Penilaian Kinerja Lengkap
PENILAIAN KINERJA
Pengertian penilaian Kinerja
Dalam
Undang-Undang No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan ditetapkan
bahwa penilaian kompetensi keterampilan dilakukan melalui penilaian kinerja
atau terkadang disebut penilaian unjuk kerja. Penilaian Kinerja merupakan
penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam
melakukan sesuatu, khususnya dalam kegiatan pembelajaran tematik. Misalnya,
praktik olahraga, praktik menggambar, praktik ibadah, praktik meneliti
tumbuh-tumbuhan, dan lain sebagainya. (Ibnu Hajar, 2013). Menurut Masnur
Muslich (2007, hlm. 80) “penilaian kinerja adalah penilaian berdasarkan hasil
pengamatan penilai terhadap hasil penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana
yang terjadi”. Penilaian ini biasanya digunakan untuk menilai kemampuan siswa
dalam berpidato, pembacaan puisi, diskusi, pemecahan masalah, partisipasi siswa
dalam diskusi, menari, memainkan alat musik, aktivitas olah raga, menggunakan
peralatan laboratorium, dan menoperasikan suatu alat.
Penilaian kinerja dapat didefinisikan sebagai bentuk penilaian yang meminta siswa untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan, keterampilan dan kelakuan kerjanya ke dalam berbagai tugas yang bermakna dan melibatkan siswa sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Menurut Trianto (2016, hlm. 272) karakteristik dari penilaian kinerja ada dua:
Penilaian kinerja dapat didefinisikan sebagai bentuk penilaian yang meminta siswa untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan, keterampilan dan kelakuan kerjanya ke dalam berbagai tugas yang bermakna dan melibatkan siswa sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Menurut Trianto (2016, hlm. 272) karakteristik dari penilaian kinerja ada dua:
1. Peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan
kemampuannya dalam mengkreasikan suatu produk atau terlibat dalam suatu
aktivitas (perbuatan) seperti melakukan eksperimen, praktik, dan sebagainya.
2.
Produk dari tes kinerja lebih penting daripada
perbuatan kinerjanya.
Hal tersebut selaras dengan
pernyataan Basuki (2015) bahwa kurikulum menanamkan penilaian kinerja meliputi
tuntutan tugas dan proyek berbasis produk serta performance/ penampilan
kinerjanya.
Penilaian kinerja erat
kaitannya dengan penilaian keterampilan atau psikomotor. Penilaian aspek
psikomotor dalam penilaian kinerja dilakukan dengan teknik observasi, yakni
dengan melakukan pengamatan terhadap perkembangan psikomotor siswa (Direktorat
Pembinaan SMA, 2010, hlm. 67). Pada proses pembelajaran, guru dapat melakukan
penilaian kinerja dengan cara mengamati secara langsung kemampuan psikomotor
peserta didik dalam bentuk kinerja yang ditunjukkan selama mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Pelaksanaan penilaian
kinerja dilakukan melalui proses pembelajaran yang menunjukkan kemampuan atau
kinerja siswa dalam bentuk proses maupun produk. “Kinerja proses dapat
diidentifikasi melalui pengamatan penilai terhadap proses atau prosedur kerja
yang ditunjukkan siswa, sedangkan kinerja produk diidentifikasi melalui hasil
penilaian terhadap rumusan jawaban atau tanggapan atau hasil yang ditunjukkan oleh siswa” (Sapriati,
2006, hlm. 5). Penilaian pada kinerja proses meliputi kemampuan manipulatif dan
prosedural yang tampak pada perbuatan siswa yang dapat diamati saat kegiatan
pembelajaran berlangsung. Sementara, penilaian kinerja produk meliputi fakta,
ide, atau gagasan yang dihasilkan dari keterampilan abstrak siswa selama
kegiatan pembelajaran.
Menurut Stiggins (dalam
Mulyana, 2013, hlm.191) dijelaskan bahwa ‘Penilaian terhadap kinerja siswa,
target pencapaian hasil belajar yang dapat diakses meliputi aspek-aspek Knowledge, Reasoning, Skill,Product, Affect’. Dapat disimpulkan
bahwa penilaian kinerja menilai mengenai pemahaman siswa, aplikasi pengetahuan
dalam konteks pemecahan masalah, kecakapan dalam berbagai jenis keterampilan
komunikasi juga berhubungan dengan sikap, minat dan motivasi.
