Cerpen : Mimpi yang Tergantikan
MIMPI YANG
TERGANTIKAN
Senin pagi selalu menjadi waktu favorit bagi
Anhar .Terlebih seperti rutinitas hari senin yang paling wajib adalah upacara
bendera. Saat sang saka berkibar gagah di angkasa diiringi nyanyian menggema
indonesia raya ,terbesit di hati kecilnya keinginan menjadi paukan pengibar
bendera.Yang langkah kakinya begitu teratur dan seiras, mengantarkan sang saka
untuk mengibarkan kharismanya.
Namun mustahil bagi Anhar untuk melakukan
itu.Anhar adalah siswa SMA yang sudah kehilangan kemampuan berjalannya sejak 5
tahun lalu. Kecelakaan itu telah membuat kedua kakinya tak lagi berfungsi. Hal
itu tentu saja mengubur keinginanya untuk menjadi pasukan pengibar bendera.
Senin itu, saat upacara bendera, kepala
sekolah mengumumkan bahwa untuk memperingati hari kemerdekaan, sekolah mereka
akan mengadakan upacra peringatan dan menghimbau kepada siswa-siswi yang
berminat untuk menjadi pengibar bendera agar mengikuti seleksi siang ini. Anhar
begitu antusias saat mendengar kabar ini, membayangkan dirinya mengawal sang
merah putih kesinggasananya, namun senyum dan semangatnya luntur saat ia
menyadari keadaan fisiknya.
Sepulang sekolah, dia duduk di tepi lapang
olahraga sambil menyaksikan teman-temannya berlatih. Ia merenung sambil
sesekali meneteskan air mata ke pipinya, sedikit menyesali mengapa takdir buruk
terjadi padanya.
“Kamu kenapa Anhar?” seseorang menepuk
bahunya pelan. Ia menoleh dan sesegera mungkin mengubah ekspresi wajahnya. Dan
ternyata orang tersebut adalah Bu Nina, pelatih upacara di sekolah mereka. Bu
Niana duduk samping Anhar.
“Gapapa ko Bu” Jawab Anhar sambil tersenyum
menutupi rasa sedihnya.
“Kamu mau gabung seleksi buat upacara 17
agustus nati ? Ayo ibu antar !” awar Bu Nina sambil mengelus kepala Anhar.
“Sebenarnya Anhar ingin jadi pengibar
bendera, bu. Anhar ingin berpartisipasi dalam perayaan nanti sebagai bentuk
cinta tanah air seperti mereka, bu.” Jawab Anhar sambil menunjuk kem arah
teman-temannya yang edang berlatih. “Tapi Anhar gak bakal bisa. Anhar bahkan
gak bisa jalan, bagaimana mana mugkin bisa menjadi pengibar bendera ?”
lanjutnya dengan mata berkaca-kaca. Bu Nina meghembuskan napas pelan.”Har,
wujud cinta tanah air gak selalu tentang menjadi pengibar bender, menjadi
peserta upacara yang tertib saat bendera merah putih sedang dinaikkan saja itu
merupakan bentuk cinta tanah air yang lain. Kamu hanya perlu melaksanakan apa
yang kamu mampu !”
Jelas Bu Nina .
“Tapi aku bisa menjadi apa bu selain menjadi
peserta saja ?” Tanya Anhar
“Gimana kalau kamu menjadi MC saja, yang
menatur upacara ini. Itu sama saja seperti kamu menjadi pengibar bendera. Kamu
sama-sama berpartisipasi.Kebetulan, kamu punya bakat menjadi MC bukan ?” Tawar
Bu Nina.
“Boleh ?” Tanya Anhar mulai antusias.
“Tentu saja, ayo Ibu antar supaya kamu
bergabung bersama teman-teman yang lain !” Ajak Bu Nina.
Anhar memulai latihan bersama siswa-siswa
lain yang juga mengngiinkan menjadi MC untuk hari kemerdekaan, Anhar memulai
latihan dan ternyata ia memiliki bakat yang sangat baik dalam menjadi MC
upacara bendera. Akhirnyaaa di hari peringatan kemerdekaan itu , Anhar terpilih
menjadi MC, dan mengatur upacara tersebut berjalan lancar.
Anhar sangaat menikmati saat ia menjadi MC,
meski Anhar tidak bisa menjadi pengibar bendera Anhar masih bisa menjadi MC dan
ikut berpartisipasi dalam rangka mengisi kemrdekaan.
Jangan jadikan kelemahan mu sebagi racun,
tapi jadikanlah kelebihan mu sebagai senjata yang mematikan, setiap orang
memiliki keistimewaan yang dimiliki untuk di banggakan.