Cerpen : Perjuangan
PERJUANGAN
Aku
Daffa ahmad maulana, anak desa yang bermimpi menjadi seorang yang berguna bagi
agama, Negara dan bangsa dengan segala perjuangan yang berat aku selalu
berjuang untuk mimpiku.
Aku
sekola di SMAN 3 Jakarta aku anak kelas 12 yang mulai memikirkan apa yang harus
di lakukan sesudah lulus sma, apa yang harus aku lakukan sesudah lulus?
Pertanyaan yang selalu ada dalam bayangan.
Namun
aku masih terus plin plan dalam memikir kan cita-cita yang terus bertanya di
dalam otakku ini, ayah berkata batang
kayu di hutan tak sama tinggi, sedangkan kayu di rimba bertinggi rendah.
Siang yang sangat panas di kota yang manis
ini, Aku dan teman ku sedang bermain sambil mengisi waktu libur akhir tahun
yang sangat memilukan, karena banyak nya berita yang membuat Aku sangat
bersedih dengan adanya berita tersebut.
“bagaimana kalau dunia ini terjadi perang
lagi?”Tanya Restu kepada ku
“Aku hanya ingin dunia ini damai dan tidak ada
peperangan terjadi.”jawabku sambil melihat televisi, dengan berita pembunuhan
Jendral Qasem Soelimani, oleh pasukan Amerika Serikat.
Dan tidak lama setelah berita itu, Aku pulang
dengan membawa motor tuaku yang sederhana, dengan pemikiran yang sangat tidak
mengenakan, karena melihat berita tersebut yang membuat Iran bukan tidak
mungkin melepaskan serang balik kepada Amerika Serikat.
Jam tujuh malam dirumah, ayah melihat berita
tentang China mengklaim kedaulatan laut Natuna yang merupakan wilayah
kedaulatan Negara Indonesia. “Nak, jadilah orang berguna bagi Agama dan bangsa”
ayah berkata, yang membuat anak nya berguna bagi siapapun.
Aku dengan giat belajar karena agar ayahku
bangga karena anak nya bisa berguna bagi orang lain, namun dengan masa sekolah
aku malah banyak bercanda, mungkin karena masa nya sekolah masih banyak
bercanda.
“ada yang tau berita laut Natuna di klaim
Negara China?” Tanya guru Pkn kepada murid yang ada di kelas.
“biasa pak, kan mereka miskin wilayah” jawabku
dan teman-teman sekelas menertawakan jawabku tersebut, guru pun menegurku
karena jawaban yang ngaur tersebut.
Dengan teguran guru tersebut, aku lebih
semangat untuk menggapai cita-citaku yang bisa berguna bagi orang lain, aku
sangat giat mencari berita tentang masuk Akademi Militer yang banyak
tantanganya.
Dengan kelulusan ku dari sekolah menengah
atas, mengambil jurusan IPA yang di sebut sebagai kelas anak pintar, padahal
pada kenyataan nya tidak lah begitu menurutku tidak ada bedanya IPA dan IPS,
sekarang sama saja.
Pada hari minggu aku berangkat ke bandung, dengan
tujuan ke RINDAM SILIWANGI, dengan semangat yang sangat tinggi karena ingin
menjadi seorang yang berguna, yang pernah di katakan ayah.
“nak, kamu udah mau tes yang sekarang” pesan
singkat ibu menanyakan pada ku “iya ibu do’ain Daffa agar bisa masuk AKMIL”
balas ku pada pesan ibu
“iya nak, do’a ibu selalu menyertai mu, dan
jangan pernah lupa sholat ya nak” do’a ibu adalah do’a yang sangat mujarab dan
di kabulkan Allah swt.
Dengan di sertai do’a ibu, aku memulai tes
dengan baik dan aku sangat bersyukur karena sudah menyelesaikan tes yang berat
itu, semoga dalam do’a ku ,aku ingin lolos dan menjadi seseorang yang di
banggakan orang tua ,dan berguna bagi agama dan Negara.