Melalui peniaian kinerja
guru dapat mengetahui kemampuan peserta didik dalam memahami dan menerapkan
konsep yang telah dipelajarinya. Sebagai contoh kita bisa menyelenggarakan tes
formatif untuk mengetahui apakah siswa memahami sebuah cerita terdiri atas
bagian pembukaan, isi dan bagian akhir. Namun demikian, tes semacam ini tidak
dapat menjamin apakah siswa mampu menulis sebuah cerita dengan bagian awal,
isi, dan bagian akhir yang jelas. Pada kasus ini akan lebih bermanfaat apabila
siswa diminta untuk menyusun cerita dan guru melakukan scoring terhadap
produk yang dihasilkan dengan rubrik tertentu.
Penilaian kinerja dapat
dimanfaatkan misalnya untuk mengukur kemampuan anak membaca, kegiatan fisik
atau olahraga, praktikum. Idealnya guru harus dapat mengamati keseluruhan
kinerja siswa, namun jika jumlah siswa terlalu banyak perlu dicarikan
alternatif dengan membuat tabel-tabel pengamatan yang praktis.
Fungsi Penilaian Kinerja
Pada dasarnya penilaian
pembelajaran dalam bentuk apapun mempunyai fungsi yang sama yaitu untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran. Penilaian
kinerja sebagai salah satu model penilaian pembelajaran dalam penilaian
berbasis kelas yang lebih mengedepankan kinerja siswa tentunya fungsi dan
tujuan yang sama tetapi mempunyai kelebihan dan juga kekurangan dengan model
penilaian yang lain. Salah satu kelebihannya menurut Wulan (2018, hlm. 14)
“Penilaian kinerja memungkinkan peserta didik untuk menunjukan apa yang dapat
mereka lakukan”. Selain itu penilaian kinerja dapat menilai dengan baik
sejumlah kemampuan kompleks seperti kreativitas, melakukan eksperimen,
berkomunikasi ilmiah, bahkan mencipta. Sedangakan kelemahannya adalah rubrik
pada penilaian kinerja dapat diartikan berbeda oleh penilai dengan pengalaman
yang berbeda, juga lebih menuntut waktu dibandingkan dengan tes tertulis
Cara Mengembangkan Penilaian
Kinerja
Menurut
Wulan (2018) secara umum langkah utama
dalam merencanakan penilaian kinerja yaitu menentukan kompetensi yang akan
dinilai, memilih focus penilaian (proses atau produk, atau keduanya), memilih
seberapa besar tingkat keterkaitannya dengan kehidupan nyata dan memilih metode
observasi, pencatatan atau penskoran. Untuk lebih jelasnya mengenai langkah
dalam merencanakan penilaian kinerja sebagai berikut:.
Menentukan
kompetensi yang akan dinilai
Kinerja
yang akan dinilai erat kaitannya dengan dengan kompetensi apa yang akan diukur.
Pada konteks pembelajaran, kompetensi yang akan dinilai diturunkan dari
Kompetensi Dasar (KD) yang dituju dengan merujuk pada kurikulum.
Memilih
fokus penilaian (proses atau produk, atau keduanya)
Penilaian
terhadap proses dan produk merupakan penilian terbaik untuk mendapatkan
informasi lengkap tentang peserta didik.
Memilih
seberapa bedar tingkat keterkaitannya dengan kehidupan nyata
Penilaian
kinerja merupakan penilaian yang paling autentik karena keterkaitannya dengan
dunia nyata. Terdapat dua macam setting situasi
nyata. Pertama, situasi sesungguhnya. Kedua, situasi yang dibuat serupa dengan
sesungguhnya.
Memilih
metode observasi, pencatatan dan penskoran
Langkah
ini sangat menentukan desain lembar observasi dan rubrik. Jika pencatatan akan
dilakukan dalam bentuk deskripsi kemampuan, tentu rubrik yang didesain tidak
perlu memerlukan skor (angka). Namun jika penilaian kinerja dimaksudkan untuk
pengukuran, pencatatan data tentu harus dalam bentuk angka. Dengan demikian
rubrik penilaian kinerja perlu menggunakan skor