Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Karakteristik Siswa Sekolah Dasar (SD)



Masa kanak-kanak akhir sering disebut sebagai masa usia sekolah atau masa sekolah dasar. Masa ini dialami anak pada usia 6 tahun sampai masuk kemasa pubertas dan masa remaja awal yang berkisar 11-13 tahun. Pada masa ini anak sudah matang bersekolah dan sudah siap masuk sekolah dasar (Rita Eka Izzaty, dkk. 2008: 103).

Selanjutnya Rita Eka Izzaty, dkk (2008: 104), perkembangan masa kanak-kanak akhir meliputi :
  1. Perkembangan fisik yaitu : pertumbuhan fisik cenderung lebih stabil, dan masa ini diperlukan anak untuk belajar berbagai kemampuan akademik.
  2. Perkembangan kognitif, menurut piaget (Herman : 2007), masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap operasional konkrit dalam berpikir usia (7-12 tahun) dimana anak berpikir logis terhadap objek yang konkrit.
  3. Perkembangan bahasa, adanya perubahan dalam pembendaharaan kata dan tata bahasa, anak belajar cara berbicara yang baik, materi bacaan semakin luas.
  4. Perkembangan moral, ditandai dengan kemampuan anak  untuk memahami aturan, norma, dan etika yang berlaku di masyarakat. Menurut piaget antara usia 5-12 tahun konsep anak mengenai keadilan sudah berubah. Menurut Kohlberg ada 6 tahap perkembangan moral : 1) pra-konvensional, yaitu anak peka terhadap peraturan yang berlatar belakang budaya dan penilaian baik buruk, benar salah tetapi dari sudut akibat fisik suatu tindakan. 2) konvensional, yaitu memenuhi harapan-harapan keluarga, kelompok, atau agama dianggap sebagai sesuatu yang berharga dari dirinya sendiri, dan tidak peduli akibat langsung yang terjadi, sehingga anak terlihat ingin loyal, ingin menjaga, menunjang, dan justifikasi pada ketertiban. 3) pasca konvensional, yaitu ditandai adanya usaha yang jelas untuk mengartikan nilai-nilai moral dan prinsip-prinsip yang sahih serta dapat dilaksanakan, terlepas dari otoritas kelompok atau orang yang memegang prinsip tersebut.
  5. Perkembangan emosi, emosi anak berlangsung relatif lebih singkat, kuat atau hebat, mudah berubah, nampak berulang-ulang, berbeda-beda, dapat diketahui atau dideteksi dari gejala tingkah lakunya, mengalami perubahan dalam kekuatannya, dan mengalami perubahan dalam ungkapan-ungkapan emosional. Hurlock menyatakan bahwa ungkapan emosi yang muncul pada tahap ini masih sama dengan masa sebelumnya, seperti: amarah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira, sedih, dan kasih sayang.
  6. Perkemabangan sosial, dunia sosio-emosional anak menjadi semakin kompleks dan berbeda pada masa ini, interaksi dengan keluarga dan teman sebaya, sekolah dan hubungan dengan guru memiliki peran yang penting.


Rita Eka Izzaty, dkk (2008: 116), membagi masa kanak-kanak akhir menjadi dua fase yaitu:
  1. Masa kelas-kelas rendah Sekolah Dasar yang berlangsung antara usia 6/7 - tahun- 9/10 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 1, 2, dan 3 Sekolah Dasar. Adapun ciri-cirinya, yaitu: 1) ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani den prestasi sekolah, 2) suka memuji diri sendiri, 3) kalau tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, tugas atau pekerjaan itu dianggap sulit, 4) suka membandingkan dirinya dengan anak lain, jika hal itu menguntungkan dirinya, 5) suka meremehkan orang lain.
  2. Masa kelas-kelas tinggi Sekolah dasar, yang berlangsung antara 9/10 tahun - 12/13 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 4, 5, dan 6 Sekolah dasar. Adapun ciri-cirinya, yaitu: 1) perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari, 2) ingin tahu, ingin belajar dan realistis, 3) timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus, 4) anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah, 5) anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.


Untuk siswa pada jenjang tingkat dasar yaitu SD yang berumur antara tujuh sampai dengan 12 tahun pada dasarnya perkembangan intelektualnya termasuk dalam tahap operasional kongkret, sebab berpikir logiknya didasarkan atas manipulasi fisik dari obyek-obyek. Dengan kata lain, penggunaan media dalam pembelajaran matematika di SD sangat diperlukan, karena sesuai dengan tahap berpikir anak. Dengan menggunakan media/alat peraga yang tepat, maka anak akan lebih menghayati matematika secara nyata berdasarkan fakta yang jelas dan dapat dilihatnya. Sehingga siswa lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Oleh karena itu, pembelajaran matematika di SD tidak terlepas dari hakikat matematika dan hakikat dari peserta didik tersebut.