi:

1)        Variasi dalam Gaya Mengajar

Gaya mengajar adalah unsur-unsur yang terkait dengan perilaku atau aktivitas yang dilakukan oleh guru ketika mengajar. Variasi dalam gaya mengajar lebih mengarah pada pentingnya guru memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik seperti tepatnya mengkomunikasikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki oleh peserta ddik. Sebagai guru dalam hal ini sebagai komunikator, atau sebagai instruktur menurut Miller, Scriven, & Stacey (dalam Halimah, 2017, hlm.141-142 ) harus memperhatikan:

 

1)        Artikulasi: maksudnya yaitu saat berbicara harus fasih, agar dengan mudah dapat dipahami oleh peserta didik

2)        Antusias: selalu berusaha untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung dengan menunjukan antusiasme dalam mengkomunikasikan suatu hal terhadap peserta didik

3)        Melibatkan: memberi semangat secara berkelanjutan kepada peserta didik untuk terus terlibat dalam interaksi pembelajaran

4)        Ramah: dalam menyampaikan berbagai hal, guru harus bersikap ramah, walaupun tetap profesional, menciptakan suasana santai selama pembelajaran berlangsung

5)        Memahami kondisi peserta didik: sebagai guru harus menunjukan kesabaran dan toleransi terhadap peserta didik, sekalipun peserta didik membuat kesalahan

6)        Yakin: memiliki keyakinan pada kemampuan sendiri sebagai guru, tetapi juga sekaligus mengembangkan keterampilan untuk membantu peserta didik agar mereka mampu membangun kepercayaan pada diri mereka sendiri.

 

Terkait dengan kemampuan yang harus dimiliki oleh guru dalam berkomunikasi, khususnya yang terkait dengan keterampilan mengadakan variasi dalam gaya mengajar lebih difokuskan pada komponen-komponen berkomunikasi sebagai berikut:

 

a)        Penggunaan variasi suara

Pada saat guru berbicara, suara hendaknya bervariasi seperti: nada suara, volume suara, dan kecepatan berbicara hendaknya diatur sehingga terjadi variasi yang baik dan enak didengar oleh peserta didik. Pada saat guru mengungkapkan hal-hal penting, mungkin suara guru harus keras atau lambat, atau pada saat guru membacakan suatu cerita, guru harus dapat membedakan suara antara tokoh yang satu dengan tokoh yang lainnya agar peserta didik dapat menikmati bahkan perasaan mereka sampai larut dalam cerita yang dibacakan oleh guru.

 

b)        Pemusatan perhatian

Pemusatan perhatian terhadap hal-hal yang dianggap penting bagi peserta didik, dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti melalui kata-kata: guru dapat mengemukakan “Perhatikan baik-baik”, “Nah, ini penting sekali untuk diperhatikan”, “Mari kita perhatikan bersama”, dan sebagainya. Selain itu, dalam memusatkan pehatian peserta didik, dapat pula dilakukan dengan cara memperlihatkan gambar, menulis di papan tulis, dan masih banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam memusatkan perhatian peserta didiknya.

 

c)        Kesenyapan

Suasana hening yang diciptakan guru pada saat pembelajaran berlangsung, seperti pada saat guru menerangkan, guru berhenti sejenak sambil memperhatikan semua peserta didik merupakan salah satu cara yang ampuh untuk menarik minat dan perhatian peserta didik. Kesenyapan yang diciptakan guru selama pembelajaran, di samping dapat menimbulkan perasaan ingin tahu pada peserta didik, juga berati guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencerna apa yang menjadi pokok pembahasan. Kesenyapan dapan berkaitan dengan adanya jeda saat guru berbicara, maksudnya untuk memberikan waktu pada anak untuk memaknai apa yang disampaikan oleh guru. Hal ini sebagimana kita menyuapi anak makan, mereka perlu waktu untuk mengunyah makanannya sebelum diberikan suapan yang berikutnya.

 

d)        Kontak pandang

Menurut De Porter (dalam Halimah, 2017, hlm. 144) bahwa “terjadinya kontak pandang antara guru dan peserta didik akan membangun dan membina jalinan komunikasi yang interaktif tingkat tinggi”. Oleh karena itu pandanglah semua peserta didik tidak lebih dari tiga detik secara bergantian pada saat berbicara, akan membuat peserta didik merasa diajak berkomunikasi. Sedangkan apabila guru menatap peserta didik tertentu dengan agak lama, terutama yang sedang kurang memperhatikan pembelajaran, seperti mengobrol, melamun, tatapannya itu dapat diartikan sebagai teguran atau ajakan untuk memperhatikan pelajaran yang sedang berlangsung.

