Cerpen : Kehilangan
KEHILANGAN
Kau tau, hampir semua orang pernah kehilangan.
Ada yang kehilangan sebagian tubuhnya, kehilangan kasih sayang orang tua,
kehilangan pekerjaan, kehilangan benda-benda berharga, kehilangan sahabat
maupun kekasih. Dalam ukuran tertentu, kehilangan yang dialami orang lain
mungkin jauh lebih menyakitkan. Tetapi kita tidak sedang membicarakan ukuran
relatif kurang atau lebih, karena semua yang namanya kehilangan itu
menyakitkan.
Elsya Aulia mahasiswa yang merantau dari Bogor
ke Yogyakarta untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Gajah Mada (UGM) mengambil
jurusan Geologi. Tidak ada yang spesial dari kehidupannya. Elsya hanya perempuan
biasa, parasnya cantik, kulitnya putih, tingginya 165 cm, Elsya tak suka make
up layaknya perempuan seusianya, Elsya lebih suka traveling dan photography.
Pergi minum kopi sebelum berangkat kuliah
adalah kebiasaan Elsya, duduk di meja no 8 dan mulai menikmati secangkir kopi
hangat.
Kala itu, bersama takdir yang sangat baik. Elsya
dipertemukan dengan seorang pria, pria itu menghampirinya dengan penuh senyuman,
seolah-olah telah mengenali Elsya begitu lama. Elsya tak pernah mengenalinya. "Siapa
pria ini? Apa dia mengenaliku? Kenapa dia tersenyum padaku?" Elsya
bingung.
"Apa saya boleh duduk bersamamu?" tanya
pria itu.
"Boleh" jawabku singkat.
Elsya buru-buru menghabiskan kopi pesanannya.
Sial!! kopinya masih panas. "Bodo amat, yang penting bisa cepat-cepat
pergi" cetusnya dalam hati. "Masih panas jangan diminum, kasian
bibirmu" ujar pria itu sambil menyingkirkan kopi itu dari mulutnya. "Tak
usah buru-buru, saya tidak akan melakukan macam-macam padamu" sahutnya
lagi. Elsya hanya diam dan melihatnya geram. 5 menit berlalu tidak ada satu
kata pun yang keluar dari mulut pria itu, Elsya pun masih tetap diam sambil menunggu
kopinya agar tidak sepanas tadi.
"Elsya" ujar pria itu. Elsya
terkejut kenapa pria itu tau namanya. "Elsya Aulia kan?" sahutnya
lagi. "Ah ternyata memang benar" ucapnya sambil senyum dan mulai
menyeruput kopi hangatnya. "Kenapa kamu tau namaku?" "apa kita
pernah bertemu sebelumnya?" "apa kita pernah saling mengenal?" Saking
penasarannya, banyak sekali pertanyaan yang ditanyakan oleh Elsya.
Pria itu malah tersenyum dan memandang Elsya cukup
lama. Padahal Elsya sangat menunggu jawaban itu. "Kita dulu pernah satu
sekolah. Kamu mungkin tidak ingat, tapi saya ingat karena dari dulu saya
menyukaimu hingga sekarang. Maaf telah membuatmu terkejut hari ini, tapi ini
sungguhan. Saya tidak pernah menyukai perempuan lain selain dirimu Elsya"
ucapnya panjang lebar. Pernyataan pria ini makin membuat Elsya kebingungan.
Elsya tak mengenali sosok pria yang ada di depannya ini, Elsya mencoba mengingatnya
tapi percuma Elsya tak mengingat apapun, apalagi memori tentang pria yang ada
di depannya.
Elsya terlihat kebingungan. "Elsya dulu
waktu SMA kita pernah satu sekolah, kita memang tak pernah satu kelas, tpi dulu
kamu pernah membantuku." ujar pria itu. "Membantu apa?" tanya
Elsya. "Saat itu tanganku berdarah, aku pergi ke UKS tapi tidak ada yang
bersedia membantu, tapi kamu dengan ikhlas mau membantuku, padahal kamu bukan penjaga
UKS hari itu. Kamu baik, kamu cantik, kamu pintar, aku suka" Jelasnya. Saat
itu juga Elsya ingat "Ohh iya, aku mengingatnya, waktu itu kamu nangis
sambil pegang tangan kamu yang berdarah" sahut Elsya semangat.
"Hahaha iya itu dulu Elsya, namaku Reza Pradana" memperkenalkan diri.
" Namaku Elsya Aulia, kamu sudah tau sebelumnya" jawab Elsya.
Kala itu Elsya dan Reza menjadi teman baik.
Bertukar cerita tentang traveling, photography serta bisnis. Elsya dan Reza
sering bertemu di sela-sela kuliah, menghabiskan waktu berdua di hari weekend.
Banyak yang dilakukan hari itu, makan bareng, nonton film bareng, dan pergi ke
tempat-tempat yang cukup unik.