Besok nya, aku memulai tes terakhir yaitu
pintu terakhir yang banyak uang berkelirian agar anak nya bisa masuk ke AKMIL ,
aku hanya berdo’a dan meminta do’a ayah dan ibu agar bisa masuk AKMIL.
Setelah mengikuti tes dan menunggu pengumuman,
akhir waktu pengumuman pun
di mulai dan dari jawa barat hanya memiliki
kouta 50 orang yang bisa masuk AKMIL dan mengikuti pendidikan selama 4 tahun di
Magelang, jawa tengah.
Sekian lama menunggu nama Daffa Ahmad Maulana
di sebut akhir nya pada urutan no 19 di sebutkan namaku, dan aku langsung
bersujud syukur pad Allah swt karena telah mengijinkan aku untuk menjaga
kesatuan Negara Indonesia.
Aku memberitahu ibu,ayah dan seseorang yang
selalu memberi semangat dikala aku sedang bosan berlatih dia selalu memberi
semangat untuk terus berlatih dan berkerja keras.
“aku lolos masuk akademi militer, makasih udah
selalu memberi semangat”ucap terima kasih pada dia, dan tidak lupa kepada orang
tua yang selalu mendo’akan anak nya.
“iya sama sama kerja keras terus sampai yang
di inginkan terjadi” jawaab nya sambil berkaca kaca terharu.
Aku berpamitan pada ayah,ibu ,adikku ,dan dia
karena akan melaksanakan pendidikan selama 4 tahun di tempat yang di cita cita
kan selama aku masih sekola
“jaga diri baik-baik dan jangan tinggalkan
sholatmu” pesan ibu dan ayah sebelum berangkat.
“semangat ya pendidikan nya, aku akan menunggu
disini” pesan singkat yang selalu di ingat selama 4 tahun di tempat pendidikan
akademi militer yang sangat ketat aturan.
Di Magelang aku satu kamar dari Papua dan
Kalimantan, yang di haruskan berbahasa Indonesia untuk bisa berbicara dengan
temanku tersebut, dengan perbedaan tersebut membuatku mengerti toleransi yang
beragam.
Selesai 4 tahun pendidikan di AKMIL, aku
langsung pulang untuk menemui keluarga , yang bangga mempunyai anak yang
berguna bagi Negara dengan menjadi seorang prajurit TNI yang banyak di dambakan
anak muda lain nya.
“allhamdulillah nak, kamu udah menjadi
seseorang yang berguna” kata ayah yang pertama kali bertemu setelah 4 tahun aku
pendidikan
“ibu selalu mendo’akan mu nak semoga sukses
dan berhasil” do’a ibu dan ayah membuatku terus bersemangat untuk tugas yang
akan Negara berikan.
“Jangan pernah berhenti bermimpi, karena tidak
ada seorang yang tau kapan kita sukses, terus lah berusaha agar mimpi tersebut
tercapai” begitulah kata kata ayah yang selalu di ingat ketika aku sedang
merasa bosan dengan pendidikan yang di lalui.
Dengan lulus nya dari AKMIL, aku mendapat
panggilan Negara untuk menjadi Kontingen
Garuda untuk menjaga perdamain Negara yang sedang berkonflik, dan dengan di
tugas kan terebut aku harus berada di Lebanon selama setahun untuk menjaga
perdamaian dunia.
Setahun sudah menjadi TNI yang menjaga
perdamaian, aku pulang kembali ke Negara tercinta Indonesia dengan bangga
karena sudah menjadi seseorang yang berguna bagi orang lain, yang selalu di
impikan ayah selama ini.
Aku kini tepat berada di depan rumahnya,
nyaliku menghilang saat hendak mengetok rumahnya. Namun tanpa aku duga pintu
itu terbuka dan itu Risty, jantungku seakan berhenti, keringatku bercucuran tak
terkendali. Risty menatapku dan tersenyum lalu memelukku dan berbisik dengan
lembut
“Daf, kamu kok lama sekali. Aku kangen kamu.”
Selesai