Cerpen : Tentang Kekuatan
TENTANG KEKUATAN
Setiap detik ku bernafas, ketika ku berjalan,
ku sentuh pagar-pagar saat sang pagi mulai terbangun. Kurasakan betapa angin
membelai rambutku, dengan keadaan yang tenang, udara sang mentari pagi yang
sejuk, menusuk kedalam badan, ku bersyukur masih memiliki waktu untuk hidup
yang terus berjalan.
Kulihat awan kali ini sedang bersahabat,
sebuah cerita indah mungkin akan terjadi dimulai dari hari ini, ku menunggu
sebuah impian dimana aku ingin menjadi seseorang yang bisa bermanfaat juga bisa
menolong orang lain dengan kekuatan yang aku punya.
Berharap semua akan terjadi dengan izin juga
kehendak dari Tuhan. Aku dilahirkan dikeluarga sederhana di Bogor. Aku memiliki
sebuah keistimewaan yang tak mungkin dimiliki
oleh orang lain selain ibu, nenek juga nenek buyut ku. Aku memiliki ayah, ibu,
juga kakak. Ayahku adalah seorang penjual kue. Ibuku adalah seorang ibu rumah
tangga yang kuat. Lalu kakaku adalah seorang dokter. Dilahirkan memang dari
keluarga yang kurang, tetapi orang tuaku bisa menghidupi juga membiayai keluarga
hingga kakaku bisa menjadi seorang dokter. Keluarga ku ini adalah sesuatu yang
berharga yang tak bisa dikalahkan oleh sepeser kekayaan duniawi.
Berjalan di trotoar, dengan suasana kedamaian
diantara hembusan angin juga dedaunan. Berjalan dengan penuh rasa semangat juga
kebahagiaan, ku mulai hari ini dengan penuh senyuman. Dengan jaket pink juga
celana panjang yang ku kenakan, aku bangga jadi diri sendiri tanpa ada orang
lain yang mengganggu hidupku.
Tepat pukul 07.00, ku berjalan sendirian tanpa
ditemani oleh seseorang, pada saat itulah firasatku mulai tak enak, entah apa
yang akan terjadi, tiba-tiba mobil bus berwarna biru mendadak oleng, seketika
aku tertuju kepada seorang anak juga ibunya sedang berjalan ditrotoar sebrang.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!” ibu itu berteriak
kencang sambil memeluk anaknya.
Dilain tempat yaitu didalam bus tersebut,
seorang laki-laki berwajah tampan, berkulit putih bagaikan air susu, bertubuh
tinggi juga berambut pirang bak artis mancanegara, sedang duduk manis dikursi
belakang bus itu sambil memegang bunga ditangannya.
“Aku harus menolong ibu dan anak itu.
Wushhhhhhhhhhh!” aku berlari menuju bus
itu dan menariknya hingga berhenti.
Seketika itulah aku menggunakan kekuatanku
untuk hal kebaikan di mana aku memberhentikan bus tersebut yang nyaris menabrak
sang ibu serta anak itu. Dan akhirnya bus itu berhenti, walaupun sepatuku jadi
rusak karena menariknya dari belakang.
Akupun langsung kembali ke trotoar sebrang dan
kembali berjalan menuju rumah temanku. Saat itulah aku mulai memalingkan diri
dari khalayak orang karena akulah yang telah menolong ibu serta anak itu dan
tak mungkin juga orang lain akan percaya bahwa akulah yang telah menolongnya
dengan kekuatan super yang ku miliki, maka dari itulah aku hanya bisa membantu
orang lain tanpa orang tersebut mengetahuinya. Namun dari dalam bus tadi,
seseorang telah melihatku, dia adalah seorang laki-laki tampan yang sedang
memegang bunga ditangannya. Dia menatapku seolah-olah aku adalah seorang
malaikat. Ku tak memperdulikannya. Mulai saat itulah dimana kekuatanku
benar-benar ku gunakan untuk hal kebaikan juga ku sembunyikan agar tidak ada
orang lain yang mengetahui tentang kekuatan superku.
Sesampainya di rumah temanku, bernama Liana
telah menyambutku didepan gerbang. Namanya cukup familiar ditelinga, namun aku
sering memanggilnya dengan sebutan Ana, karena nama itu sangat mudah untuk
disebut. Kita sudah lama berteman namun jarang sekali bertemu, hanya bisa
berkomunikasi lewat ponsel, karena aku sering disuruh oleh ibuku untuk tidak
kemana-mana. Namun ini juga hanya kebetulan saja aku diizinkan oleh ibuku untuk
pergi ke rumah temanku dengan alasan akan mengerjakan tugas kampus.
