Angklung : Sejarah, Materi, Jenis-Jenis, Pengenalan Bagian, Teknik Dasar, Pembelajaran Angklung di SD
Materi Pembelajaran Angklung
Materi
yang digunakan dalam pembelajaran angklung di Sekolah Dasar memuat beberapa
lagu wajib nasional yang sesuai dengan kurikulum 2013 serta dapat disesuaikan
dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang akan dipelajari.
Materi pembelajaran angklung di Sekolah Dasar diantaranya adalah sebagai
berikut:
Sejarah Angklung
Kesenian angklung
mengalami perjalanan yang beragam dari masa ke masa. Angklung yang merupakan
alat musik tradisional asal Jawa Barat yakni Sunda bermula dari akrabnya
kehidupan orang-orang Sunda memanfaatkan bambu. Dalam kesehariannya masyarakat
menggunakan hasil bumi yang salah satunya adalah bambu. Menurut Rosyadi (2012,
hlm. 29) bahwa “bagi masyarakat Sunda bambu antara lain berguna sebagai bahan
bangunan, bahan untuk alat pertanian, peralatan rumah tangga, sarana
perhubungan, sebagai alat musik (suling, calung, angklung), dan masih banyak
lagi kegunaan lainnya”.
Kesenian angklung
diperkirakan sudah ada semenjak zaman kerajaan Sunda. Menurut Rosyadi (2012,
hlm. 32) bahwa “beberapa catatan dari orang Eropa yang melakukan perjalanan ke
tanah Sunda pada abad ke-19 mengatakan bahwa di daerah ini sering terlihat
“permainan” angklung oleh orang-orang setempat. Di Jawa Barat, angklung telah
dimainkan sejak abad ke-7”. Selain itu perkembangan kesenian angklung juga
diawali dengan gagalnya panen di suatu desa yang dipercaya karena kemarahan
Dewi Sri. Sehingga masyarakat memulai ritual untuk mengundang kembali Dewi Sri
agar memberikan berkahnya pada kesuburan tanaman padi dengan menggunakan ritual
yang diiringi kesenian angklung. Menurut Rosyadi (2012, hlm. 32) bahwa “di
kalangan masyarakat Sunda, keberadaan angklung tradisional terkait erat dengan
mitos Nyai Sri Pohaci atau Dewi Sri sebagai dewi padi. Pada awalnya, angklung
tradisional digunakan oleh orang-orang desa pada masa itu sebagai bagian dari
ritual kepada Dewi Sri”. Ritual tersebut sebagai upaya penghormatan kepada Dewi
Sri dan upaya pencegahan agar cocok tanam mereka tidak ditimpa musibah.
Seiring
berkembangnya zaman, maka kesenian angklung juga semakin berkembang. Menurut
Rosyadi (2012, hlm. 32) bahwa “perkembangan selanjutnya dalam permainan
angklung tradisi disertai pula dengan unsur gerak dan ibing (tari) yang ritmis
dengan pola dan aturan tertentu”. Selain itu setiap acara yang berkaiatan
dengan mengolah pertanian akan menampilkan kesenian angklung yang berupa
pertunjukan ataupun arak-arakan dan sebagainya.
Jenis-jenis Angklung
Angklung
dikelompokkan sesuai dengan jenisnya, ada angklung pentatonis dan angklung
diatonis. Angklung pentatonis bisa juga disebut angklung tradisional yang
memiliki suatu skala dengan lima not per oktaf. Sedangkan angklung diatonis disebut
jenis angklung modern karena angklung tersebut diubah tangga nada angklungnya dari
angklung yang bertangga nada pentatonik (da, mi, na, ti, la) menjadi angklung
bertangga nada diatonik chromatik (do, di, re, ri, mi, fa, fi, sol, sel, la,
li, ti, do) serta diubah menjadi tangga nada Barat (solmisasi).
Pengubahan tangga
nada tersebut dilakukan oleh Pak Daeng Soetigna. Angklung yang bertangga nada
diatonis ini sering juga disebut dengan dua istilah yang berbeda yakni angklung
diatonis dan angklung padaeng. Menurut Rosyadi (2012, hlm. 36) “ide pengubahan
tangga nada tersebut muncul oleh keprihatinannya melihat anak-anak didiknya
yang kebanyakan kurang berminat belajar seni musik dan seni vokal. Ia memaklumi
ketidaktertarikan murid-muridnya belajar seni suara karena mereka merasa bosan dengan
model pembelajaran yang monoton”.
Pada awalnya,
permainan angklung ciptaan Pak Daeng ini hanya dikenal dikalangan anak-anak Pramuka
di Kuningan. Selanjutnya, setelah angklung diatonik dikenal dikalangan Pramuka
sebagai alat musik yang menyenangkan, akhirnya permainan musik angklung
diatonis bisa diterima dan diajarkan di sekolah. Rosyadi (2012, hlm. 37)
Daeng Soetigna menganggap
angklung diatonis lebih cocok dan komunikatif untuk diajarkan kepada anak-anak.
