Contoh Cerita Fiksi : Si Hitam
Cerita Fiksi
Si Hitam
Oleh Diana Karitas
Kak Irma mendapati adiknya, Rina menangis tersedu di
teras rumah. Kak Irma yang baru pulang kuliah segera memeluk adiknya yang masih
kelas enam itu. Keadaan rumah terlihat sepi, tidak seperti biasanya. Ia tahu
ayah dan ibu masih di kantor, tetapi biasanya keadaan rumah tidak sesepi ini.
“Kenapa, Dik?” tanya Kak Irma. Rina tak segera
menjawab. Ia malah tersedu semakin keras. Mbak Tati, yang biasa menemani Rina
bergegas datang menghampiri mereka memasuki pekarangan rumah. Mbak Tati tampak
terengah dan berkeringat. “Ada apa, Mbak? Mbak Tati dari mana? Mengapa Rina
ditinggal sendiri di rumah?” tanya Kak Irma tanpa melepas pelukannya kepada
adiknya.
“Ini, Kak Irma. Si Hitam tidak pulang sedari tadi.
Saya tadi berusaha mencarinya ke seluruh komplek ini. Tetapi saya tidak menemukannya,”
jawab Mbak Tati dengan wajah panik. Segera Kak Irma tersadar. Rumah yang sepi,
tidak ada suara manja kucing kesayangan Rina.
Ternyata ini penyebab Rina sedih. Kucing
kesayangannya belum kembali. “Kak Irma, apa yang bisa kita lakukan agar Si Hitam
kembali, Kak? Si Hitam pasti bersedih mencariku. Bagaimana ia akan makan?
Bagaimana ia akan tidur? Pergi ke manakah kucing kecil itu?” tanya Rina masih
tersedu.
“Ah, Kak Irma punya ide. Semoga berhasil. Mbak Tati,
tolong temani Rina sebentar ya!” pinta Kak Irma kepada Mbak Tati sambil melepas
pelukannya. Kak Irma segera mengambil telepon genggamnya dari dalam tasnya. Ia
tampak sedang mencari-cari sesuatu dari dalam telepon genggam itu. “Rina,
apakah kamu pernah menggunakan telepon genggam Kakak untuk menyimpan foto Si
Hitam?” Tanya Kak Irma.
“Pernah, Kak!” jawab Rina. Tampak wajahnya mulai
berbinar. “Baik, Kakak cari dulu,” kata Kak Irma sibuk mencari foto Si Hitam di
dalam telepon genggamnya. “Ah, ini foto Si Hitam!” Teriak Kak Irma. “Apa yang
hendak Kakak lakukan dengan foto Si Hitam? Apakah Kakak akan menyebar foto
itu?” tanya Rina penasaran. Ia sedikit lupa dengan kesedihannya.
“Tepat sekali, adikku yang cerdas! Kakak terpikir
beberapa cara, Rin. Pertama, Kakak akan cetak gambar Si Hitam beberapa lembar,
lalu menempelkannya di beberapa lokasi di sekitar sini. Kamu dan teman-temanmu
bisa membantu menempelkannya. Kedua, Kakak bisa menyebarkannya secara digital
kepada
teman-teman Kakak, atau kenalan Ayah dan Ibu melalui
telepon genggam ini.
Dengan begitu, banyak orang akan ikut mencari
kucingmu!” jelas Kak Irma dengan bersemangat. Kak Irma mulai sibuk
menekan-nekan bagian telepon genggamnya. Setelah beberapa lama, ia masuk ke
dalam rumah dan mulai membuka komputer jinjingnya. Ia terlihat sibuk. Ia menyalakan
mesin pencetak, dan tak lama kemudian beberapa lembar kertas dengan gambar Si
Hitam dan keterangan di bawahnya mulai muncul. Rina bergegas mengambil
kertas-kertas itu.
Rina bergegas menuju pesawat telepon di dekat
televisi. Ia menelepon beberapa temannya yang tinggal tidak jauh dari rumah
mereka. Ia meminta mereka untuk membantunya menempelkan kertas berisi
keterangan tentang Si Hitam, kucingnya yang hilang. Tidak berapa lama, tiga
teman Rina datang dengan menggunakan sepeda. Tanpa menunggu lama, mereka
mengambil kertas-kertas yang telah dicetak gambar Si Hitam. Mereka bergegas
berangkat bersama Rina.
Sementara, Kak Irma juga tak henti menelepon
temantemannya untuk meminta bantuan mencari kucing adiknya. Telepon genggam Kak
Irma pun berbunyi beberapa kali. Kak Irma sibuk menjelaskan ciri-ciri Si Hitam
melalui telepon genggamnya. Tak lama berselang, Rina dan teman-temannya telah
kembali pulang. Kak Irma dan Mbak Tati meminta mereka tetap menemani Rina yang
terlihat cemas. Lalu, telepon Kak Irma kembali berbunyi. “Halo. Ya, betul
dengan saya sendiri,” jawab Kak Irma melalui telepon genggamnya. “Benarkah? Ya,
betul, itu kucing kami.
ucing itu memiliki tanda pengenal di kalungnya. Wah,
terima kasih, Pak! Kami tunggu di rumah, ya Pak. Ya, alamatnya ada di kertas
yang kami sebar tadi. Terima kasih banyak, Pak!” Kak Irma menutup pembicaraan
dengan lawan bicaranya dengan wajah gembira. Melihat itu, Rina dan
teman-temannya bersorak kegirangan! Kucing Rina telah ditemukan dan akan segera
diantarkan! “Terima kasih teman-teman. Kalian telah membantuku menemukan kucing
kesayanganku! Apa jadinya kalau tidak ada kalian semua!” kata Rina sambil
memeluk teman-temannya.
“Jangan khawatir, Rin. Itulah gunanya teman,” jawab
salah satu teman Rina. “Terima kasih juga, Kak Irma! Kakak memang hebat!” seru
Rina sambil memeluk kakaknya. “Sama-sama, Rin. Berkat teman-teman kamu, juga
berkat telepon genggam kakak ini, masalah kita bisa diselesaikan dengan lebih
cepat!” kata Kak Irma sambil menunjukkan telepon genggamnya dengan bangga.
“Wah, berarti kapan-kapan aku bisa pinjam telepon
genggam Kakak, untuk mencari barang-barangku yang hilang!” seru Rina sambil
mengedipkan matanya ke arah kakaknya. “Hmm… Kamu belum cukup umur untuk
menggunakan telepon genggam ini! Bahaya!” goda Kak Irma sambil berlalu dari
Rina.