Layaknya dua insan yang sedang kasmaran,
kemana-mana selalu barengan, satu hari tak bertemu pun sudah rindu haha. Elsya
tak menyangka kalau dirinya telah jatuh pada Reza. Karena terbiasa berteman,bertemu,berbagi
suka duka dan menjadi pendengar yang baik, kemudian rasa suka itu ada karena Elsya
percaya, Reza adalah sosok yang luar biasa. Sosok yang selama ini Elsya cari. "Reza
aku menyukaimu" suaranya lembut.
Begitulah takdir, kalau memang saatnya, ada saja
cara yang Tuhan berikan. Aku beruntung bisa bertemu dengan sosok pria yang baik,
mau mengerti, tak egois, namun tegas. Reza mungkinkah kamu pria yang di
janjikan Tuhan untuk menjagaku, mendampingiku, menuntunku ke jalan yang lebih
benar? Aku berharap "iya".
Elsya dan Reza menjalankan hubungan ini begitu
santai, namun yakin akan sampai pada tujuan. Terlebih lagi kedua orang tua
mereka menyetujui hubungan ini. Mereka merasa dunia sedang berpihak pada mereka.
Indah sekali.
Tidak pernah rasanya tidak jatuh cinta padanya
setiap hari. Reza berbeda dengan pria yang lainnya. Ada saja setiap harinya
yang membuatku tidak bosan mencintainya. Reza aku harap kamu selamanya seperti
ini.
'Tidak ada yang lebih indah selain dua orang
yang bertemu karena saling menemukan, sama-sama berhenti karena telah selesai
mencari, tak ada yang pergi sebab tahu sulitnya mencari'
Inilah yang selalu aku dan reza tanamkan.
Hingga suatu hari di dalam perasaan yang
semakin yakin tentang sebuah pilihan masa depan. Aku dan Reza mulai membahas
tentang pernikahan, mulai dari biaya pernikahan yang harus di tabung, rumah
yang harus dicicil dan usaha yang harus dibangun.
Pernah suatu hari Elsya bermimpi tentang Reza.
Reza meninggalkannya tanpa sepatah katapun, Elsya mulai khawatir akan mimpinya,
Elsya takut ini akan terjadi. Namun, Reza selalu meyakinkannya. Bahwa dia tidak
akan berkhianat ataupun meninggalkan Elsya. Reza selalu meyakinkannya dengan
hal-hal yang sederhana yang bisa dia lakukan. Tapi entahlah, semakin Reza menunjukannya,
Elsya semakin merasa takut kehilangan.
Sampailah pada waktu kami jarang bertemu. Kami
sibuk dengan kesibukan masing-masing. Tapi kami juga masih memberi kabar setiap
hari. Kami mengerti satu sama lain, kami paham betul dengan kesibukan kami
masing-masing. Kami hanya bertemu melalui video call setiap harinya.
Hingga akhirnya Reza memberiku sebuah trip ke Banyuwangi,
sebagai pelepas lelah dan penat pada saat itu. Bahagianya punya seseorang yang
sangat mengerti. Tuhan terima kasih telah menghadirkanya untukku. Aku merasa
menjadi salah satu wanita yang beruntung di dunia ini.
Satu minggu sebelum pergi ke Banyuwangi. Reza
memintaku untuk menemaninya nonton pertandingan bola di GBK, sedikit dipaksa
karena aku memang tak begitu suka menonton bola. Tapi demi Reza aku nonton bola
untuk yang pertama kalinya.
Waktu terus berjalan, hingga hampir tiba saatnya
pergi liburan ke Banyuwangi, anehnya perasaan ini tidak yakin ingin pergi,
rasanya takut. Entah apa yang di takuti, tapi tetap saja rasanya takut. Reza
meyakinkanku bahwa tidak akan terjadi apapun, semuanya akan berujung indah.
Sebelum berangkat liburan, aku dan Reza berbelanja
kebutuhan dulu untuk keperluan kita nanti di sana. Aku dan Reza berbelanja
makanan, baju, dan kebutuhan lainnya.
Sampailah di detik-detik aku dan Reza pergi
liburan bersama. Aku dan Reza telah bertekad bertemu langsung di bandara. Di
jam 03.00 WIB aku sampai di Terminal 2 Soeta dan menunggu kedatangannya. Jam
04.30 dia memberiku kabar "iya sayang, bentar lagi aku sampai, tunggu
aku". Kemudian hilang, aku masih mencoba tenang, karena aku berfikir dia
pasti mampir ke Mushola untuk menunaikan solat subuh. Mencoba tenang dan yakin
dia akan sampai sebentar lagi. Itu yang selalu aku fikirkan.
Jam 05.25 aku gelisah tidak karuan, "kemana
Reza kenapa belum sampai?" Ucapnya. Aku merasakan hal yang tidak baik,
hati ini semakin gelisah, handphonenya tidak aktif sulit di hubungi. Aku mulai
mencarinya ke semua orang. "Reza kamu dimana" sambil menahan tangis.