 

e)        Gerak dan Mimik

Bahasa tubuh yang ditampilkan oleh guru saat pembelajaran akan sangat membantu memperjelas pemahaman peserta didik terhadap apa yang disampaikan guru. Ada beberapa unsur utama penampilan bahasa tubuh yang lebih relevan untuk guru yaitu: ekspresi khusus (tersenyum, mengerutkan dahi, cemberut, dll), postur tubuh, gerakan (menganggukan, menggeleng, dll), kedekatan, sentuhan, dan penampilan pribadi. Adapun yang harus diperhatikan guru dlam penggunaan variasi ini hendaknya dilakukan secara wajar dan tepat sesuai dengan tujuan.

 

f)         Perubahan Posisi.

Perubahan posisi guru seperti guru berdiri saat berbicara, guru berjalan mendekati peserta didik tertentu atau kelompok tertentu akan mempunyai arti tersendiri bagi peserta didiknya. Guru jangan hanya diam dalam satu posisi seperti duduk di kursinya saja, atau terlalu terikat harus ada di depan kelas. Ketika guru mengajar, bergerak di sekitar ruangan dapat membantu mempertahankan perhatian peserta didik.

 

2)        Variasi dalam Penggunaan Alat atau Media Pembelajaran

Menurut Kurniawan (2017, hlm. 3) “Media pembelajaran merupakan alat bantu atau benda yang digunakan pada kegiatan belajar mengajar dengan tujuan untuk menyampaikan informasi pembelajaran dari guru kepada siswanya”. Pemanfaatan media dan bahan ajar yang bervariasi sangat membantu peserta didik untuk lebih mudah memahami konsep-konsep yang mereka pelajari, di samping itu peserta didik akan mendapatkan pengalaman yang bermakna jika guru mengajar dengan menggunakan berbagai media dan bahan ajar secara bervariasi. Adapun variasi penggunaan media dan bahan ajar diantaranya sebagai berikut:

 

a)        Variasi Media atau Bahan yang Dapat di Lihat

Variasi media atau bahan yang dapat di lihat ini, erat kaitannya dengan upaya guru dalam memenuhi kebutuhan peserta didik yang memiliki gaya belajar visual. Alat atau media yang termasuk ke dalam jenis ini seperti objek nyata, benda-benda tiruan, macam-macam grafik, peta, poster, film, televisi, dan sebagainya. Penggunaan media pembelajaran ini tentunya harus direncanakan dengan matang, maksudnya harus memperhatikan kriteria-kriteria penggunaan media dan bahan, seperti: disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai, karakteristik peserta didik, ketersediaan dan kebermanfaatannya bagi peserta didik. Selain itu, juga sistematika penggunaan variasi media dan bahan mana yang harus digunakan terlebih dahulu sebagai langkah awal untuk mempelajari sesuatu, media dan bahan yang mana yang digunakan untuk langkah berikutnya sehingga dapat memberikan pemahaman atau memperjelas pembelajaran.

 

b)        Variasi Media atau Bahan yang Dapat di Dengar

Variasi media atau bahan yang dapat di dengar ini merupakan salah satu upaya guru dalam memenuhi kebutuhan peserta didik yang memiliki gaya belajar auditori. Informasi lisan yang diperoleh peserta didik tidak harus selamanya berasal dari guru, tetapi dapat pula berasal dari peserta didik itu sendiri, narasumber, atau melalui program-program radio bahkan program televisi.

 

Berbagai macam sumber informasi ini dapat dimanfaatkan secara bervariasi, mungkin pada mulanya peserta didik menyimak informasi secara langsung dari guru, kemudian guru meminta salah seorang peserta didiknya untuk menyampaikan pengalamannya kepada teman-temannya, dan dilanjutkan dengan membawa narasumber ke kelas atau mengajak peserta didik ke luar kelas untuk menemui narasumber agar memperoleh informasi lebih lanjut, dan seterusnya.

 

c)        Variasi media atau bahan yang dapat di raba dan dimanipulatif

Media dan bahan yang dapat diraba, dibaui (dicium), dan dimanipulasi ini banyak sekali ragamnya, sangat menyenangkan bagi peserta didik yang memiliki gaya belajar kinestetik. Penggunaannya dapat meningkatkan peran peserta didik baik secara individual maupun kelompok, misalnya: guru meminta peserta didik untuk menghitung luas persegi panjang. Dalam hal ini, peserta didik akan senang apabila secara langsung mereka diminta untuk mengukur langsung benda-benda yang berbentuk persegi panjang yang ada disekitarnya seperti buku, tempat pendil, meja, kursi, ubin atau lantai kelas dan lainnya.