Kalau angklung tradisional merupakan angklung renteng yang dimainkan oleh
seorang saja, maka angklung yang dibuat olehnya dimainkan secara bersama,
setiap orang memegang angklung yang membunyikan hanya satu nada saja, sehingga setiap
orang yang memegangnya mempunyai peranan. Harmoni tercapai dengan kerjasama
yang rapih diantara para pemain.
Dari pendapat
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa angklung yang cocok digunakan oleh siswa
khususnya di Sekolah Dasar adalah angklung diatonis yang mudah dimainkan serta
bisa dimainkan secara bersama-sama sehingga setiap siswa dapat ikut berperan
serta. Dalam memainkan angklung tidak ada batasan jumlah pemain sepanjang
angklungnya tersedia, hanya saja memerlukan pengorganisasian saat memainkannya.
Pengenalan Bagian Angklung
Kegiatan
untuk mengawali pembelajaran angklung dapat diberikan dengan cara mengenalkan
bagian-bagian angklung. Dima (2015, hlm. 56) menyatakan bahwa “bagian yang ada
pada alat musik angklung terdapat dua tabung besar dan dua tabung kecil,
rangka, tabung dasar, dan lubang resonansi”.
Bagian Angklung
Teknik Dasar Memainkan Angklung
Teknik
dasar memainkan angklung ada beberapa macam. Teknik pertama yang diajarkan
adalah cara memegang serta angklung. Hal yang sangat penting juga dalam cara
memegang angklung adalah keluwesan serta ketenangan. Cara-cara memegang
angklung menurut Hanifah (2015, hlm. 68-71)
1.
Posisikan tangan
kiri lurus kedepan. Jika, kamu kidal gunakan tangan kanan.
2. Pegang tiang
bagian tengah rangka angklung dengan menggunakan tangan kiri, tangan kiri
sebagai tempat menggantungkan angklung atau sebaliknya jika kamu kidal.
3. Selanjutnya
pegang bagian kanan tabung dasar bawah angklung dengan menggunakan tangan kanan
atau sebaliknya jika kamu kidal.
4. Jika angklung
yang dimainkan lebih dari satu, maka cara memegangnya adalah dengan memosisikan
angklung paling kecil dipegang di bagian ujung tangan, sedangkan yang agak
besar disimpan bagian dalam lengan. Cara mengurutkannya, yaitu dengan
memasukkan angklung yang besar terlebih dahulu, diikuti angklung lainnya yang
berukuran lebih kecil.
Setelah kita
dapat memposisikan angklung yang akan kita mainkan. Maka teknik ke dua yang
dapat kita pelajari adalah dengan mengetahui cara memainkan angklung yang
benar. Angklung dimainkan dengan cara digerakkan panjang dan pendeknya sesuai
dengan nilai nada yang akan dimainkan. Cara memainkan angklung bisa secara
mudah hanya dengan menggetarkan dari kiri kekanan ataupun sebaliknya.
Ada beberapa cara
memainkan angklung agar terdengar lebih merdu dan lebih bervariasi. Menurut
Hanifah (2015, hlm. 73-75) ada tiga cara memainkan angklung, cara memainkannya
adalah sebagai berikut:
1. Menggetarkan
(kurulung);
Menggetarkan
(kurulung), adalah menggetarkan angklung dengan menggunakan tangan kanan yang
memegang tabung dasar di bagian kanan. Angklung digetarkan secara berlanjut dari
kanan ke kiri, sepanjang lagu.
2. Centok (sentak);
Centok (sentok),
adalah teknik membunyikan angklung secara pendek. Caranya adalah dengan menarik
tabung dasar-dasar angklung dengan cepat oleh jari ke telapak tangan kanan
bawah, sehingga angklung akan berbunyi sekali saja (staccato). Selain dengan cara tersebut, terdapat cara lain untuk
menghasilkan suara angklung yang pendek. Caranya adalah dengan menepuk bagian
tabung dasar angklung dengan telapak tangan bagian jari.
3. Tangkep
Tangkep merupakan cara menggetarkan sebagian
nada pada tabung angklung dengan menahan salah satu tabung agar tidak ikut
bergetar. Hal ini dapat menyebabkan angklung melodi mengeluarkan nada murni.
Dengan mengetahui
cara memegang serta bermain angklung yang benar maka akan lebih memudahkan
proses pembelajaran. Ketiga cara memainkan angklung tersebut dapat dimainkan
sepanjang lagu atau divariasikan dengan menggabungkan semua teknik dasar
tersebut dalam memainkan lagu.
Memainkan Angklung Sesuai Lagu
Untuk dapat memainkan
angklung sesuai dengan lagu yang akan dipelajari maka ada beberapa unsur musik
yang perlu diperhatikan dalam pembelajarannya. Menurut Yani (2016, hlm. 59-60)
bahwa terdapat unsur-unsur musik yang perlu ditekankan dalam pembelajaran
musik, diantaranya:
4.