“Hallo,
Liana!”
“Hai,
Elfrida!”
“Kangen banget nih aku sama kamu, udah lama
gak ketemu, ketemu dikampus juga jarang” (sambil memeluknya)
“Sudah, yang penting kita sekarang sudah
bertemu, ayo masuk!” ajak Liana.
Aku pun masuk dan langsung bersalaman dengan
orang tua dia. Tak disangka temanku adalah orang kaya, benda-benda yang ada
dirumahnya pun sangat indah dan megah. Walaupun begitu keluarga mereka tak
pernah menyombongkan diri. Begitupun dengan Liana, dia tampil dengan sederhana,
hanya kaos berwarna hijau yang dikenakan olehnya serta celana panjang berwarna
hitam. Aku dan Liana langsung menuju tempat belajar. Disana aku dan dia
mengerjakan tugas secara bersamaan walaupun kami berbeda jurusan.
Tepat pukul 15.00, aku pun telah selesai
mengerjakan tugas kampusku, dan aku segera bergegas pulang. Aku berjalan lagi
putar balik dari jalan yang tadi. Aku sepanjang jalan hanya memikirkan seorang
laki-laki tampan tadi di bus, hmmm baru kali ini aku bisa melihat langsung laik-laki
setampan itu. Entah apa yang ada didalam pikiranku. Namun aku sangat penasaran
sekali terhadapnya entah karena alasan apa aku ingin menyelidikinya. Sungguh
aneh.
Beberapa hari kemudian, tak disangka aku
mendapatkan beasiswa dari universitas, betapa bahagianya aku bisa meringankan
beban orang tuaku, walupun aku bukan anak yang begitu pintar, entah kenapa
Tuhan telah memberikannya kepadaku. Tak disangka juga ternyata orang yang
memberikannku beasiswa adalah dari perusahaan pembuatan aplikasi game terkenal di Jakarta. Dia beranama
Tuan Yuan. Dia adalah seorang CEO Application
Games terkenal di Jakarta bahkan sampai di luar negeri. Dia juga ternyata
masih muda, hanya selisih 4 tahun dariku.
Pada saat aku menuju panggung untuk menerima
beasiswa tersebut, seketika aku langsung tertuju dengan wajah Tuan Yuan.
Seperti tidak asing melihatnya. Mungkin itu hanya bayanganku saja, karena
setiap hari aku terus saja memikirkan wajah laki-laki tampan itu yang pada hari
Minggu kemarin melihatku pada saat aku menarik bus oleng hingga berhenti. Pada
saat CEO tersebut memberikannya kepadaku, dia menatapku dengan sangat aneh
juga, mungkin dia seperti sudah mengenalku. Aku pun kaget, ternyata benar, dia
adalah laki-laki yang aku lihat dari bus minggu lalu.
Tanganku bergetar saat menerimanya, keringat
pun sampai bercucuran dikeningku. Jantungku juga berdetak kencang sekali. Ya
Tuhan apa yang terjadi padaku. Dia memberikan beasiswa tersebut kepadaku sambil
tersenyum juga dia berkata.
“Selamat wanita kuat!” dia berbisik didekat
telingaku.
Aku kaget, ternyata dia sudah tahu akan
kekuatanku. Selama ini aku berusaha untuk menyembunyikannya namun ada seseorang
yang telah mengetahuinya. Walaupun begitu pada hari itulah aku sangat bahagia
sekali, di mana aku mendapatkan beasiswa dilain hal juga aku bisa bertemu dengan
seseorang yang setiap hari kupikirkan keberadaan juga identitasnya. Hati ini
pun lega dan juga sudah bisa tenang. Aku percaya padanya, pasti dia tak akan
membicarakan tentang kekuatanku kepada orang lain.
Tiba dirumahku, akupun langsung memberi tahu
tentang kabar baik dimana aku mendapatkan beasiswa kepada orang tua ku juga
kakakku.
“Ayah, ibu, kakak, aku pulang.” dengan nada
yang senang juga sambil melepas sepatuku.
“Ada apa?” ujar ibuku.