Saat itu aku tidak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa berlari, menangis, dan
berteriak. Setelah 6 jam tak kunjung menemukan kabar tentang Reza. Aku pun
pasrah, hampir menyerah.
Hingga akhirnya, aku mendapat kabar bahwa Reza
telah mengalami kecelakaan saat menuju bandara. Langsung seketika hati ini
rubuh seakan-akan tersambar petir yang dahsyat. Mencoba mengendalikan diri,
menguatkan hati dan pikiran. Aku yakin Reza baik-baik saja.
Aku menemui Reza di Rumah sakit, aku yakin dia
pasti ada di IGD tapi ternyata...
Ruang jenazah yang dingin, dibalut kain putih,
sekujur tubuh yang kaku, suasana yang sunyi, Reza kini ada di sana. Sesak
rasanya, seperti ada lubang besar yang tiba-tiba terbuka dalam diri ini. Ingin
sekali berteriak, tapi sesak. Sakit Ya Tuhan.
Hancur lebur. Seperti tersambar petir disaat
cuaca sedang baik-baik saja, seperti bunga yang di petik ketika mekar, seperti
jantung yang diambil secara paksa. Sesak rasanya melihat dia pergi untuk
selama-lamanya.
"Ya tuhan, apa salahku?"
"Mengapa begitu cepat kau ambil bahagiaku?"
"Kembalikan dia Ya Tuhan"
Hingga akhirnya aku melihat dia, memandanginya
begitu lama dan berbisik "Kenapa pergi disaat belum menepati janji? Yuk
ikut aku pulang, aku sudah jemput kamu, tapi kamu bangun dulu ya?"
"Ayo bangun Reza". Aku terus memohon,
padahal aku tau sampai kapan pun Reza tidak akan bangun kembali.
Hari itu aku melihat wajahnya yang indah. Tampan
sekali. Aku akan menemanimu sampai tubuhmu ditutupi tanah sayang. Aku akan
menemanimu hingga akhir sebelum besoknya aku menjadi orang gila karena
kehilanganmu.
Di hari kedua tanpamu, sakit rasanya menyadari
bahwa kamu tidak akan pernah kembali di sampingku, hidup ini mendadak berubah
tanpamu Reza. Banyak pertanyaanku yang belum kamu jawab. Aku kehilangan arah tanpamu
Reza. Tidak ada yang baik-baik saja. Dari dua hati yang pernah bahagia bersama,
lalu berpisah karena berbagai hal mau tak mau harus diterima.
Berbulan-bulan aku masih bergelut dengan takdir,
menanyakan ketidakadilan yang terjadi. Tapi aku sadar semuanya tidak akan
kembali seperti dulu. Reza pasti marah melihatku yang rapuh seperti ini, Reza
tau aku wanita yang kuat.
Sampailah pada waktu aku bisa merelakan tapi
belum sampai tahap mengikhlaskan. Aku mulai mencoba mengikhlaskan dia. Aku
mencoba tersenyum bahagia. Reza pasti sudah tenang di sana. Aku tidak boleh
sedih lagi. Masih ada masa depan yang harus diperjuangkan, banyak masa depan
cerah yang sedang menunggu untuk digapai.
Terima kasih untuk kamu yang pernah membagi
kisah denganku, berbagi canda dan tawa di setiap waktu, hal itu yang selalu membuatku
mengingat sosokmu lagi. Bahkan sampai saat ini pun aku merasa kamu masih ada di
dunia ini. Tuhan mentakdirkan kita sesingkat ini Reza. Tapi, aku tetap
bersyukur karena telah mengenalmu. Kita tak lagi di beri kesempatan untuk
saling bertemu lagi.
Aku, kamu bisa apa. Jika kala itu takdir Tuhan
telah memanggilmu untuk pergi selamanya, meninggalkanku, orangtuamu, sahabatmu,
dari dunia yang fana ini. Rasanya sedih sekali bahwa hatiku masih tertuju padamu
yang pasti tidak akan pernah menemuiku lagi.
Aku senang menjadi wanita yang menemani di akhir
hidupnya. Reza sosok yang luar biasa bagiku, selalu ingin menjadi yang terbaik
dalam setiap hal yang bisa dia lakukan. Aku akan tetap menjalankan hidup
tanpamu Reza. Terima kasih telah memilihku kala itu, ternyata aku cukup kuat
kehilanganmu. Tuhan selalu punya alasan terhadap hal apapun yang terjadi.
Termasuk antara kau dan aku. Ini mungkin yang dikatakan bahagia sesungguhnya, bahagia ketika terlepas dari hal
yang selama ini menyesakan dada dan membuat terpuruk terus menerus. Akhirnya
aku menemukan jalan damai itu, berdamai dengan masa lalu dan diri sendiri.
Semua orang akan pergi, hanya saja waktunya
yang berbeda. Reza sudah bahagia disana. Tempatnya insyaalloh indah. Terima
kasih telah membuat cerita hidup sehebat ini. Al-fatihah.