Bunyi, merupakan
unsur musik dalam membuat karya musik, dalam bunyi kita menemukan nada (tinggi
rendahnya bunyi), melodi (rangkaian nada-nada).
5.
Irama, gerak
musik yang berjalan teratur yang tidak tampak dalam lagu tetapi dapat dirasakan
setelah lagu itu dialunkan. Irama juga mempunyai istilah lain yaitu ritme.
Irama atau ritem adalah pengaturan bunyi dalam waktu. Ritme itu sendiri
merupakan bagian dari melodi atau lagu.
6.
Tempo dapat
diartikan sebagai ketukan konstan yang memikat bunyi menjadi suatu kesatuan
detak.
7.
Timbre disebut
dengan warna suara. Dalam hal ini timbre sangat dipengaruhi oleh sumber bunyi
dan cara menggetarkan atau membunyikannya.
8.
Dinamika
merupakan aspek musik terkait dengan tingkat kekerasan bunyi. Adapun simbol
musik yang menjelaskan tentang dinamika musik seperti piano (lembut) dan forte
(keras).
Dengan memahami
unsur-unsur pembelajaran musik, maka akan memudahkan proses memainkan angklung sesuai lagu. Lagu-lagu yang
dipelajari bisa berupa lagu wajib nasional, lagu daerah serta lagu anak-anak.
Pembelajaran memainkan angklung dapat dimulai dengan pengenalan lagu yang akan
dimainkan. Siswa diperdengarkan lagu yang akan dimainkan dengan angklung dan
diperkenalkan dengan notasi angka lagu tersebut. Notasi angka seperti nada do,
re, mi, fa, sol, la, si, do. Menurut Dima (2015, hlm. 60) bahwa “dalam notasi
angka, not ditentukan dengan angka 1 (do), 2 (re), 3 (mi), 4 (fa), 5 (sol), 6
(la), 7 (si). Untuk notasi angka pada do tinggi penulisan notasi angka tinggi bisaanya
di atasnya ada titik yang melambangkan nada tinggi, dan titik dibawah tanda not
rendah”. Berikut merupakan pengenalan notasi angka berserta nadanya:
1 untuk Do
2 untuk Re
3 untuk Mi
4 untuk Fa
5 untuk Sol
6 untuk La
7 untuk Si
0 tidak ada
Setelah siswa
dikenalkan dengan notasi angka maka siswa bisa melafalkan serta menyanyikan
suatu lagu menggunakan notasi angka. Jika para siswa sudah memahami notasi
angka tersebut maka lagu tersebut dapat dimainkan dengan angklung.
Masing-masing siswa diberikan angklung yang berbeda sesuai dengan kebutuhan
lagu yang akan dimainkan. Setelah semua siswa mendapatkan angklungnya
masing-masing, maka akan ada arahan dari guru untuk membunyikan angklung dengan
menggunakan metode-metode pembelajaran angklung.
Metode Pembelajaran Angklung
Salah satu metode
yang digunakan dalam pembelajaran angklung adalah metode Kodaly. Tujuan dari
metode hand sigh Kodaly adalah untuk
melatih musikalitas siswa. Metode Kodaly dipopulerkan oleh Zoltan Kodaly dan
metode ini juga sering disebut dengan metode hand sign. Menurut Weldhanie (2016, hlm. 2) “metode hand sign
Kodaly adalah pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk mengilustrasikan
nada dengan simbol atau posisi dan bentuk tangan berbeda untuk setiap nada do,
re, mi, fa, sol, la, si, do”.
Pembelajaran
angklung menggunakan metode ini dilakukan tanpa menggunakan partitur, tetapi
hanya melihat simbol atau posisi dari tangan dirigen. Pembelajaran menggunakan
metode hand sign ini diajarkan menggunakan tangan untuk
mengenalkan tanda nada tertentu. Sehingga siswa diharapkan dapat membunyikan
nada sesuai dengan tanda yang diberikan.
Berikut merupakan gambar yang digunakan pada metode hand sign.
Metode Hand Sign
Pembelajaran Angklung di Sekolah Dasar
Dalam
pengimplementasiannya tampak jelas bahwa angklung pada zaman sekarang dijadikan
sebagai sarana hiburan serta sarana pendidikan, walaupun disebagian daerah masih
digunakan sebagai sarana upacara. Angklung sebagai sarana pendidikan ditetapkan
secara yuridis oleh pemerintah melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI nomor 82 tahun 1968, bahwa angklung ditetapkan sebagai alat pendidikan
musik.
Ditetapkannya
angklung sebagai alat pendidikan maka angklung dapat diterapkan salah satunya dalam
pembelajaran alat musik di Sekolah Dasar. Untuk mempelajari angklung di Sekolah
Dasar dapat dimulai melalui materi pengenalan bagian-bagian angklung, teknik dasar
memainkan angklung, serta memainkan angklung sesuai dengan lagu yang
disampaikan.