“Loh kok ayah kemana, bukannya dia tidak
bekerja saat ini? Lalu kakak dimana?”
“Ayahmu sedang ke pasar membeli biji kenari, kakakmu
ada di kamar dia sedang membaca buku” jawab ibuku santai.
“Oh iya, bu aku punya kabar baik loh!” ucapku
sambil memeberikan beasiswa kepada ibuku.
“Apa ini El? Ya tuhan, ini kan beasiswa!
Bagaimana kamu bisa mendapatkannya?” ucap ibuku dengan kaget.
“Aku tak tahu bu, pada saat hari Minggu lalu
aku sudah mengerjakan tugasku dengan Liana dirumahnya, terus hari berikutnya
aku mengumpulkan tugas itu, dosen pun menerimanya, tanpa ada respon juga
komentar apapun. Jadi karena itulah mungkin aku menerima beasiswa tersebut.”
Aku juga menjelaskan bahwa beasiswa tersebut
ku terima dari perusahaan game
terkenal di Jakarta. Kakakku datang dari kamarnya, dan mengucapkan selamat
kepadaku. Lalu aku memberitahu kepada mereka tentang CEO itu. Dia sudah tahu
tentang kekuatanku saat ini dan dia sudah mengenalku. Ibuku hanya terdiam, dan
bertanya kepadaku.
“Bagaimana dia bisa tahu tentang kekuatanmu?”
“Dia mengatahui kekuatanku saat aku menolong
seorang ibu dan anak di trotoar jalan saat bus yang oleng akan menabrak mereka.
Aku langsung menolongnya bu, sampai-sampai sepatuku rusak. Dan tak disangka
juga laki-laki yang ada didalam bus itu melihatku setelah menarik mobil itu
dari belakang.”
“Untung saja kekuatanmu digunakan untuk
kebaikan, jika kamu gunakan untuk kejahatan ataupun disalah gunakan apalagi
dilihat oleh orang lain, maka kekuatanmu akan lenyap selamanya.” Ucap ibu
dengan nada khawatir.
Aku baru tahu kekuatanku akan lenyap selamanya,
namun aku tak mau kekuatan ini hilang. Aku tak memiliki apapun selain kekuatan
yang aku punya untuk menolong orang lain. Mulai saat itulah aku semakin waspada
terhadap orang lain agar tidak ada yang mengetahuinya.
***
Aku wisuda dan aku mendapatkan IPK yang cukup.
Walaupun begitu, itu adalah hari yang bahagia dalam hidupku. Dimana aku sudah
lulus dan bisa membanggakan orang tua ku. Namun, kebahagiaan ini belum
sepenuhnya, aku harus berjuang lagi untuk mendapatkan pekerjaan layak di mana
aku harus bisa mendapatkan gaji yang cukup bagiku serta keluargaku.
Tuan Yuan sedang menikmati teh hangat di depan
komputernya. Suasana tenang juga kedamaian dirumahnya tanpa ada gangguan dari
orang lain. Dia sudah tak memiliki orang tua, orang tuanya sudah meninggal
tahun lalu karena kecelakaan. Dikarenakan ada orang yang menabraknya tanpa
sebab. Sebelum kecelakaan itu terjadi, sering terjadi teror yang dialami
olehnya. Peneror itu mengancam nyawanya serta nyawa keluarganya tidak akan
terselamatkan. Seketika dia langsung teringat dengan tragedi beberapa minggu
yang lalu saat wanita telah menolong seorang ibu juga anak serta orang-orang
yang ada di dalam bus.
“Loh aku jadi teringat dengan wanita cantik
itu yang sudah menolongku, anehnya kenapa dia kuat banget, entah aku sedang
mimpi atau apa, yang pasti aku percaya dia bukan orang biasa.” Gumamnya sambil
melihat keluar jendela.
Pagi hari pun tiba, burung-burung berkicauan
menyerukan suara merdunya, mentari pagi menyambut dengan riangnya, aku bergegas
mandi, makan lalu bersiap-siap melamar pekerjaan di Jakarta. Memang cukup jauh,
namun disanalah banyak lapangan kerja tersedia. Terlebih aku memiliki keahlian
di bidang tekhnik komputer. Walaupun tidak begitu mahir. Aku pasti bisa, aku
yakin terhadap diriku sendiri.