Aktivitas seperti itu, tentunya akan membuat pembelajaran menjadi bermakna bagi peserta didik. Peserta didik belajar terbaik melalui keterlibatan aktif dalam pengalaman langsung. Oleh karena itu, guru lebih baik untuk memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengeksplorasi kain atau bahan dan merasakan sifat kain atau bahan tersebut secara langsung dari pada hanya diberitahukan tentang hal tersebut. Melalui keterlibatan langsung tersebut, peserta didik akan mampu menjadi pendengar yang aktif, pengamat yang aktif, dan atau pembaca yang aktif.

 

3)        Variasi dalam Pola Interaksi dan Kegiatan Belajar

Komponen ini memberikan arahan agar interaksi selama proses pembelajaran tidak hanya terjadi satu arah, yaitu dari guru kepada peserta didik, tetapi guru diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berinteraksi dengan peserta didik yang lainnya baik antara individu yang satu dengan individu yang lainnya, atau antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya, dan antara peserta didik dengan sumber-sumber belajar yang ada di ligkungan sekitarnya.

 

Apabila guru akan menciptakan variasi pola interaksi antara guru dan peserta didik yang mengarah kepada peningkatan kadar aktivitas belajar peserta didik, dapat dilakukan paling tidak ke dalam empat jenis komunikasi atau interaksi antara guru dengan peserta didik dan peserta didik dengan guru, diantaranya adalah sebagai berikut:

a)        Pola guru-peserta didik merupakan pola komunikasi satu arah dari guru kepada peserta didik, dimana guru sebagai pemberi dan peserta didik sebagai penerima saja. Digambarkan seperti berikut:

b)        Pola guru-peserta didik-guru merupakan pola komunikasi dua arah, ada balikan bagi guru, tetapi tidak ada interaksi diantara peserta didik. Digambarkan seperti berikut:

c)        Pola guru-peserta didik-peserta didik merupakan pola saling berinteraksi, ada balikan bagi guru dan peserta didik saling berinteraksi. Digambarkan seperti berikut:

d)        Pola guru-peserta didik, peserta didik-guru, peserta didik-peserta didik merupakan pola interaksi optimal antara guru dengan semua peserta didik dan antara peserta didik dengan peserta didik lain. Digambarkan seperti berikut:

 

Prinsip-prinsip Penggunaan Variasi dalam Pembelajaran

Dalam menerapkan variasi pembelajaran bukan hanya beranekaragamnya jenis-jenis stimulus pembelajaran yang dikembangkan, melainkan ditentukan pula oleh faktor kualitasnya. Oleh karena itu agar penerapan variasi bisa mencapai sasaran pembelajaran secara efekif, maka menurut Sukirman dan Kasmad (2006, hlm. 173-174) beberapa prinsip berikut ini harus menjadi pertimbangan, yaitu:

1)        Bertujuan

Variasi stimulus yang dikembangkan dalam pembelajaran harus memiliki tujuan yang terarah dan jelas. Tujuan variasi harus sejalan dan diarahkan untuk menunjang pencapaian tujuan pembelajaran. Oleh karena itu variasi stimulus juga harus memperhatikan kesesuaiannya dengan sifat materi, karakteristik siswa berikut latar belakang sosial budayanya, dan faktor kemampuan guru untuk melaksanakannya.

 

2)        Fleksibel

Variasi stimulus yang dikembangkan harus bersifat luwes dan tidak kaku (dinamis), sehingga setiap jenis variasi yang diterapkan memungkinkan dapat di ubah disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan tuntutan yang terjadi secara spontan pada saat terjadinya pembelajaran tanpa harus mengganggu keutuhan proses pembelajaran yang sedang dilaksanakan.

3)        Kelancaran dan berkesinambungan

Setiap variasi yang dikembangkan dalam pembelajaran harus berjalan lancar. Perpindahan dari satu bentuk stimulus pembelajaran lainnya dalam rangka menerapkan stimulus pembelajaran yang bervariasi, semuanya harus merupakan suatu kesatuan yang utuh, sehingga pesan pembelajaran dapat diterima oleh siswa.

 

4)        Kewajaran/tidak di buat-buat

Variasi stimulus dalam pembelajaran tidak di buat-buat sehingga tidak terkesan seperti dipaksakan. Oleh karena itu setiap jenis atau bentuk stimulus yang dikembangkan sebaiknya berjalan secara wajar, alamiah, dan terkait langsung dengan konteks pembelajaran yang sedang di bahas.

5)        Pengelolaan yang matang

Adakalanya jenis atau bentuk stimulus yang akan diterapkan dalam pembelajaran itu bersifat rumit dan komplek, membutuhkan beberapa tenaga atau personil. Penerapan variasi yang seperti itu tentu saja harus direncanakan dan dikelola lebih matang, agar semuanya dapat berjalan dengan lancar dan efektif mendukung proses pembelajaran yang lebih bermakna.