Aku berangkat dengan taksi online, karena
jarak yang cukup jauh aku rela merogoh kocek lebih dari biasanya, aku lakukan
semua ini hanya untuk mendapatkan pekerjaanku. Di tengah jalan, sesuatu
kejadian yang tak terduga terjadi di mana seorang wanita dirampok oleh seorang
begal di trotoar jalanan, aku pun langsung meminta pengemudinya untuk berhenti
dan aku langsung keluar menolong wanita itu.
“Hey
kamu, jangan lari!” ucapku dengan nada tinggi.
“Lari? Yang benar saja, masa gue takut sama
anak kecil sih, mau apa kamu nih? Jangan ganggu urursan orang lain,” ucap
penjahat itu dengan santainya karena suasana sedang tidak ramai orang.
“Beraninya kamu ganggu wanita, rasakan ini,
(bukkkkk, bekkkk, bmmmm),” aku pun memukulnya sampai-sampai dia tak bisa
berjalan, saat itu aku langsung melaporkannya ke pihak berwajib.
Alhasil aku malah jadi tidak semangat untuk
melamar pekerjaan, dikarenakan bajuku kotor. Sudah tidak ada harapan lagi untuk
diterima saat ini. Padahal hampir saja aku sampai di perusahaan tempat tujuanku
melamar pekerjaan. Sudahlah mungkin lain waktu saja aku melamar pekerjaannya.
Pada saat ku menunggu taksi online untuk
pulang, tak disangka aku melihat laki-laki tampan, dan ternyata dia adalah Tuan
Yuan. Betapa bahagianya hatiku saat melihatnya. Dia pun melihat ku balik sambil
tersenyum dan bertanya kepadaku.
“Eh kamu, dari mana? kenapa pakaianmu sangat
kotor?”
“Tadinya saya mau pergi melamar pekerjaan,
lalu diperjalanan saya sudah berkelahi dengan seorang penjahat, jadi pakaianku
kotor, Tuan.” Jawabku dengan nada datar.
“Tak usah panggil aku tuan, panggil saja aku
Yuan, ngomong-ngomong kamu punya keahlian apa?”
“Sebetulnya tak punya keahlian, namun saya
bisa mengkomunikasikan sebuah komputer”
“Sebetulnya aku tak membutuhkan orang yang
ahli dalam hal itu, namun aku tahu bahwa kamu punya kelebihan, kamu memiliki
kekuatan super kan? Saat ini aku sangat membutuhkan seseorang untuk menjagaku,
karena beberapa bulan kebelakang banyak sekali teror terjadi yang menimpa
setelah kematian orang tuaku. Bisakah kamu menjadi pengawalku?” ucapnya dengan
nada rendah.
Aku tak langsung menjawab, aku terdiam
beberapa saat, dan aku memikirkan tentang kondisi keluargaku yang kurang, dan
aku sangat membutuhkan uang, namun aku takut kekuatanku disalah gunakan. Tanpa
berpikir panjang, aku langsung menyetujuinya.
“Maaf tuan, saya bukanlah orang yang kuat,
saya sama seperti wanita biasanya, tapi dengan
sanggup saya akan menjadi pengawalmu.”
“Ya sudah, mari ikut denganku ke kantor!” ajak
Tuan Yuan kepadaku.
Sesampainya disana, aku menuju ruangan dia.
Sangat megah sekali, kursi, televisi, komputer bahkan tempat bermain pun
tersedia disana. Dia langsung menunjukan bukti pesan bahwa selama ini dia sudah
diteror oleh seseorang.
Menurut dia, peneror tersebut sepertinya tidak
jauh ingin mengambil alih perusahaan. Sudah lama sekali dia memberikan
kata-kata ancaman akan kehidupannya. Akupun langsung bertanya tentang apa yang
harus aku lakukan, dan dia menjawab yang harus aku lakukan saat ini adalah
hanya mengikutinya dan mengawasinya juga melindunginya kapan pun dan dimana pun
dari gangguan terror.
Setiap hari aku mengikuti dan mengawasinya
dimana pun dia berada, walaupun ini pekerjaan yang menjenuhkan, tapi aku tetap menjalankan
karena ini hanya demi keluargaku.
“Untuk
sekarang, kamu temani aku makan!” sambil menarik tanganku.
“Baiklah,
Yuan!” jawabku singkat.
Saat itu juga jantungku berdetak kencang,
entah apa yang terjadi pada diriku, aku seperti ada dalam mimpi. Aku diajak ke
restoran di perusahaan Tuan Yuan itu. Dalam hatiku berkata, ‘ini mall atau perusahaan sih.’
Saat itulah pembicaraan dimulai lagi, banyak
sekali yang Tuan Yuan tanyakan perihal identitasku dari mulai nama hingga
keahlianku yang sebenarnya apa. Awalnya aku tak menjawab semuanya, namun karena
tuntutan pekerjaan agar gajiku tak dipotong, aku menjelaskan apa yang aku
miliki. Pembicaraanku terpotong ketika ponsel Tuan Yuan berdering.
‘krinng krinng krinng’
Ternyata dia adalah peneror yang selama Tuan
Yuan bicarakan. Tuan Yuan langsung memberikannya kepadaku, dan peneror itu
berkata,
“Temui aku di balkon jika ingin perusahaanmu
selamat!” dengan suara menyeramkan dan tak berpikir panjang aku dan Tuan Yuan
bergegas menuju balkon perusahaan.
“Di mana kau, tunjukan dirimu!” teriak Tuan
Yuan.
Terdengar suara jawaban dari peneror itu, bahwa
jika Tuan Yuan membawa wanita, agar diberikan padanya, maka perusaahannya akan
selamat, kalau tidak Tuan Yuan harus melawannya sendiri dengan tangan kosong
atau kalau tidak juga, maka perusaahan ini akan hancur dalam 5 menit.
“Baiklah, aku akan melawanmu dengan sendiri!”
“Jangan! Biarkan aku yang berkorban, aku bisa
menyelamatkan perusahaan ini dengan kekuatanku, ini adalah suatu kewajibanku
sebagai seorang pengawal, tolong kamu jangan memaksakan diri, kamu hanya bisa
terluka,” ucapku dengan percaya diri bisa menyelamatkannya.
“Kamu diam disini, aku tak mau kamu kenapa-napa,
tolong aku jika aku sudah tak berdaya dan tolong selamatkan semuanya.” ucapnya
dengan halus kepadaku.
Aku sangat khawatir akan keadaan Tuan Yuan,
dia menganggap bahwa peneror itu hanya ingin memanfaatkanku sebagai umpannya,
maka dia membuat suatu pilihan yang sulit. Maka dari itu Tuan Yuan memilih
untuk melawannya sendiri.
Beberapa saat, aku mendegar sebuah teriak Tuan
Yuan.
“Arrrrrrrrrrrrrrrgggghhhhhh!”
Aku pun langsung menuju kepadanya dan
menolongnya, saat itulah juga aku langsung melawan peneror itu dengan
kekuatanku.
“Rasakan ini kau penjahat gila! (bkkkk,
bukkkk, bmmm),” saat itulah aku menonjoknya hingga terpental ke langit.
Sungguh, baru kali itu aku menggunakan kekuatanku sebesar itu.
Tuan Yuan terbaring lemah dengan bercucuran
darah di tangan juga perutnya karena sudah melawan peneror itu.
“ Tuan, kamu baik-baik saja, sekarang kamu
bersamaku, kamu tak akan kenapa-napa lagi” ucapku sambil menggendong Tuan Yuan
ke mobil dan membawanya rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit, Tuan Yuan langsung
diperiksa oleh dokter dan akhirnya Tuan Yuan terselamatkan.
“Aku sangat khawatir sekali padamu, entah
kenapa aku baru kali ini merasakan sebuah kekhawatiran yang lebih, kamu membuat
jantungku berdetak kencang bukan hanya karena bahagia, tapi karena kamu sakit.
Lain kali, serahkan semuanya padaku, aku bisa melindungimu, pasti kamu akan
baik-baik saja.” ucapku dengan nada lembut dan tersenyum.
“Walaupun tugasmu selesai untuk melindungiku
hingga peneror itu tiada, namun yang aku harap kamu bisa melindungiku hingga
maut memisahkan kita, aku membutuhkanmu agar kamu bisa mengawalku, terlebih
orang tuaku sudah tiada. Elfrida, tetaplah bersamaku.”
Aku kaget, apa yang terjadi pada Tuan Yuan, di
sisi lain aku bahagia, bisa terus bersama didekatnya, apalagi dia adalah orang
yang baik pula. Pada saat itulah aku dan Tuan Yuan menjadi dekat lebih dari
seorang kakak sendiri. Dan membuat keputusan untuk terus bersamanya selamanya.